Part 2

23 1 0
                                    

"cowok tadi itu siapa?sepertinya aku belum pernah melihatnya." ucap Bramasta

"Oh, dia itu anak baru di kelas ku tapi sayangnya cowok itu sangat menyebalkan." balas Mentari

"Jangan bilang begitu nanti kamu sayang sama dia baru tau rasa kamu." ucapnya terkekeh pelan

Bramasta memang sudah dekat dengan mentari karena sejak kecil mereka selalu bermain bersama hingga mereka sudah besar seperti sekarang.

Teman-teman Mentari pun mengira bahwa Bramasta dan Mentari seperti seorang kakak beradik karena umur mereka yang hanya berjarak satu tahun.

                                 ***

Mentari membuka perlahan buku bacaannya, kali ini buku yang akan ia baca berbeda dengan buku-buku yang telah ia baca sebelumnya.

Drrttt...drrttt...

Tiba-tiba ponsel Mentari berdering nyaring dan ia sadari ada 1 panggilan tak terjawab dan sebuah kiriman pesan dari nomor yang tidak ia kenal.

Ryan Argapura :Mentari ini aku Ryan maaf aku mengganggumu malam malam, aku hanya ingin bertanya tentang tugas matematika yang diberikan Bu Ismi.
Read.

Mentari sangat terkejut ketika melihat pesan tersebut yang ternyata pengirimnya adalah Ryan.

Mentari mencoba untuk melihat grup kelasnya dan ternyata memang benar admin group telah menambahkan Ryan sebagai anggota baru, mungkin karena itu dia bisa tahu nomor Mentari.

Keesokan harinya, ketika Mentari ingin memasuki kelas secara tidak sengaja ia berpapasan dengan Ryan dan Ryan mencegah Mentari untuk masuk ke kelas.

"Maaf yaa aku mau masuk kelas."

"Tunggu dulu tar, ada yang ingin aku tanyakan sebentar saja."

"Kamu mau tanya apa lagi?"

"Kenapa chat ku yang semalem cuma kamu read aja? hari ini bisa kan ngajarin aku tugas matematika nya."

"Harus hari ini?"

"Iyaa hari ini, di taman sekolah ya." sambil tersenyum penuh permohonan

Tidak ada alasan lain untuk Ryan bisa dekat dengan Mentari apalagi sampai bisa mendapatkan cintanya.

                               ***

"Van, seberapa kenal kamu sama Mentari?" tanya Ryan

"Ya kenal banget lah, aku itu udah setahun sama dia." balas Revan

"Aku minta ajarin dia matematika pulang sekolah hari ini."

"Hah, seriusan? Wah jangan jangan kamu ada apa apa lagi sama Mentari. Atau kamu suka sama Mentari ya?"

"Emm...mungkin saja."

Setelah pulang sekolah, Ryan menemui Mentari di taman belakang sekolah.

"Kamu sudah lama disini, maaf yaa." ucap Ryan

"Tidak apa-apa, ayo sekarang kita mau mulai darimana." ucap mentari sambil membuka buku paket matematika nya

Mentari mengajari Ryan dengan perlahan dan tenang hingga Ryan paham dengan soal tersebut.

Mentari juga memberikan Ryan sebuah soal untuk bisa dia jawab dengan benar.

"Wah Ryan ternyata kamu mudah untuk diajari yaa, lihat nih kamu baru aku jelasin sebentar aja udah langsung paham." sambil menunjuk kepada sebuah kertas yang berisikan soal.

"Aku memang dari lahir sudah pintar." ucap Ryan dengan alis yang terangkat sebelah.

Mereka berdua pun terkekeh bersama.

"Kalo gitu aku pulang yaa, kita lanjut besok lagi yaa."

"Tunggu dulu, sebagai rasa terimakasih aku jadi aku akan memberikan mu sesuatu." Ucap Rian.

"Kamu mau kemana?"

Ryan pergi meninggalkan Mentari yang dari tadi kebingungan atas sikap Rian aneh Ryan itu.

Rian membeli 2 buah es krim untuk mentari dan untuknya karena dia tahu Mentari sangat menyukai es krim yang sudah menjadi minuman terfavorit nya itu.

Entah mengapa sejak pertama kali bertemu Mentari, Rian mulai merasakan perasaan yang berbeda kepada Mentari seperti rasa suka tetapi sulit untuk diungkapkan.

Rian sudah banyak mengetahui Mentari dari cerita Revan teman sebangkunya itu.

"Ini buat kamu" Ucap Rian sambil memberikan es krim untuk Mentari.

"Waah! Terimakasih.

"Oh iya cowok yang kamu bilamg Bramasta itu siapa? Dia pacar kamu?"

"Tidak, dia itu hanya sepupuku tetapi kita hanya beda satu tahun."

"Aku fikir dia pacar kamu, bagus deh."

"Kenapa bagus?"

"Jadi aku masih ada kesempatan buat jadi orang yang paling dekat dengan mu."

Mentari pun terdiam sejenak mendengar ucapan Ryan.

"Jangan terlalu dimasukin ke hati, nanti kamu malah kepikiran aku terus." dengan wajah yang kepedean.












Perisai MentariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang