satu

146 80 7
                                    

             Rasa. Tak pernah ada yang tahu kepada siapa kita akan jatuh dalam rasa yang mampu membawa pemiliknya membumbung tinggi. Bakan tak banyak yang tahu kapan rasa itu mulai muncul, yang tak banyak disadari kapan rasa itu menyelinap ke dalam hati. Ketika hal itu telah tertanam tanpa sengaja, sang pemilik hati baru merasakan debaran kencang di dada tanpa ia tahu sebabnya hingga menyadari ada yang kosong dalam relungnya saat sang pujaan hati tak berada di dekatnya.
    "Apakah benar kata orang selama ini?"
    "Tentang apa?"
    "Jika laki-laki dan perempuan berkawan tak mungkin jika tak ada rasa yang muncul, entah dari salah satu atau keduanya."
    "Kamu sedang jatuh cinta?"
     "Sepertinya."
      
          Perbincangan singkat dari kedua remaja yang telah menjadi sahabat yang dibangun sejak SMP. Sebenarnya mereka tidak hanya dua sahabat, namun tiga, satu diantaranya adalah seorang remaja perempuan. Entah sejak kapan Jovian mulai merasakan kekosongan jika sang sahabat perempuannya tak berada didekatnya, bahkan tak melihatnya saja sudah cukup membuat hati Jovian tak karuan. Rindu yang menggebu. Wajar rasa itu berlabuh di hati sang remaja laki-laki itu, ia masih muda, dan rasa menggebu itu masih kuat bersarang di dalam dirinya, bahkan tak cukup mengendalikan dirinya, bahkan cukup mengendalikan dirinya.
          Jiwa yang masih dalam kata belum stabil bagi seorang remaja. Pilihan yang masih perlu dipertimbangkan, bahkan ia masih bertanya pada benaknya untuk mencari kebenaran atas rasa yang dimilikinya. Jovian tak tahu sejak kapan ia mulai merasa seperti ini, yang ia tahu hanyalah hatinya yang selalu berdegup kencang ketika Aleena, sahabatnya, sahabatnya pula sejak SMP, berada didekatnya.

***
Happy reading🤗
Penasaran bukan? Yok yok tinggalkan vote agar author semangat menulis
   

The Way We Get Smile (Cerpen Completed✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang