02

2.9K 250 15
                                    

Chico
.
.
.

Pintu terbuka, tentunya setelah lima detik yang lalu yoongi memencet bell rumah dan menggetuk-ngetuk pintu akibat panik. Wajah bingung dari bibi han tercetak jelas, namun tak sempat bertanya sebab Yoongi yang langsung masuk menuju kamarnya.

"bii tolong pangilkan dokter jin, anak ini sedang sakit badanya sangat panas" ucapnya, sembari melangkah masuk ke kediamannya sendiri. Lalu meminta dibukakan pintu kamar untuk merebahkan tubuh jimin kecil. Tak banyak bertanya bibi han langsung menelepon dokter jin atas perintah Yoongi.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"apa sakitnya parah?" tanya Yoongi penasaran.

"tunggu dulu, sebelum itu dia anak siapa? Saudaramu atau siapa?" tanya jin penasaran atas identitas anak yang dua menit lalu ia periksa kondisi tubuhnya.
Tak banyak menjawab Yoongi hanya mengelengkan kepalanya.

"hah? Lalu dia siapa? Kau sudah punya anak? Bahkan statusmu masih dua minggu lagi akan keluar" tanya Jin bingung.

"aku menemukannya di jalan...."

"menemuakan..." potong Jin

"aku belum selesai bicara"

"ahh iya lalu?"

"Jimin ku temukan di halte bus kota"

"namanya Jimin?"

" dia mengatakan namanya jimin" tukas Yoongi santai.

" dia mengatakan sedang menungu ibunya, tak mungkinkan sudah selarut ini ibukanya akan menjemputnya. Tak lama ku ajak bicara dia malah pingsan, apa dia baik baik saja?" tanya Yoongi penasaran.

"wajar saja dia pingsan. Dia tidak makan kurang lebih dua hari" tukasnya seraya menulis tata cara pengunaan obat di botol yang ia pengang.

"dua hari? Terejut, mengingat bagaimana ia menemukan jimin beberapa jam lalu
"bagimana jin hyung tahu?"

"kau meremehkan ku sebagai dokter?
Ini sirup untuknya, berikan padanya 2x sehari, ku pikir besok pagi dia akan bangun. Jadi tugas mu besok pagi adalah mencari orang tuanya. Pasti ia tersesat" tukasnya, lalu beranjak pergi.
.


.
.

Yoongi yang masih bingung menimang botol obat di tanggan kanannya "haiss ada ada saja. Bagaimana aku mencari orang tuanya? Oke Yoongi untuk saat ini kau hanya butuh tidur" gumannya, sembari membuka pintu kamar.

Di tatapnya jimin kecil yang tertidur pulas di ranjang miliknya "lalu aku tidur di mana? " tanyanya pada diri sendiri, bingung. Mengingat jika tiba tiba ia naik ke atas ranjang lalu jimin kecil akan menangis dan meminta atarakan pulang. "ahgkk tidak tidak, untuk malam ini aku harus tidur di kamar lain. Tpi aku tak mungkin meninggalkannya di sini sendirian haisss" batinya yang sedang bergulat dengan pikiranya sendiri.

"baik lah yoongi-ahh malam ini kau harus tidur di sofa untuk malam ini saja oke"  meletakkan obat di meja dekat sofa seraya merebahkan badannya, tak berapa lama Yoongi mulai terlelap dalam tertidurnya.
.
.
.
.
.
.
.
03:30

"hisk.. hisk.. " Terdegar suara isakan dan tangis Jimin di telinga Yoongi sontak membuatnya terbagun dan menghampiri ank itu. Di lihatnya jimin yang beguling gelisah dan menangis namun masih dengan mata yang rertutup. yoongi dengan kesadaran yang belum penuh seutuhnya merebahkan dirinya di samping jimin. Lengan terulur menepuk-nepuk lembut pungung jimin yang kian merapat dalam peluknya.

Entah apa yanh di rasakan jimin kecil. Namun mampu membuatnya berhenti menangis dan kembali terlelap dalam peluk yoongi.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.


Sinar matahari yang mulai menembus kaca jendela kamar yoongi membuatnya terbangun. Hal pertama yang di lihatnya adalah seorang anak yang tengan duduk di sampingnya menatapnya mungkin sudah lama, sontak membuatnya terkejut
"ohh astgaaa" batinya sembari menepuk jidatnya. Sebab sebelumnya ia sempat terkejut akan keberadaan jimin, ia lupa tentang ke jadian tadi malam. Cerita bagaimana anak itu bisa sampai di sini, di ranjanganya.

"hai. Selamat pagi jiminie sudah bangun sejak tadi. Mengapa tak membangunkan hyung? " tanya yoongi ramah. Sembari bangkit dari tidurnya hendak duduk.

Tak menjawab apa maupun menggerakkan tubuh, berisyarat. Mata jimin kecil malah berkaca kaca menatap yoongi dengan takut.

"jangan menangis, Ku mohon jangan menangis. Hyung bukan orang jahat kau tak perlu takut. Tolong jangan menangis ya jiminiee" pinta yoongi dengat sangat. Iya takut dan juga tak berpengalaman menenangkan seorang anak kecil jika sedang menangis. Dan perlu di ketahui jimin adalah anak kecil pertama yang berinteraksi sejauh ini dengan yoongi. Maklum saja ia tak punya saudara sejak lahir, anak tunggal dari keluarga min.

"hisk.. Hikss" apa daya pujukan yoongi yang tidak mempan. Tetap saja tangisan jimin pecah.
"jiminine...lindu ibu jiminie. Kenapa ibu tidak jemput jiminiee hyungg... Hiskk.. Hikss jiminie takut" keluh jimin

"heyy tak apa jimin ahh. Jangan menagis kita akan bersama sama mencari ibumu. Hyung akan membantu mu, jangan takut kau bisa tinggal bersama hyung untuk beberapa waktu kedepan sampai kita menemukan ibumu. Bagaimana? " pujuk. Yoongi berusaha menenagkan jimin dari tangisnya.

Jimin, dengan mata yang masih berlinang dan penuh harapan mengangukkan kepalanya pertanda mengiyakan ucapan yoongi.

'hyungg janji?'

'iyaa hyung janji'

"apa kau lapar? Ayo sarapan, ku pikir bibihan sudah menyiapkan sarapan kita" ajaknya, tangan terulur untuk mengambil jemari kecil jimin. Jimin pun berdiri dari duduknya beranjak turun dari ranjang yoongi.

Namun sebelum kakinya benar-benar senyentuh lantai, tubuh jimin kecil sudah di angkat oleh yoongi. Membawanya ke gendongannya.

"hyungg... Jiminie bisa jalan sendili" tukasnya dengan mimik bingung. Sebab jimin asing dengan gendongan. Ibunya jimin juga jarang mengendongnya.

"tak apa, jangan khwatir kau tidak berat kok jiminie" ucap yoongi dengan seyum terulas di wajahnya, sembari mengacak gemas suarai hitam jimin.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Ok sampai di sini gimana? :"

C H I C O [yoonmin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang