Chapter 1

49 7 0
                                    

Sudah menjadi hal biasa bagi Felix untuk melihat berbagai keturunan dewa, malaikat bahkan iblis sekalipun yang berbaur dengan manusia dalam kehidupan sehari-hari. Melakukan kegiatan secara beriringan seakan tak ada beda. Tak terlalu mempedulikan satu sama lain. Asal tak mengganggu, mereka mana mau acuh.

Makhluk yang kata orang hanya sebatas mitos belaka itu ada, nyata. Hidup beriringan bahkan kadang bersinggungan dengan manusia. Hanya saja manusia itu tak sadar. Terlalu fana untuk tahu wujud asli yang disembunyikan.

Beberapa dari makhluk tersebut menggunakan samarannya dan mewujudkan diri menjadi manusia biasa. Menyembunyikan sayap yang membentang, melipatnya hingga tenggelam dalam tulang belakang. Menyamarkan bau dan menggantikannya dengan wewangian khas manusia. Meski kadang paras menawan tetap dipertahankan. Membuat mereka lebih berkilauan diantara jutaan manusia.

Namun beberapa yang lain terlalu arogan untuk menanggalkan wujud asli. Tampak agung dengan sayap indahnya. Memamerkan tanduk yang kadang berukuran setengah diri. Bahkan tak acuh dengan ukuran badan yang dua kali lebih besar dari manusia biasa.

Makhluk arogan yang enggan menanggalkan wujud diri itu tak dibiarkan begitu saja nampak. Mereka berakhir berkeliaran dengan badan transparan. Takdir membuatnya begitu. Mengantisipasi kacaunya dunia bila manusia fana bisa melihat. Bisa gila.

Manusia biasa mana bisa melihat mereka. Merasakan kehadirannya saja tidak. Mereka itu seperti bayang yang terlalu pekat. Udara yang tak nampak. Atau seperti gemerisik suara angin yang sesekali menyelinap. Diam, tenang, dan tak tampak pada permukaan.

Felix sudah biasa dengan segala kejanggalan tersebut.

Seperti saat ini, Felix yang duduk ditaman kampus hanya bisa mendengus biasa saat melihat keturunan Asmodeus tengah menggoda seorang pemuda semester tiga.

Wajah Asmodeus itu begitu cantik, pula dengan badan yang semampai menggoda. Tampak menggunakan topeng manusianya, sembunyikan wujud asli yang tinggi menjulang meski masih menawan.

Bukan hal sulit untuk Asmodeus itu memikat korban demi kepuasan. Dengan bermodal paras dan tubuh yang seksi. tentu hal yang mudah baginya untuk memikat manusia. Mengajaknya untuk ikut tersesat. Tenggelam dalam kubangan dosa.

Kembali tengok arah lain, Felix lihat keturunan Dionisos tengah duduk di dahan pohon. Dengan mata yang berkilat kekanakan. Wujud aslinya menawan. Pemuda dengan badan kekar dan rambut panjang. Enggan menanggalkan wujud asli dan terlihat agung dengan tongkat kebanggaan di tangan.

Felix menunduk. Angin membelainya pelan. Membawa pada lamun mengenai diri.

Felix tak tahu siapa dirinya. Tanya itu masih sering muncul, tentang apakah dia satu dari bagian mereka atau hanya seonggok manusia biasa yang kebetulan punya kelebihan untuk melihat.

Felix tak tahu. Dan dia hanya bisa berusaha untuk membiasakan diri melihat pemandangan seperti ini dalam sehari-hari. Meski dalam hati sering penasaran, mengenai diri yang tak pernah kenal menua dan mati selama hampir tiga ratus tahun.

Hidup selama tiga abad bukan waktu yang sebentar untuk manusia fana. Mangkirnya diri dari ajal buat Felix seringkali berpindah tempat demi menghindar dari curiga para tetangga. Merubah nama, berpindah marga, hingga identitas lainnya.

Semua dilakukan demi menutupi kenyataan bahwa dia tak pernah mati.

Segala urusan mengenai penghindaran dari curiga manusia seharusnya menjadi perkara mudah, jika saja dia satu dari makhluk-makhluk itu.

Sayangnya Felix masih ragu. Tak menjamin atas jawab bahwa dia benar-benar bagian dari mereka.

Nyatanya Felix tak memiliki sepasang sayap. Tak punya sebuah tanduk. Tak punya pula seperangkat senjata yang biasa para makhluk itu bawa.

Dia hanyalah manusia biasa, terlepas dari persoalan mengenai mati. Dia tak punya kemampuan apapun. Tak ada.

Pada akhirnya Felix selalu coba untuk tak acuh pada berbagai makluk tersebut. Membiarkan mereka menjalani hidup dan tugasnya sendiri. Selama tak menganggu, Felix tak mau untuk tahu.

Tapi ada satu yang buat dia terganggu. Kenyataan soal satu makhluk yang tak pernah terlihat. Selama lebih dari tiga ratus tahun hidupnya. Bahkan mungkin beratus-ratus tahun sebelum dirinya lahir. Menyembunyikan diri entah dimana dan sama sekali tak pernah nampak.

Keturunan terakhir Lucifer.

Makhluk terkuat. Dengan kekuatan hampir sepuluh kali lipat dari ayahnya. Sang pewaris utama dunia bawah. Penguasa kegelapan selanjutnya.

Lucifer memberikan segalanya bagi keturunan terakhir tersebut. Begitu menyayangi bahkan mengagungkan anaknya. Memberikan kebebasan dalam hidup. Dan membiarkannya berlaku seenaknya.

Tak banyak yang Felix tahu tentang keturunan terakhir Lucifer itu. Yang jelas ada satu desus mengenai makluk tersebut yang tak pernah absen dari rungunya. Tentang dia yang agung, yang tengah menanti datangnya sang ratu.

Pendamping hidup yang dipilih sang takdir. Sebagian diri yang akan melengkapi. Ratu yang katanya dapat menyempurnakan kekuatan. Juga bisa jadi sebuah kelemahan yang akan menghilangkan kekuatan sang keturunan terakhir Lucifer tersebut.

Dua hal yang selalu buat penasaran seluruh makhluk.

Keturunan terakhir Lucifer

dan

Ratunya...


TBC

The Last LuciferWhere stories live. Discover now