Sepupu

39 1 0
                                    

Aurel pov

Brak!

Kalian pasti tau siapa yang kebiasaan buka pintu sekeras itu.

"AUREL!!!BANGUUUUN!!!!UDAH SOREE!!!!GUE MAU AJAK LO JALAN", teriak cewek yang memakai pakaian kasual itu.

Aku tak meresponnya, justru menutupi tubuh dari kepala sampai ujung kaki dengan selimut.

Buk!
Aw! Kepalaku dilempar bantal. Sakit. Nggak percaya? Coba sendiri kalau mau.
"Ish kakak nih, ganggu orang tidur aja"
Bukan kakakku kalau kehabisan akal untuk menggangguku.
Kak Elise menarik kakiku sampai hampir terjatuh.

"Cepet mandi! Dasar pemalas! Gue tunggu di luar", ujarnya sambil mendorongku ke kamar mandi, lalu keluar kamar.

Aku keluar dengan tubuh yang hanya tertutup handuk, kemudian memakai kaos putih yang bagian depannya kumasukkan, berbalut kemeja flanel kotak-kotak, ujungnya diikat membentuk pita dan celana jeans pendek. Rambut terkuncir satu. Wajah kupoles bedak dan bibir kuberi sentuhan lib balm, agar terlihat natural. Sepatu? Sneakers andalanku. Inilah style casual yang biasa kupakai keluar rumah.

Aku segera keluar rumah dan ku dapati kak Elise yang sedang berbincang-bincang dengan...
Rahva!

Ia terlihat lebih anggun dari keanggunan yang biasa kulihat. Gamis biru navy dan kerudung Paris warna putih bermotif membuatnya terlihat manis.

Aku menghampiri mereka yang sedari tadi tak menyadari keberadaanku.
Ngenes gue. Lebay ah.

"Rahva? Kok kesini? Cari siapa?"
"Ya elo lah, masak gue mau cari kucing peliharaan Lo sihh"

Sabar Alexa.. sabar..

Nyesel gue bilang dia anggun. Penampilan anggun tapi sifatnya nyebelin nggak ketulungan. Iya sih, nggak ada temen gue yang agak waras.

"Gue mau ajak lo ke Transmart"

Tanganku merangkul tengkuk leher.
"Aduh, denger kata mall mesti Lo mau mborong nihh, gue nggak ikut ah, capek"
"Enak aja, sorry ya gue bukan emak-emak yang mborong satu mall sama penjualnya", ujar Rahva tak terima.
Aku memutar bola mata malas.
"Iyain aja deh biar cepet. Lah kakak gue entar gimana?", Tanyaku sambil menoleh ke kak Elise yang sibuk berkutat dengan layar ponselnya.

"Lo temenin Rahva aja, gue diajak temen Genk untuk kumpul"
"Ya deh hati-hati jangan nginjek semut!", Ujarku padanya yang langsung melaju dengan motornya. Ia hanya memberi kode jempol padaku.

"Va, Lo bisa bonceng gue dengan baju gitu?", Tanyaku.
"Nggaklah. Pakai motor gue aja", jawabnya sambil menunjuk motor scoopy.
"Penampilan lo nggak kayak sifat lo ya ", ujarku terheran melihatnya.

"Udah yuk, capcus", tukasku mengakhiri pembicaraan.
"Ok"

°°°

Ryo pov

Plok! Satu gamis nemplok di wajah.

Gue jadi babu.

Ya, bunda tak menghiraukanku yang kewalahan membawa 10 plastik baju dan masih terus saja sibuk dengan aktivitas shoppingnya.

"Udah Bun, boros itu enggak baik loh", ujar gue dengan tampang sebal.
"Nah, biar nggak boros itu cari diskonan"

Ok, gue kalah.
Emang gue bukan lawan debat bunda yang tiap hari berpidato dan berargumentasi untuk mengatasi anaknya jika membantah.

"Eh jeng, lama nggak ketemu..", ucap seseorang yang berjalan mendekat.

"Eh jeng janipah, lama nggak ketemu ya..", sapa bunda sambil memeluknya ala ibu-ibu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 27, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Deen AssalamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang