two

1K 110 15
                                    


"Aku nggak melararangmu pergi bukan karena aku mau kamu kencan sama pria lain!"

Yuta dengan tergesa mengikuti langkah Taeyong masuk kedalam apartemen mereka. Yuta menutup pintu dengan gerakan keras, memprotes kepada keadaan. Yuta bahkan tidak bisa mengelak Taeyong sedikitpun.

"Johnny!" Bentak Taeyong, berbalik kepada Yuta. Nafas laki-laki itu kuat, bibirnya rapat. Dia mengecam Yuta, menunjuk laki-laki itu dengan telunjuknya.

"Aku kenal Johnny. Kamu pikir aku bego? Aku tau semuanya. Aku tau kalian sering pergi jalan bareng. How dare you?!"

Yuta menggenggam mantelnya sebagai pegangan. Bibirnya berkedut ingin balik marah tapi apa yang bisa dia keluarkan cuma hembusan nafas, menyerah.

"Itu cuma konten trip. Kami nggak pergi sampai ke-"

"Whatever." Potong Taeyong tidak mau dengar. Pria itu sepenuhnya menghadapkan badannya ke arah Yuta, bersidekap. "Kamu pergi jalan dengannya. Seluruh dunia bakalan tau apa yang kamu lakuin ini adalah cheating." Desis Taeyong tajam.

Mulut Yuta bergetar.

Sedikit berani, dia menatap Taeyong tidak kalah tajamnnya. Kalau Taeyong mampu memperlakukannya sekejam tadi, Yuta tidak bisa membiarkan dirinya diinjak begitu saja.

"Im not cheating with anybody." Tukas Yuta tajam dan jelas. Berharap Taeyong bakalan menurunkan matanya hanya untuk mendengarkan dia.

Taeyong menengadahkan kepalanya. Rambut yang diwarna putih membingkai sempurna wajah sempurna yang pernah Yuta puja sepanjang waktu. Tapi tidak lagi ketika laki-laki itu mulai temperamental.







Taeyong melangkah kearah Yuta dengan langkah tegas dan mata yang penuh tekad untuk melakukan sesuatu kepada Yuta.

Yuta menyadari bahwa kakinya bergerak refleks menghindari Taeyong bahkan sampai pria itu berdiri tepat sejengkal dari mukanya hingga kaus kaki hangat mereka saling bersinggungan.

"Kamu," Taeyong tarik dagu Yuta ketika laki-laki itu memalingkan muka. "Seberapa jauh main dengan Johnny tanpa aku tau? Johnny, pria bangsat itu,apa yang kamu suka dari dia?"

Yuta gentar menatap mata Taeyong. Lidahnya terasa kaku untuk mengeluarkan satu kata pembelaan. Dan Yuta berakhir menikmati bagaimana  Taeyong menyeringai keji kepadanya.

"Apa karena dia punya satu putera yang manis?" Taeyong membuang dagu Yuta kesamping, tidak tahan menatap wajah didepannya lama-lama. "Apa karena dia baik dan tidak  seperti aku?"

Nafas Yuta lambat laun menjadi lebih berat seiring perasaan marahnya yang naik ke permukaan.

"Kamu jangan ngomong sembarangan soal Johnny." Final Yuta. Dia bahkan tidak dapat menyuarakan pembelaan untuk dirinya sendiri tapi kuping Yuta panas mendengar perkataan Taeyong soal Johnny.

"Lihat kamu Yuta," Taeyong meloloskan mantelnya, menariknya copot dan melemparkannya kedepan wajah Yuta. "Kamu bela dia. Apa sekarang kamu mau bilang kalau kamu nggak bahagia denganku?"

Yuta memejamkan matanya ketika mantel menabrak dan turun kelantai dari wajahnya. Taeyong tidak waras. Laki-laki itu memperlakukan Yuta dengan kasar.







"Kalau begitu kenapa tidak kamu saja yang buat aku bahagia?!" Bentak Yuta marah, suaranya bergetar. Cuma itu yang dapat Yuta keluarkan matang-matang dari hati ke mulutnya.







Dibalik semua perlakuan Taeyong, Yuta berharap bahwa laki-laki itu tidak berubah. Bahwa Taeyong masih menyimpan rasa kepadanya dan tidak mau kehilangannya. Tapi bersikap kasar, Yuta tidak dapat mentolerir perbuatan Taeyong kepadanya. Itu tidak manusiawi.

Taeyong mengernyit kepadanya. Cukup menyenangkan mendengarkam tunangannya berharap bahwa Taeyong bakal membuatnya bahagia.

Taeyong menggaruk ujung alisnya yang dicukur menggunakan kelingkingnya, laki-laki itu meloloskan sedikit tawanya yang sarkastik.

"Yuta," kata Taeyong lembut, berusaha menahan sentakan perasaan marah atas tidak tahu dirinya orang di hadapannya ini. "Sulit untuk kita bisa menjalani segalanya hingga sampai disini. Aku banyak kesulitan gara-gara kamu, tapi begitu,  aku masih ada disini. See?" Taeyong mengendikkan bahunya. "Aku selalu disini."



Yuta berharap kalau dirinya bakal terharu atas kalimat Taeyong barusan. Tapi tidak! Itu hanya membuatnya semakin terluka.

Taeyong menatap Yuta. Matanya terluka.

"Gimana bisa kamu bilang bahwa kamu nggak bahagia?!"













Kejadiannya sangat cepat.

Yuta merasakan dirinya terbanting ke kursi dibelakang punggungnya. Ketika Yuta menaikkan pandangannya, Taeyong sudah ada diatasnya, dengan wajah merah. Nafas laki-laki itu menerpa wajah Yuta yang nyaris basah. Mendendangkan kemarahan.

Taeyong kelihatan tidak dapat menahan apapun lagi.



"Kamu yang bikin diri kamu sendiri kesulitan," desis Taeyong didepan wajah Yuta. "Bukan aku maupun hubungan kita. Kamu sendiri." Yuta merasakan telunjuk Taeyong menunjuk-nunjuk dadanya dengan keras.





Sedemikian rupanya perdebatan mereka, hanya kembali seperti ini. Seperti sebelum-sebelumnya.

Air mata Yuta lolos, dia gagal menyembunyikan kelemahannya.

Sebelum Yuta sadar, Taeyong segera mencium bibirnya dengan gerakan cepat dan panas



kangen kalian muahh

happierTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang