Yon (4)

6 1 0
                                    

Ia mendengar samar-samar suara sebuah pintu terbuka lalu ditutup. Seingatnya, semua orang yang mengantarkan dan menjenguknya tadi sudah pulang. Apa mungkin asistennya ketinggalan sesuatu?  Pikirnya.

"Hah, untung saja aku cepat-cepat kesini." Seru seseorang tiba-tiba dari arah pintu.

"Kok seperti suara cowok ya? Apa jangan-jangan maling? Tapi kok bisa masuk sih."  Batinnya dalam hati. Ia segera beranjak dari tempat tidurnya lalu mengendap-endap menuju dapurnya. Lalu mengambil panci berukuran sedang sebagai senjatanya jika benar itu maling.

Ia berjalan seperti  seorang maling menuju arah pintu, ia mengintip dibalik tembok dekat pintu itu. Ternyata benar dugaannya, itu bukan asisten pribadinya melainkan seorang cowok dengan pakaian mencurigakan hanya mengenakan celana jeans hitam panjang dan hoodie hitam. Suram sekali. Ia bersiap-siap memukul sambil berjalan ke arah cowok itu dan mulai menghitung satu sampai tiga.

"Satu...Dua...Ti..Ga!!!"

Bukk!!!!

Pukulannya tepat ke kepala cowok itu. Ia tersenyum bangga begitu melihat cowok itu menunduk kesakitan.

"Aww.." rintih cowok itu.

"Siapa kamu? Masuk-masuk apartemen orang, mau maling ya? Ngaku kamu!" tanyanya sambil menyodorkan panci yang ia bawa.

"Hahaha..Hahaha. Lucu ya lo, siapa juga yang mau maling. Gue tuh kesini cuma mau sembunyi dari orang aja."

Cowok itu malah tertawa bukannya marah atau kesakitan setelah mendapat pukulan darinya. Kini cowok itu terlihat makin mencurigakan, karena ia langsung berdiri membelakanginya lalu menempelkan tangan kirinya serta mendekati kupingnya ke arah pintu apartemennya. Apa yang cowok itu lakukan? batinnya dibuat semakin bingung.

"Nah, itu kamu sembunyi-sembunyi untuk apa? Pasti kamu habis maling kan? Terus masuk ke sini biar saya yang disalahkan kalo kamu ketangkap nanti?"

"Lo berisik banget si, gue jadi ga bisa denger nih!"

"Denger apaan sih, ga usah ngeles gitu, kamu pasti ma"

Seketika cowok itu menariknya lalu mendekatkan telinganya pada pintu apartemennya. Ia mencoba mendengar apa yang dimaksud.

"Sssst, jangan berisik nanti gue ketauan sama yang diluar."

"Siapa emang?"

"Dengerin aja deh lo."

Mereka berdua mendengar yang dimaksud dengan seksama, terdengar suara cewek seperti sedang mencari seseorang.

"Halo? Ada orang di dalam? Ayolah aku tau kamu disini. Kamu jangan sembunyi dari aku dong.  Salah aku apa sih sampai-sampai kamu gak mau ketemu aku. Aku buka ya pakai kartu yang aku simpan?"

"Ehh, itu kamu dicariin lho" belum selesai ia bicara, mulutnya sudah didekap oleh tangan cowok itu. Ia mencoba melihat mata cowok itu. Iris mata itu begitu indah dan ia baru sadar kalau mereka berdua sejak tadi tidak pernah bertatapan atau melihat muka satu sama lain.

"Ssst. Udah gue bilang jangan berisik."

"Heh kamu, jangan seenaknya dekap orang gini." Protesnya sambil melepas paksa dekapan cowok itu. "Emang dia siapa kamu?"

"Dia itu hrd  di sebuah perusahaan besar di kota ini. Kita udah kenal dari lama, tapi gue risih sama tingkah laku dia yang ga pernah ngerti apa mau gue."

Cowok itu duduk dan bersandar di pintu lalu beralih menatap ponselnya yang sudah terhubung dengan rekaman kamera yang ia pasang, ia kesal melihat cewek itu masih belum pergi dari apartemennya.

Trust MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang