Perkenalkan, Aku Oceana. Orang-orang biasa memanggilku Sea. Ibu dan ayahku sangat mencintai alam, sampai-sampai aku diberi nama Oceana yang artinya laut.
Kami tinggal disebuah rumah minimalis dua lantai yang dekat dengan laut. Dibalkon atas rumahku ini sebenarnya masih ada rumah kecil yang lebih mirip rumah pohon. Ayah sengaja membuatnya agar kami bisa menikmati hamparan bintang dimalam hari dari atas sana. Tangganya pun dibuat seperti rumah kayu dengan beberapa batang kayu yang diikat diantara tali-tali tambang besar.
Disamping tangga itu ada juga pendopo beratapkan daun yang sengaja dirancang oleh ayah agar bisa mendapatkan suasana pedesaan ditengah kota.
Oh iya, dia sebenarnya melakukan semua itu untuk ibuku. Ibuku sangat menyukai laut maka dari itu ayah memilih membangun rumah yang lokasinya dekat dengan laut.
Ayah sendiri adalah seorang penggiat Travelling, dan yang sering dikunjunginya adalah gunung, sudah banyak deh gunung yang ia daki. Terbukti dengan beberapa foto yang tertempel didinding rumah pohon balkom kami. Kurasa orang tuaku adalah pasangan yang berbeda yang mencoba untuk saling memahami satu sama lain.
Perdebatan sangat sering terjadi diantara mereka, tapi ayah terlihat selalu mengalah, atau jika ayah sudah terlalu keras, ia merangkul ibu kedalam pelukannya sambil membelai rambutnya. Bagian ini adalah bagian yang sangat kusukai.
Saat ini, aku kuliah semester akhir disebuah Universitas Negeri yang ada di kotaku. Aku mengambil jurusan multimedia.
Bagiku, berurusan dengan mesin dan system lebih asik daripada berurusan dengan manusia yang memiliki bsebagai macam sifat.
Karena aku sudah semester akhir, aku jadi terlalu sibuk dengan studyku dan jarang memiliki waktu untuk bersenda gurau dengan ayah, yahhh anak perempuan memang lebih akrab dengan ayahnya kan?
Ayah banyak membantu dalam penyusunan skripsi ku, aku tahu pekerjaannya di kantor juga pasti banyak tapi dia selalu bersedia meluangkan waktunya untukku. Sementara ibuku yang kini memutuskan untuk resign dari tempat kerjanya dan ingin fokus mengurus keluarga dirumah.
Hal yang paling aku sukai dari ibuku adalah masakannya, setiap masakannya selalu membuatku rindu untuk pulang kerumah. Begitu juga dengan ayah.
Hari ini adalah hari sabtu, setelah ibu membangunkanku untuk sholat subuh, ayah mengajak kami bersiap untuk bersepeda, kata ayah olahraga itu penting untuk kesehatan fisik dan psikologi apalagi setelah banyaknya tekanan pekerjaan dan tugas kampus yang kami hadapi.
Selesai sholat, aku keluar untuk melihat ayah yang kini sedang sibuk dengan ketiga sepeda kami. Sepeda hijau untuk ayah, sepeda hitam untuk ibu dan yaa ayah memilihkan sepeda pink untukku. Katanya biar aku nggak kelewat tomboy.
Ketika hari mulai terang, kami meninggalkan rumah dengan sepeda kami masing-masing, aku berada paling depan, disusul oleh ibu dan ayah berada dipaling belakang.
Ayah sengaja berada paling belakang agar bisa terus mengawasi aku dan ibu, ibuku itu sangat mudah terkejut. Mendengar benda jatuh saja dia bisa terbangun dan beranjak dari tidurnya, dia mmenjadi sangat waspada.
Kali ini, kami bersepeda disekitar taman kota dan ke pantai yang yang jaraknya tidak terlalu jauh dari rumah kami.
Saat kami sudah sampai disebuah pohon teduh, kami memarkirkan sepeda kami.
Ayah menyewa sebuah karpet piknik untuk kami dan ibu menata sarapan kami yang disiapkannya tadi subuh. Sarapan kami hanya roti goreng yang didalamnya ada sosis dan sayur yang diberi saus sambal dan mayonaise. Tidak lupa teh hijau dan kopi hitam favorit ayah yang ibu simpan didalam wadah termos mini. Kami melahap habis makanan yang dibuat ibu. aku membereskan peralatan kami sesegera mungkin karena aku tahu setelah ini ayah pasti akan menjatuhkan kepalanya dipangkuan ibu sambil bercerita banyak hal.
Aku sangat bahagia melihat orangtuaku seperti itu. Dan tidak mau kalah, aku juga ikut berbaring di dada ayah.
Kami bertiga menghabiskan pagi dengan canda tawa yang ditemani semilir angin yang terasa sejuk pagi ini, yaa sekarang masih jam tujuh pagi, ibu tidak terlalu suka bersepeda agak siang, panas dan banyak polusia katanya.
Jam delapan kami kembali kerumah, karena ayah ingin segera melanjutkan proyek taman mini yang ia buat dihalaman rumah kami.
Aku lebih memilih membantu ayah dari pada membantu ibu di dapur.
"Anak perempuan itu harus pinter masak, biar suami makin sayang. lihat itu ayahmu tidak bisa jauh dari ibu seharipun" Kata ibu yang kini sedang berdiri dipintu.
Ayah yang baru saja mengambil sekop kecil langsung menjawab perkataan ibu.
"Iyaa nak, bantu ibumu sana".Aku melepaskan sarung tanganku dan langsung menyusul ibu kedapur dengan wajah yang cemberut.
"Kalau masak harus ikhlas Sea, nggak boleh terpaksa nanti hasilnya kurang enak".
"Iyaa bu." kataku dengan senyum yang kupaksa.
Aku membantu ibu mengupas bawang dan memotong sayur, hanya itu yang kubisa.
Handphone ibu berbunyi, dan itu adalah telpon dari Satria. Dia adalah tunanganku. Ibu memintaku untuk mengangkat telponnya tapi aku tidak mau karena masih malas kemarin dia melarangku membeli buku karangan Sherlock Holmes saat jalan-jalan kemall, aku tentu tidak bisa membeli buku itu karena terlalu sering revisi skripsiku. Katanya dia akan membelikanku banyak buku setelah aku lulus kuliah. Dia memintaku untuk fokus saja ke skripsiku.
Malam hari dia datang membawa sekotak besar kue soes kesukaanku, ibu menyambutnya dengan ramah sedangkan aku masih bermanja-manja pada ayah.
"Nak, coba lihat nak Satria itu, masa susah datang kesini malah kamu cuekin, ayo buatkan dia teh." Kata ayah.
Aku ke dapur dengan langkah kaki yang sengaja terlihat kuberat-beratkan, padahal aku sudah tidak sabar untuk menghabiskan soea yang dibawa oleh Satria.
Aku keluar dengan membawa empat cangkir teh hangat. Ibu hanya mengijinkan ayah minum kopi dipagi hari.
Ayah mengajak kami untuk kebalkon. Disana rupanya ayah sudah menyiapkan tempat untuk kami bersantai menghabiskan malam minggu.
"Pak, saya berniat untuk menikahi Sea setelah dia menyelesaikan studynya, dengan rendah hati saya mohon ijin dan restu dari bapak dan ibu."
Kedua orangtuaku tersenyum, ibu bersandar di bahu ayah dan tangan ayah merangkul bahu ibu
#thespiritofwriting21
Hari ini waktunya setoran link update cerita ke squad menulis yang diadakan little bee, dannnnn malam-malam gini baru nyadar kalo laptop ketinggalan dikantor, jadi nulis ini aja. Maap yakk kalo rada bingung hehee
Sea disini adalah anak Rain yang bercerita setelah ia dewasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Remahan Hati
NezařaditelnéKata-kata ini lewat begitu saja di kepalaku, tanpa permisi namun meninggalkan jejak Kadang dia sangat manis dan kadang sangat sadis. Jangan berharap partnya terdiri dari banyak kata, karena berharap kepada manusia, apalagi manusia seperti aku adalah...