Part V

363 11 0
                                    

Aku berlari secepat mungkin mengikuti temanku. Melewati sebuah gang kecil berliku-liku yang dibatasi tembok tinggi bercat coklat. Suasana nya sangat sepi, tidak ada rumah penduduk dan hanya terdengar suara langkah kaki kami. Selama perjalanan, Holmes tidak mengatakan apa-apa dan aku tidak berniat menyinggung nya. Beberapa menit kemudian, tenagaku mulai mengering. Kakiku sudah tidak kuat lagi berlari. Seketika aku berhenti dan membungkuk sambil mengatur napasku. Temanku masih berlari di depan dengan semangat khas seorang Sherlock Holmes yang kukenal.

Aku kembali menegakkan badanku dan menghampiri Holmes yang tampaknya juga mulai kehilangan tenaganya. Ia tengah membungkuk sambil menyandarkan badannya ke tembok coklat. Ia mendengus bagai kuda yang dipakai berperang seharian. "Sudah berapa lama kita berlari, Watson?" katanya saat aku menghampirinya.

"Kurang lebih 13 menit." balasku setelah mengintip jam tangan.

Ia menegakkan badannya dan menatap kearahku, "Ini sudah cukup," katanya. "Kita lanjutkan saja perjalanan kita dengan berjalan kaki."

Seketika kami berdua hening. Aku memikirkan makna kalimat yang barusan ia ucapkan. Tidak pernah kulihat Holmes pasrah begitu saja saat mengejar buruannya.   Setelah memandang keadaan sekitar yang sunyi, tidak terdengar tanda-tanda kehidupan, kepasrahan mulai menyelimutiku. Mr. Abel adalah seorang karyawan yang teladan, ia pasti bekerja setiap hari, jadi kami bisa menangkapnya kapan pun. Tanpa mengatakan sepatah kata pun, Holmes melanjutkan perjalanannya dengan nafas terengah-engah.

Setelah cukup lama berjalan, akhirnya kami keluar dari gang tersebut dan jalan keluarnya sudah tidak asing lagi bagi kami. Diseberang kami terlihat sebuah bangunan oranye yang dikerumuni keramaian. Tanpa melihat plang bertuliskan "Ray Bakery" di sekitar pintu masuknya, tentu saja kami sudah tau kalau itu adalah toko roti yang menjadi tujuan kami berlari. Kami tiba di halaman depannya. Aku langsung menjatuhkan badanku ke sebuah kursi kayu yang didepannya terdapat sebuah meja bundar.

Holmes duduk di kursi yang satu lagi dan berhadapan denganku. Kami berdua mencoba mengatur napas dan menenangkan diri kami. Temanku menundukkan kepalanya sambil menggulung lengan kanannya dan mengecek jam tangan miliknya. Beberapa saat kemudian, seorang pelayan pria menghampiri. Holmes mengangkat kepalanya dan menatap kearahku sambil menyembunyikan kelelahannya, "Mau coba rotinya, Watson?"

"Tidak untuk sore ini, aku ingin minum saja" jawabku lirih.

"Baiklah. Apakah disini menyediakan minuman?" tanya Holmes ke pelayan tersebut.

"Ya, tapi tidak beralkohol, Sir." balasnya.

"Ah, kalau begitu, dua cangkir teh hangat."

"Baik, Sir." kata pelayan tersebut sambil berjalan kedalam. Sebelum ia sampai ke pintu masuk, Holmes memanggilnya lagi dan pelayan tersebut menghentikan langkah kakinya, "Ada lagi, Sir?" katanya sambil menengok kebelakang.

"Mr. Abel Morrock sedang bekerja?" tanya Holmes sambil menghisap cerutunya.

"Ya, kami mendapat beberapa pesanan, dan ia ditugaskan untuk mengantarnya 5 menit yang lalu. Ada pesan, Sir?" balas pelayan berwajah lembut tersebut.

"Tidak ada, terima kasih." kata Holmes sambil tertawa kecil.

Seketika aku memikirkan kesalahan yang kami berdua lakukan. Kami seharusnya berlari lewat jalan utama---lewat Pasar Thunder Bay--- untuk sampai kesini, guna mempersingkat waktu. Tapi ini semua keinginan Holmes, aku tidak mengerti rencana apa yang terpikirkan olehnya. Ia tidak akan menceritakan isi pikirannya sebelum kasusnya selesai atau sebelum aku menyinggungnya.

"Sial!" kataku kesal. "Seharusnya kita terus berlari. Sekarang, terlambat sudah."

Temanku tampak terkejut dan menatapku dengan senyuman, "Apa yang kau pikirkan, Dokter?"

Sherlock Holmes : Tragedi Thunder Bay [FANFICTION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang