Pertengkaran dengan Han mungkin tidak begitu buruk bagi hwang hyunjin, kalau akhirnya ia bisa menemui kupu-kupunya. Karena kakinya sekarang terhenti tepat di depan celah kecil yang menghubungkan sekat-sekat bangunan di mana ia sekarang berada. Ia bersyukur kayu persegi panjang berwarna tanah itu tidak menutup dengan sempurna dan mengijinkan dirinya untuk melihat sosok di dalamnya.
Sosok yang berputar ringan dengan satu kakinya terjinjit seimbang. Ia menghempaskan satu tangannya ke udara dengan anggun dan meliyuk-liyukan badannya mengitari ruangan lenggang tanpa sosok hidup lain di sekitarnya.
Hwang hyunjin tersenyum memandangi sosok anggun yang menari dengan bebas sesekali melompat ke udara seperti kupu-kupu. Ya, kupu-kupu musim semi yang menari di bunga-bunga setelah hujan pertama turun. Kupu-kupu mungil dengan warna biru mendominasi yang sering ia lihat disemak-semak rumah neneknya atau dilapangan tempat ia bermain bola saat kecil.
"Hei, kau disini?" Seseorang menepuk pundak hyunjin membuat tatapannya pada sosok anggun itu luruh.
Hyunjin menengok pada sosok yang baru saja mengganggunya itu. Seorang pria yang jauh lebih pendek darinya namun sering kali membuat emosinya naik lebih tinggi dari tubuhnya.
"Ada apa? Kau mau memakiku lagi?" tanya hyunjin lebih seperti menantang.
"Tidak, tidak. Aku hanya ingin meminta maaf." Ucap pria itu sedikit gugup. Wajahnya tidak sekeras yang hyunjin ingat beberapa menit yang lalu. Saat pria itu menghinanya di depan seluruh trainee dan pelatih.
Hyunjin sangat kesal pada pria itu, hampir saja ia meninjunya. Andai saja tidak banyak orang yang menonton pasti ia sudah melakukannya. Namun, sekarang tidak lagi. Entahlah, mungkin fokusnya kini sudah teralihkan pada sosok anggun tadi.
Pria itu hanya menunduk di depan hyunjin, seperti seorang anak kecil yang tertangkap basah mencuri permen milik temannya dan sekarang meratapi kesalahannya. Wajah tupainya itu tidak begitu cocok untuk menjadi anak baik, ngomong-ngomong. Tapi hyunjin tetap tidak tega melihat pria itu redup di depannya.
"Ya, aku juga minta maaf." Ucap hyunjin tanpa senyuman namun membuat pria itu mendongak dan tersenyum setelahnya.
Hyunjin tidak begitu ingat bagaimana mereka bisa terus bertengkar, padahal baru beberapa hari ini ia bergabung menjadi trainee. Pria kecil itu selalu memarahinya lebih sering dari pada pelatih-pelatihnya yang tentu lebih memiliki hak itu.
"Ehmm." Seseorang berdehem memecah suasana canggung acara maaf memaafkan yang terjadi antar hyunjin dan temannya itu dan fokus mereka teralihkan pada seorang gadis yang membuat mata hyunjin membulat terkejut.
"Nunna, kau belum pulang?" ucap pria itu yang ternyata mengenal sosok anggun yang sedari tadi diamati hyunjin.
Tidak ada jawaban, itu yang hyunjin tahu. Bahwa pertanyaan Han tidak dijawab dengan satu patah katapun. Hyunjin hanya mendapati wajah gadis itu yang mengangguk pelan dengan senyuman tersungging di ujung bibirnya.
Manis.
Netra jernih kecoklatannya berhasil membuat hyunjin membeku meski hanya untuk membalas senyum yang kini telah berlalu di balik sekat bangunan. Karena benda berbentuk persegi panjang berwarna tanah tadi sudah menutup sempurna tanpa suara.
"Ayo kembali latihan, mereka menunggu kita." Han menarik lengan hyunjin membawa pria berbadan jangkung itu keluar dari lamunan kupu-kupunya.
*****
"Kau tahu?"
Diam
"Kau itu seperti appias libythea."
Menengok dengan mata bulat penuh tanya. Tapi tetap diam.
"Ngengat musim semi."
Dahinya berkerut dan bibirnya mengerucut kesal. Tapi masih diam.
"Tidak, aku hanya bercanda. Itu adalah kupu-kupu."
Dia membuang muka, namun bibirnya tersenyum.
"Bahkan saat kau terdiam, kau tetap terlihat anggun."
***