Suasana ruangan rapat dewan itu lengang. Hening dan nampak suram. Setelah aku dan Bintang duduk, sang pemimpin, Dewa langsung bangkit berdiri. Dia tampak aneh, cara berdiri dan berjalannya seperti orang mabuk, kantong matanya bertambah tebal, wajahnya kusam dan lelah, dan aku cukup yakin dia belum mandi.
"Oke langsung aja kita mulai. Karen, please shut the window and turn on the screen." Kata Dewa kepada asisten kecerdasan buatan yang dirancang khusus untuk kami berlima, namanya Karen. Jendela yang mengelilingi 3/4 ruangan berubah menjadi gelap, meminimalisir cahaya yang masuk. Sebagian lampu padam, dan dari langit - langit, turun belalai - belalai robot. Ada yang membawakan cemilan untuk rapat, membawa layar dan proyektor, dan ada yang membawa alat tulis untuk kami berlima. Untuk mencatat pertanyaan atau poin penting dari perkataan setiap orang. Karen secara otomatis merekam seluruh percakapan dalam rapat ini, entah apa tujuan jelasnya, tapi Dewa mengkehendakinya.
"Vino, gimana pertemuan kamu dama menejer Dior?"
"Menejer yang satu ini masih baru dan terlalu gegabah. Umurnya muda, sepelantaran dengan kita, hanya saja ambisinya berlebihan. Dia menginginkan kolaborasi antara HOP dan Dior. Yang tidak dia perhatikan, jika hal ini benar - benar terjadi, maka itu akan menguntungkan pasar kita. Dior sudah melewati masa emasnya. Oang - orang dari kasta terendah hingga para eksekutif dan konglomerat pasti akan melirik perusahaan kita." Tovino hendak berbicara lebih banyak namun terlanjur dipotong yang lain.
"Best brand selama tiga tahun berturut - turut. Semenjak Sidney Toledano hengkang dari Dior, sahamnya menurun. para pengkeritik fashion tidak lagi memperhatikan merk tua itu." Ujar bintang.
"Ancaman terbesar sekarang datang dari Gucci. Mereka melakukan langkah - langkah gila untuk mendapat perhatian masyarakat." Kataku, sambil menulis perkataan Bintang di selembar kertas.
"Tas anti nuklir, Ikat pinggang dari usus hewan, kaca mata dengan tangkai kain. Ayolah, itu ancaman terbesar kita?" Tanya Dewa padaku.
"Gucci masih menjadi trend center, masyarakat anehnya tertarik dengan produk mereka yang terlihat sampah dimata kita." Balasku.Keadaan hening sesaat, semua orang nampak serius, kecuali Bintang yang mengangkat kakinya keatas meja. Ada yang aneh dari sikap Dewa hari ini. Aku meneguk minumanku secara perlahan. Tanpa kusadari, diriku sendiri duah merasa tegang dan was - was.
Layar yang tadinya hanya menampilkan background hutan berganti menjadi beberapa design baju. Aku melihat dan tak satupun dari baju itu adalah hasil karyaku, kebanyakan adalah karya Vino dan beberapa karya Arofa.
"Ini karya kalian berdua?" Tunjuk Dewa kepada mereka yang duduk berdekatan. Yang hanya dibalas dengan anggukan kecil dari mereka. Layar berganti lagi, sekarang menampilkan sebuah headline berita berjudul HOP INDUSTRIES MENJIPLAK? disertai semua design karya Arofa dan Vino dibandingkan beberapa design dari produk lain. Setiap baju dari karya mereka terlihat nyaris sama dengan produk lain.
"Aku yakin menyuruh kalian mencari design aman dari trend masyarakat, bukan semata - mata menjiplaknya." Kata Dewa dengan suara yang dikeraskan.
"Itu hanya kebetulan, berita ini akan segera lalu." Kata Vino.
"Lima belas design, Tovino, dan kau bilang semua itu kebetulan?" Hardik Dewa.
"Like Vino said, its no big deal." Kata Arofa.
"Afif, bacakan datamu." Kata Dewa.Aku mengeluarkan isi salah satu berkas yang kubawa tadi, yaitu catatan saham HOP dua hari yang lalu.
"Saham turun 30 persen. Para fashion designer mulai meragukan keaslian kita. Design yang mirip dengan milik kita, semuanya rilis jauh lebih dulu dari produk kita."
"Kau dengar itu?" Kata Bintang, yang sudah mulai ikut serius, "Bagaimana ini bisa terjadi?"
"Mungkin kalian harus fokus pada peran kalian, marketing." Kataku
"Kami mungkin melihat baju itu di internet." Kata Tovino.
"Beberapa menjadi referensi kami." Lanjut Arofa.*BLAM!!
Dewa menggebrak meja. Semua orang refleks berdiri. Tovino dan Arofa bergerak menjauh. Sementara Bintang bergerak mendekat berusaha menenangkan.
"Dari awal aku sudah menduga ini! Bukan Gucci atau Dior atau brand - brand lain. Ancaman terbesar dimataku selalu kalian. Gerak - gerik kalian dari awal sudah mencurigakan. Semenjak HOP mulai masuk ke pasar internasional, semenjak kalian mengambil alih divisi marketing..."
"Dan kau dari awal tidak pernah mau mendengarkan kami! Keegoisanmu yang selalu menghambat HOP!" Teriak Arofa.
Aku bergerak cepat menarik pundak Arofa sekaligus menahan Tovino.
"Relax, brother, chill." Bisikku pada kakakku.
![](https://img.wattpad.com/cover/207730781-288-k436837.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
HOP!
Short StoryThe journey. The story. The adventure. The sorrows. In this story, you will learn about friendship, about dignity, about lost, and about loyalty.