Teet! Teet! Teet!
Suara alarm mendengung di telingaku, dengan cepat ku matikan alarm digital yang berada tepat didepan telingaku, kemudian beranjak lah tubuhku dari kasur dan segera menuju kamar kak Diza untuk membangunkan dirinya.
"Kak! Ayo bangun dan sho__" Kubuka pintu kamarnya dan kulihat kak Diza yang sudah duduk dengan membawa jam alarm ditangannya. "Udah bangun ya?" Kataku yang berdiri didepan pintunya, kemudian menoleh lah kepala kak Diza kearahku.
"Itu sudah jelas, kan?" Kak Diza menaruh jam wekernya ke meja rak yang berada disamping kasurnya. Meskipun sudah terbiasa dengan sikap angkuhnya tetap saja aku masih merasa terganggu.
Setelah melakukan kegiatan keseharian kami yakni Sholat subuh, kami sekeluarga mengisi waktu dengan menonton TV dan membaca Al-Quran.
Setelah itu seperti biasa ibu dan kak Diza memasak sarapan dan menyiapkan alat makan berupa mangkok, sumpit dan lain-lain. Sementara Aji hanya bermain kesana kemari.
Ayah melakukan kesehariannya dengan melihat berita pagi, sementara aku menyirami bunga dihalaman rumah kami.
Saat memandangi langit terlihat impianku yang ingin sekali tangan ini mencapainya. "Nisa-san"
Aku bukan hanya mengaguminya tapi perasaan ini sangat tulus kepadanya, bukan hanya sekedar cinta belaka tapi juga rasa sayang yang tak kunjung padam, ketika bertemu dengannya hati ini tak bisa berhenti berdetak.
"Tunggu saja Nisa-san, kau pasti akan segera kudapatkan" Ku bentuk tanganku menjadi sebuah pistol dan mengarahkannya kelangit kemudian menembakkannya diakhir kalimatku.
***
Annisa Dewi:
(Merinding) tiba-tiba tubuhku merinding ditengah jalan saat berangkat sekolah bersama Karin.
"Kenapa?"
"Entah kenapa tubuhku jadi merinding, apa karena udaranya ya?" Aku sedikit meringis pada Karin, kemudian melihat langit dengan masih memeluk tubuhku yang agak kedinginan. Memang sih karena musim semi sebentar lagi akan berakhir karena sudah bulan Juli.
"Udaranya agak berubah-ubah, jadi harap lebih hati-hati lagi, tuan putri" Lagi-lagi Karin menyebutku tuan putri sambil berjalan mendahuluiku, aku memang punya gebetan tapi bukan berarti kamu bisa memanggilku seenaknya seperti itu kan?!
"Karin-san, bisa berhenti memanggil ku seperti itu? Itu agak mengganggu" Pintaku, dengan pandangan dingin pada Karin.
"Kita sudah hampir terlambat, ayo!" Karin berlari terlebih dahulu dengan kecepatan sedang, yang kemudian dipercepat, aku mengikuti dari belakang.
Dia memang pandai memindahkan topik pembicaraan, memang kami hampir terlambat pergi sekolah karena aku ketiduran dan langsung berangkat setelah mencuci muka.
***
Mahakarya Syamsuri:
"Selamat pagi!" Ucapku saat memasuki kelas kak Diza tetap cuek dan bergerak menuju bangkunya, beberapa teman kelas menjawab salamku, tapi aku belum melihat orang penting dalam hidupku.
"Nisa-san belum datang?" Tanyaku pada siapapun yang berada didekatku.
"Oh, aku belum melihatnya juga sih" Jawab seorang teman sekelas yang sedang mengobrol dengan temannya.
"Begitu ya! Terima kasih" Setelah berterima kasih aku langsung berjalan menuju bangkuku yang mana bekas tempat duduk Nisa, menaruh tas dan langsung duduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Romance Love [Revisi Edition]
Romance#cerita tentang suka sama suka dalam diam# Mahakarya Syamsuri, Panggilan Karya, Umur 17 thun. Adalah Siswa SMA Burai dari Indonesia yang imigran Indonesia ke Jepang sejak ia masih SD. Saat masuk SMP dia bertemu anak geng yang menolongnya dari bully...