Aku hujan...
Namaku aneh? dikira manis sajalah karena menurut mama ku, moment kelahiran ku disambut hujan yang lebat.
Aku lahir dari rahim wanita baik yang lebih dulu melahirkan beberapa orang laki-laki yang kupanggil "abang"
Papa ku meninggal saat aku masih kecil, jadi aku tidak punya memori khusus tentang nya, hanya mendengar cerita tentang dia dari mama dan abang-abang ku saja cukup membuat aku menghormati nya.
Aku adalah anak paling kecil jadi aku lumayan manja ke mama dan abang-abang ku apalagi perbedaan usia kami lumayan jauh.
Sedari kecil aku punya tubuh yang memang lemah, mama tidak ijin kan aku ikut kegiatan yang terlalu extrim dan sebagai anak yang baik tentu saja aku menurut hehehe..
Meskipun aku lemah secara fisik bukan berarti aku tidak nakal sperti anak lain..
Aku sering memanjat pohon orang lain bahkan pernah dihukum karena ketahuan bermain kartu gambar sampai malam tapi aku senang karena hasil kemenangan ku banyak dan bisa kujual lagi besok nya.
Kenakalan ku itu berhenti saat mama sampai menangis menghukum ku, itulah pertama kalinya dalam hidupku berjanji tidak akan kecewakan dan membuat nya menangis lagi.
Sejak kecil aku sangat suka menyisir rambut panjang mama, rasanya mama ku itu perempuan paling cantik dengan rambut hitam panjang nya, aku sangat suka membuat kepang lalu memberikan pita dengan warna cerah lalu mencium pipinya dan berkata "mamak paling cantik sedunia"
saat aku SMP, di momen anak seusia ku saat nya untuk akil balik, mama pernah bertanya padaku saat aku menyisir rambut panjang nya yang mulai memutih..
"Hujan punya banyak teman disekolah?" tanya mama.
"Banyak lah mak..hujan kan populer disekolah" jawab aku.
"Populer nakal atau populer pintar?" tanya mama.
"Populer pintar lah mak..semua orang mencontek tugas ku sampai ke titik koma nya, ya pak guru tau lah, kan bodok kali mereka" jawab ku.
"Hahaha jadi ada nya teman perempuan mu suka hujan?" tanya mama
"semua suka sama ku mak, aku kan pinter" jawab ku cuek.
"Maksud mamak, yang naksir ama mu anak nakal" jawab mama.
"Naksir? Ada sih beberapa suka beliin hujan jajan kalau jam istirahat" jawab aku.
"Jadi? Hujan pacari? siapa namanya? Cantik?" tanya mama semangat.
"Biasa saja sih cantik nya mak, aku tak mau pacaran, perempuan paling cantik itu masih mamak dimata ku" jawab ku santai.
Aku tidak tau apa salahku saat mama mengambil sisir yang aku pakai menyisir dan memukul lengan ku..
"Sakit mak!" aku menjerit.
"Mamak ngomong serius, kau jawab main².." jawab mama.
"Hujan juga serius mak! Aku tak suka sama perempuan!" jawab ku menjerit sambil mengelus lengan ku yang dipukul mama.
Aku ingat expresi terkejut mama saat itu, mama membeku beberapa saat, saat itu aku belum paham arti kata-kata ku tadi akan berdampak besar pada pilihan yang diambil mama dan abang-abang ku.
Sejak saat itu abang-abang ku jauh lebih protektif pada ku, seakan menjaga ku dari kenyataan berat yang baru akan kualami bertahun kedepan.
Saat teman² seusia ku bercerita tentang cewek gebetan mereka, aku hanya ikut meledek, atau bahkan saat para obrolan para anak2 lelaki yang besar tentang masa pubertas, pun aku hanya tertawa dan hanya cukup mendengarkan apa kata mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Namaku Hujan
Non-Fiction( FIN ) Kisah nyata tentang pilihan dan resiko pilihan ku.. Nama ku HUJAN.. Dan aku seorang gay.. 02/10/2024 : Rank 20 dari 2.34k in #realstory 🙏 04/10/2024 : rank 11 dari 2.34k in #realstory 🙏 10/10/2024 : rank 9 dark 2.34k in #realstory 🙏 Terim...