Desember dingin, tubuhnya membeku, bibirnya kaku dan dia tidak bisa menghangatkan dirinya sendiri.Samar-samar keluhan nafas keluar, membentuk kepulan asap hangat didepan mulutnya, hilang dan kabur begitu saja. Tahun baru akan jadi jauh lebih buruk daripada yang lainnya.
"Dia, siapa laki-laki itu namanya? Johnny? Johnny siapa?" Bentakan keras memecah dinginnya keadaan, membekukan nafas dan menghunus jauh kedalam hati; Lee Taeyong yang temperamental.
Jari-jari tangan yang kuat tiba-tiba mencekal lengan Yuta. Akibat tidak siap dan terkejut, keluhan berupa rintihan keluar dari mulutnya, tapi Taeyong seakan tidak mendengar. Laki-laki itu kemudian menyeret lengan ditangannya kuat-kuat, sengaja mempercepat langkah sehingga kaki-kaki Yuta menyusuri jalanan tergesa dan tersandung langkahnya sendiri.
"T-tunggu!" Yuta menahan tangannya, berusaha sekuat mungkin juga menahan kakinya untuk tidak bergerak maju atas geretan kejam Taeyong. "Aku bisa jelaskan" katanya takut.
"K-kamu nggak bisa gini ke aku!" Protes Yuta.
Wajah Taeyong bahkan tidak berubah sedikitpun. Matanya menatap Yuta tanpa mengucapkan apapun.
Taeyong menyeret lagi, kali ini dengan sentakan sehingga kaki Yuta terbawa langkah didepannya berat-berat.
Langkah kaki yang tadinya penuh derita itu akhirnya berakhir di ujung taman, tempat parkir dimana mobil hitam mahal diparkir satu-satunya. Untuk yang terakhir, Yuta dihempaskan masuk kedalam mobil sekali hentakan yang kasar. Dan sebagai penutup hari pahitnya, dia menerima bantingan pintu keras tepat disamping telinganya.
"Pakai sabukmu! Kamu sedang apa melihatiku begitu?" Taeyong dengan tega mendorong telunjuknya kepada dahi Yuta yang menghadapnya ketika dia masuk ke kursi pengemudi.
Yuta sekali lagi mengaduh, yang diabaikan tentu saja. Kemudian memasang sabuknya dengan muka merah menahan marah dan malu. Dia tidak pernah membayangkan akan diseret-seret sepanjang jalan oleh orang yang sangat dia benci, di depan umum, kedinginan dan dengan balasan perlakuan dingin yang sama persis dengan musim di bulan Desember. Harga dirinya terluka tapi dia tidak bisa mengeluarkan protesnya.
"Aku mau kamu diam. Bicara ketika kita sudah di rumah" suara Taeyong dingin. Lalu dia menyalakan mobil dan mulai memacu mobil keluar parkiran dengan gerakan putaran yang gesit, memicu ban berdecit dan ketegangan di tubuh Yuta.
Yuta menutup mulutnya rapat. Dia sangat muak kepada Taeyong.
note; asksjsksjsksk- sorry, i prefer soft yuta ;( tapi apakah ini terlalu soft? :"(
KAMU SEDANG MEMBACA
happier
Fanfiction"being your boyfriend is sucks, and it doesn't means that im happy with you,"-