Ten

215 13 0
                                    

Lanjutan


Aku melihat bayangan hitam yang sedang memegang sebuah sabit kematian atau Death Scythe. Raga yang mempunyai bayangan itu akan membunuh orang yang berteriak. Aku tidak yakin dapat menolongnya.

Badanku kaku dan tidak dapat di gerakkan.

Bayangan tiba-tiba menghilang, Aku melirik , hanya mataku yang dapat digerakkan. Orang yang terancam tadi melihatku seolah melihat shinigami,

Apa yang sedang terjadi?

Aku tidak bisa berbuat apa-apa, Siapapun tolong aku!!

Aku melihat ke tanah, ada bayangan sedang mengacungkan Death Scythe. Ini lebih mengancam dari sebelumnya.

Death Scythe digerakkan secara perlahan, Orang yang terancam tadi melihatku ketakutan, Dia tidak membantuku malah berlari manjauhiku dengan cepat.

Aku mencoba berteriak. Mukaku pasti pucat dan aku ingin menangis dengan keras.

Inikah akhir semua?.

Death Scythe bergerak mendekati dan siap menerkamku dengan cepat.

Bsseett....

Bunyi angin terbelah karena suatu benda di gerakkan dengan cepat.


"AAA....," Aku menjerit histeris.


.................


"Apa kalian baik-baik saja?" tanya Dux.

"Apa yang terjadi? Aku masih hidup? oh, tidak mungkin," Napasku memburu, ternyata aku masih hidup.

"Kamu kenapa, Denai?" tanya Hou-kun.

"Ta..tadi..a..ak.." ucapanku terbata-bata.

"Biar dia istirahat, Pugtha, berikan dia segelah air putih," ucap Dux.

Seorang perempuan menghampiri dan memberikan segelas air putih, Kenapa telinganya di perban?.
"Arigatou," ucapku setelah meneguk air.

"Douita," jawab pugtha sambil tersenyum.

"Ada apa kamu menarik kami kesini, Dux?" tanya Hou-kun.

"Sebaiknya kembalilah ke tempat asal kalian, Takutnya banyak orang yang mencari dan dapat menimbulkan kecurigaan," jawab Dux.

"Bagaimana dengan Maookar?" tanya Jaiu.

" Kita tunggu saja,Dia tidak akan bertindak sebelum menemukan orang yang akan membangkitkan Rex Immortuos,"

"Baiklah, Denai apakah kau sudah baikan?" tanya Jaiu.

"Lumayan, Hei, Jaiu-kun kenapa kau meninggallkan ku di semak-semak sendirian?" jawabku kesal.

"Bukan maksudku meninggalkanmu, hanya saja tadi aku mencari sungai, tak tahunya aku malah kembali ke tempat Hou-kun berada," jawabnya.

"Lalu kenapa kau tidak menyusulku?"

"Aku lupa jalan meuju ke tempatmu, Hehehe, maaf ya?" jawabnya cengengesan.

"Hah, tak apa," aku sedikit merunduk.

"Kamu meninggalkan Denai sendirian di hutan?!" sahut Hou-kun.

"Eh, aku tidak sengaja,"

"Kalau sesuatu terjadi pada Denai bagaimana?!"

"Sudahlah, aku bisa jaga diri ko'," jawabku santai.

"Oh iya, Denai kenapa kamu menjerit ketika sampai di sini?" tanya Jaiu.

"Tadi ketika mencari sungai, aku melihat seseorang meminta tolong. Dia di kejar-kejar shinigami,"

"Shinigami?" Hou-kun bingung dan memotong ucapanku.

"Grim Reaper dalam bahasa inggris,"

"Oo, terus-terus?" ucap Hou-kun.

"Shinigami menhilang dan tiba-tiba muncul di belakangku, Tubuhku tidak bisa digerakkan, Perlahan dia mencoba menebas Leherku dengan Death Scythe miliknya, Untungnya Dux memanggil tepat waktu. Nyaris saja, Ancaman tidak datang sekali, pada awal aku menemukan kartu ini, ancaman itu sudah ada," jelasku panjang lebar.

"Sungguh mengerikan. Aku tidak tahu penyebabnya. Barhati-hatilah dan untung saja kau selamat," ucap Dux.

"Huuuh..." Aku membuang napas.

Jaiu terdiam, seperti memikirkan sesuatu.

"Baiklah, kita kembali ke tempat asal, Sampai jumpa semua, Lucidum," ucap Hou-kun.

Tiba-tiba semua media milik kami bercahaya.

Aku tidak dapat melihat apa-apa. kecuali kamarku.

Aku segera mandi dan berpakaian baju tidur.
Segera ku pejamkan mataku, tapi tidak bisa.
Aku sungguh syok dengan kejadian tadi.
Sungguh mengerikan.
Ku lihat jam dinding, sudah menunjukkan pukul 03:30.

Hari mulai pagi, Aku akan izin sekolah lagi hari ini, Entah dengan alasan apa, Aku idak kuat mataku tinggal lima watt.

Selamat tidur.



To Be Continue

ImmortuosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang