Chapter 3

11 3 0
                                    


"Sudah dengar?"

Tanya itu hadir pada sela rehat yang tak seberapa. Seungmin, kekasih Hyunjin, datang menghampiri dan bergabung duduk pada meja Felix, Hyunjin, dan I.N. Keturunan vampire itu dengan santainya mengambil dua potong ubi yang tengah Felix makan.

Felix masih ingat pertemuan pertama dengan keturunan vampire yang tak bisa diam itu. Berawal dari ketidaksengajaan Hyunjin yang melihat Seungmin tengah bertengger manis pada puncak gedung kota. Tanpa menggunakan samaran.

Berwujud pemuda manis nan dingin dengan surai abu yang mengkilap. Bola matanya berpijar silver dengan taring yang menghias dua sudut bibir. Tak ada sedikit pun senyum disana.

Dan itu buat Hyunjin penasaran hingga tanpa sadar melepas samarannya dalam seketika dan melayang sejajar didepan mata Seungmin dalam satu kali kedip.

Sedang Felix yang ditinggalkan hanya bisa berlari menyusul. Menaiki tangga satu demi satu demi mencapai tempat kedua makhluk itu bertemu.

Hal yang dia dapatkan begitu tiba dilantai teratas gedung adalah sebuah ucapan yang sungguh membuat Felix ingin menghantam kepala Hyunjin.

"Mulai sekarang dia kekasihku,"

Mutlak dan pasti! Tidak ada penolakan dan Felix lihat Seungmin disana hanya diam.

Itu terjadi lima abad yang lalu. Hingga kini pun Felix masih penasaran mengenai cakap yang keduanya bangun hingga berujung kesepakatan menjalin hubungan.

Padahal, sumpah demi apapun, Felix sangat yakin itu adalah kali pertama Hyunjin bertemu Seungmin!

"Dengar soal apa?"

Kembali pada masa kini. Masa dimana Hyunjin total jadi budak cinta dan selalu berusaha untuk mengiyakan segala macam ucapan Seungmin.

"Pesta milik Han,"

Dua pasang mata melirik penasaran. Bertanya lewat sorot mata yang tajam.

"Kalian tidak tahu Han?"

Seungmin menggeleng kasihan. Merasa bahwa tiga makhluk, atau yang saat ini bisa disebut manusia, itu kurang interaksi sampai tak mengetahui seseorang bernama Han.

"Aku tak tahu dan aku tak peduli," jawaban I.N sangat ketus. Maklum, mulutnya memang kadang kelewat pedas untuk ukuran seseorang yang diasuh oleh keluarga Veela.

"Persetan kalian kenal atau tidak. Tapi kalian harus dating,"

Felix mengernyit, "Kenapa harus?"

Tubuh Seungmin condong ke depan. Menempelkan dada pada permukaan meja. Gestur sengaja yang dilakukan seolah berjaga, takut bila obrolan dicuri dengar.

"Katanya Chan akan datang,"

Jawaban itu sukses buat tiga pasang mata lain mendelik. Ragu akan pernyataan yang baru saja disampaikan. Tapi sekali lagi Seungmin menegaskan dengan anggukan.

Felix sedikit banyak tahu siapa Chan. Keturunan dewa perang, Ares. Sesosok makhluk yang sering disandingkan dengan kata brutal juga kejam. Hantu bagi semua jenis peperangan.

Entah berhubungan atau tidak, keturunan dewa perang itu sangat menyukai pesta. Hampir semua pesta petinggi dewa dia hadiri.

Tapi yang ini berbeda. Han bukanlah keturunan dewa. Dia hanya sesosok werewolf dan juga bukan berasal dari petinggi kaum serigala tersebut.

Jadi jangan tanya mengapa Felix mengernyit heran.

"Tunggu. Chan tak mungkin hadir sendiri kan?"

Hampir terlupa, sebuah fakta yang sulit disembunyikan. Bahwa Chan merupakan pemimpin koloni utara. Sebuah pemukiman dengan seribu kekuatan.

Koloni utara memiliki keturunan Ares yang brutal dalam peperangan, memiliki pangeran werewolf yang bertaring serta berkuku tajam, belum lagi jajaran iblis yang terlatih pada perbatasan.

Mitos mengenai koloni utara selalu jadi hal menarik untuk dibicarakan. Mulai dari peperangan yang selalu mereka menangkan, keindahan sosok para penghuninya, hingga tradisi tanding yang mereka miliki. Semuanya selalu jadi pusat perhatian.

Itulah mengapa kedatangan Chan pada pesta Han menjadi hal menarik. Tak mungkin Chan yang agung itu akan datang seorang diri. Minimal dia akan menggandeng kekasihnya, Woojin sang keturunan Aphrodite.

"Mungkin dia akan membawa beberapa orangnya,"

Jawab itu sebenarnya tak memuaskan. Tapi bisa juga jadi sebuah dugaan awal. Ya, tentu saja Chan tak akan datang sendiri.

Mana mungkin penduduk dari koloni utara mau datang sendiri tanpa pengawalan ke daerah tenggara yang bahkan jaraknya saja sangat tak masuk logika?

"Jadi bagaimana? Mau datang?"

The Last LuciferWhere stories live. Discover now