Attention 1

43.8K 2.1K 175
                                    

Pria yang berstatus sebagai manajer di tempatnya bekerja menghela napas lelah. Ia memijit pelipisnya saat melihat berbagai kesalahan yang tertera pada dokumen yang dibawakan oleh bawahannya. Pria bernama Lee Jeno itu mengangkat gagang telepon dan menekan beberapa angka sambil menunggu respon.

"Panggil Na Jaemin ke ruanganku, sekarang," Tanpa menunggu sahutan, Jeno langsung mengembalikan gagang telepon pada tempatnya sampai beberapa saat terdengar langkah yang mendekat diikuti dengan ketukan pada pintu ruangnya. 

Setelah diizinkan masuk, pria manis yang bernama Na Jaemin melangkah masuk dengan wajah yang tidak menampakkan rasa gugup ataupun takut. Malahan wajahnya dihiasi oleh senyum, padahal ia tahu jika ia dipanggil karena melakukan kesalahan.

"Ada apa, Bujang-nim?" Pria bermarga Na itu memasang tampang polos khas dengan bola mata bulat jernih miliknya yang tentu selalu membuat semua orang terpana saat sudah duduk di hadapan Jeno. Tetapi manajernya ini sedikit keras kepala dan tidak menunjukkan reaksi apapun, tatapannya masih serius, seperti biasanya.

Jeno mendorong dokumen yang sebelumnya dibaca olehnya di hadapan Jaemin.

"Seperti biasa," Jeno berkata singkat, Jaemin hanya membentuk huruf O dengan mulutnya.

JIka kalian berpikir Jaemin bukanlah seorang yang berkompeten, maka kalian salah. Jaemin pernah menjadi sekretaris sementara untuk direktur di perusahaannya. Jaemin hanya suka dipanggil ke ruangan ini, meskipun harus menggunakan kesalahan sebagai alasan. Jeno kembali menghela napas melihat Jaemin masih mempertahankan binar polos itu.

"Kuharap kau lebih teliti dalam memeriksanya sebelum menyerahkannya padaku," Kalimat yang selalu Jeno ucapkan kepada Jaemin setiap kali Jaemin masuk ke ruangannya. Rasanya percuma saja jika Jeno memberi ceramah pada Jaemin. Karena Jeno sendiri tahu, sebenarnya Jaemin sengaja membuat kesalahan-kesalahan kecil yang bisa ditolerir.

"Baiklah Bujang-nim, maaf atas kesalahan yang sering terjadi," Jaemin meminta maaf yang hanya dibalas dengan gumam pelan.

"Kau boleh kembali sekarang," Jaemin mengangguk pelan lalu bangkit dari duduknya, tak lupa membungkuk sebelum keluar dari ruangan. 

Jeno menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi, lalu memejamkan matanya. Aroma memabukkan buah peach yang memenuhi ruangan membuat Jeno kehilangan fokusnya pada pekerjaan. Fokusnya hanya mengarah pada pemilik aroma ini, yaitu Na Jaemin.

Merasa ia butuh menjernihkan pikirannya, Jeno melangkah keluar dari ruangannya, berdiri pada penyangga dan menatap kebawah, dimana pemuda Na itu bersama dengan rekan kerja yang lain.

Matanya menajam saat rekan kerja yang terkenal tinggi itu merangkul Jaemin dan mengacak surai lembut Jaemin. Sedangkan Jaemin tampak tak menolak dan malah tertawa. Mungkin pemuda tinggi itu membuat lelucon bodoh.

Merasa diperhatikan dengan tajam, Jaemin berbalik untuk menatap keatas dan mendapati sepasang mata yang penuh karisma itu menatapnya lekat, bahkan tidak repot-repot untuk mengalihkan pandangannya saat tertangkap basah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Merasa diperhatikan dengan tajam, Jaemin berbalik untuk menatap keatas dan mendapati sepasang mata yang penuh karisma itu menatapnya lekat, bahkan tidak repot-repot untuk mengalihkan pandangannya saat tertangkap basah.

Jaemin menyunggingkan senyum tipis yang terkesan nakal dengan mata yang mengerling. Sedangkan Jeno masih seperti biasa, tidak menunjukkan reaksi apapun. Tetapi matanya memancarkan ketidaksukaan.

Jaemin yang pertama memutuskan kontak mata dengan Jeno, lalu kembali duduk di kursi kerja miliknya. Ia ingat, ia masih harus memperbaiki kesalahannya. Jeno sendiri masih betah melihat gerak-gerik pemuda Na yang nampak fokus dengan pekerjaannya.

Jeno merasa ia juga tidak boleh melalaikan tugasnya. Tungkai panjangnya melangkah kembali ke ruangannya. Ia harus menahannya, setidaknya sampai jam kerja selesai. 

🍑

Hal pertama yang menyambut Jeno saat tiba di apartemen adalah bau masakan yang begitu harum. Setelah melepas sepatu dan menggantinya dengan sandal rumah, Jeno menaruh coat yang sebelumnya tersampir di lengannya pada sadaran sofa.

Kakinya melangkah ke dapur dengan cepat, tetapi tidak terburu-buru. Ia sudah menduga sosok ini akan singgah. Segera saja Jeno memberikan pelukan hangat dari belakang untuk sosok yang masih sibuk dengan masakan dan kompor.

"Aish, mengagetkanku saja," keluh sosok itu saat merasakan beban yang berasal dari Jeno. Tanpa mengatakan apapun, Jeno menenggelamkan wajahnya pada tengkuk pemuda yang dipeluknya, sesekali memberikan kecupan kecil.

"Kenapa memakai peralatan mandiku?" Jeno bertanya tanpa basa-basi.

"Mm? Aku hanya ingin tercium seperti dirimu, kau tahu, aku merindukanmu," Ucap pemuda dihadapannya yang sekarang sibuk memindahkan telur pada piring. Jeno bilang ia menyukai telur goreng buatannya.

"Aku bisa membuatmu tercium sepertiku saat di ranjang nanti. Aku lebih menyukai aroma peach milikmu," Gumaman Jeno sedikit teredam karena masih setia membenamkan wajahnya pada tengkuknya.

Pemuda yang sedang dipeluk tersenyum lebar, setelahnya menepuk pelan lengan Jeno yang masih melingkari pinggang rampingnya.

"Apa kau sedang mengundangku ke kamarmu, Bujang-nim?"

"Tanpa ku undang pun bukannya kau akan secara sukarela masuk ke kamarku, Na Jaemin?" Jaemin terkekeh pelan.

"Tentu saja. Tapi sebelum ke kamar, bukankah kau harus mengisi perut terlebih dahulu?" Jeno mengerti maksud Jaemin. Dengan tidak rela, ia melepaskan lengannya dari pinggang Jaemin dan memberi jarak agar Jaemin bisa meletakkan piring yang berisi telur pada meja makan.

"Kenapa isi kulkasmu hanya telur sih?" Jaemin bertanya.

"Biar kau selalu menggorengkanku telur," Jawab Jeno jujur. Ya, sebegitu suka dirinya kepada telur goreng Jaemin. Jaemin mendengus mendengar jawaban konyol Jeno.

"Setidaknya isi beberapa bahan, kau butuh mencukupi kebutuhan gizi. Besok aku akan berbelanja, kau ingin ikut?" Jeno mengangguk mengiyakan ajakan Jaemin. Pemuda itu tetap akan pergi sendiri meskipun Jeno menolak untuk pergi bersama. Dan Jeno tidak suka saat Jaemin keluar sendirian.

Makan malam hari ini pun sama. Keduanya mengobrol ringan sambil menyantap makan malam sederhana buatan Jaemin. Jeno lebih suka masakan Jaemin daripada masakan restoran, meskipun hanya telur goreng.

Setelahnya Jeno akan membantu Jaemin untuk membereskan piring ataupun peralatan masak yang kotor, membereskan ruang makan tersebut. Jaemin akan menyiapkan air hangat untuk Jeno membersihkan diri.

Semuanya terlihat natural, memang inilah rutinitas mereka.

🍑

NB : Halo manteman! Kangen ketik smut, dan sesuai dengan kebanyakan suggest teman-teman, aku membawakan NoMin! Pemanasan dulu seperti biasanya, bagaimana menurut kalian? Haruskah dilanjut atau unpub saja? Untuk pairing lain yang di suggest, mungkin setelah ini selesai atau setelah Fate selesai. Doakan Fate agar bisa selesai ya :') Terima kasih untuk kalian semua yang sudah bersedia support semua book aku, mulai dari baca, sampai voment juga. Kritik dan saran selalu diterima, jadi jangan ragu untuk memberikan masukan ya, sekali lagi terima kasih! Sampai jumpa di chapter depan! 💖

Menurut kalian, apa hubungan NoMin disini?

Attention (Nomin) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang