Cahaya matahari makin redup. Kabut mulai menyelimuti kebun teh. Namun Joshua masih enggan pulang ke villa Rizky. Seharian tadi ia sibuk berkeliling, memotret, berkomunikasi, dan mengamati perilaku para pemetik teh yang jadi kajian skripsinya.
Ia menghentikan langkahnya di bawah sebuah pohon yang cukup besar. Satu satunya pohon besar di perkebunan tersebut selain pohon teh tentunya. Tak sampai lima menit, Joshua sudah duduk manis di salah satu dahan pohon besar itu. Ia sandarkan punggungnya sambil menikmati suasana sore, berharap bisa melihat matahari tenggelam dari atas pohon, tanpa terhalang kabut.
Saat suasana hening, tetiba ponsel di sakunya bergetar. Rea calling.
"Ya re?"
"Josh, kenapa sih kalau aku ga telpon, kamu ga mau telpon duluan? Sebel ih," rajuk Rea dari seberang telpon.
"Ups maaf re, hari ini aku lelah banget. Keliling perkebunan, wawancara, ambil sampel, ambil foto. Maaf aku nggak sempat hubungi kamu,"
"Trus sekarang tugasnya udah selesai?"
"Hari ini selesai, besok lanjut lagi." Joshua melanjutkan, "Kamu kenapa? Kok suara kamu kedengeran kesel banget,"
"Iya aku lagi kesel sama dosen baru di kampus,"
"Kok bisa kesel sama dosen?"
"Pas di parkiran tadi pagi, mobilku nabrak motor orang. Kaca spionnya pecah, bodi sampingnya retak. Karna aku pikir dia yang salah parkir ya aku maki-maki dia. Eh aku dipanggil ke ruangan dekan. Sialnya, ternyata yang aku ajak rebut tadi ternyata dosen baru. Dan dia masih kesel sama aku sampe sekarang," terang Rea panjang lebar dan berapi-api.
"Kamu udah minta maaf belum?" ucap Josh lembut, menenangkan.
"Ngapain aku mesti minta maaf, orang dia yang salah. Motor parkir di parkiran mobil,"
"Sayang, beliaukan dosen. Wajib dihormati. Lagian kata maaf itu kan gratis, ga bayar. Ga ada ruginya kita minta maaf duluan kan,"
"Iya juga sih. Besok deh In shaa Allah aku minta maaf ke pak dosen itu,"
"Nah gitu dong, itu baru Rea-ku," rayu Joshua sambil tersenyum membayangkan wajah kekasihnya yang pasti sedang cemberut.
Satu jam berlalu sejak Rea memutuskan telponnya. Joshua masih duduk di atas pohon. Matanya terpejam. Lelah melingkupi seluruh tubuhnya.
***
"Mang.. Mang Soleh.." teriak Rizky dari belakang villa
Mang Soleh tergopoh-gopoh mendekati Rizky. "Ada apa den pagi-pagi sudah teriak-teriak atuh?"
"Ini si Coky mana Mang? Kok ga ada?"
"Oh tadi pagi-pagi sekali den Joshua ijin bawa Coky jalan-jalan den," jelas Mang Soleh.
Ya, Coky adalah kuda jantan pasangan si Coklat.
"Pagi-pagi Joshua mau ke mana bawa Coky? Bukannya semalaman dia nggak pulang. Anak itu jangan jangan..," kalimat Rizky masih menggantung ketika ia pergi meninggalkan Mang Soleh di kandang belakang villa.
Udara pagi ini terasa sangat dingin. Jam masih menunjukkan pukul 06.00 WIB. Semilir angin dari atas perbukitan terasa merobek kulit. Menambah rasa pedih di mata. Namun hal ini tak dihiraukan oleh Rizky. Ia terus memacu motor trailnya menyusuri jalanan perkebunan untuk mencari sahabatnya. Kekhawatiran terlihat jelas di wajahnya.
Sejak kehilangan Adinda 15 tahun silam, ada ada saja hal tak masuk akal yang dilakukan Joshua. Mulai dari terjun bebas ke kolam renang, padahal dia tidak bisa berenang. Sampai nyetir mobil dengan mata tertutup dan menabrak trotoar. Untung saat itu tidak ada korban jiwa. Hanya kaki Joshua yang patah.
Dan betul saja, saat Rizky melihat Coky sendirian sedang makan rumput di sekitar perkebunan, jantungnya hampir saja copot. Ia mengedarkan kan pandangan ke sekelilingnya, nihil. Joshua tak terlihat batang hidungnya sama sekali. Ke mana anak itu?, pikir Rizky.
Rizky menaiki motornya sambil menarik tali kekang Coky. Matanya terus mengamati sekeliling, mencari Joshua. Tak berapa lama ia melihat segerombolan lakui-laki sedang mengeroyok satu orang. Dia Joshua!
Panik Rizky turun dari motornya dan melepaskan tali kekang Coky. Ia lari tunggang langgang mendekati Joshua yang dengan sigap menghindari dan membalas pukulan pukulan dari empat orang pengeroyoknya. Rizky geleng-geleng kepala melihat Joshua yang mulai berdarah ujung bibir dan pelipis kirinya terkena bogem mentah yang tak sempat ia hindari tadi.
Joshua yang menyadari kehadiran Rizky hanya menoleh sebentar kemudian tersenyum sambil mengedipkan sebelah matanya. Lalu melanjutkan lagi perkelahiannya.
Tak jauh dari tempat perkelahian, Ayla tampak berurai airmata dalam diam. Rizky mendekatinya. Ia menebak, Joshua pasti berkelahi untuk gadis ini. Teman masa kecilnya itu memang tak banyak berubah. Selalu rela berkelahi demi gadis-gadis. Apalagi kalau gadis itu cantik. Seperti yang ada di depannya sekarang.
"Hay, kamu nggak apa-apa?" sapa Rizky.
Ayla menoleh sambil mengusap airmatanya, "Iya aku ngak papa,"
"Siapa mereka?"
"Itu Kang Arman sama teman-temannya. Dia dendam sama Kang Joshua karna kemarin merasa diancam,"
Rizky menghela nafas. Melihat ke arah perkelahian. Nampaknya Joshua menang, Kang Arman dkk sudah siap-siap melarikan diri khawatir akan digebuki lagi oleh Joshua.
Meski menang, keadaan Joshua pun tak kalah berantakan. Kaos lengan panjangnya robek, bibir dan pelipis berdarah, punggung tangan kanan terluka karena terlalu banyak memukul.
Setelah Kang Arman dkk melarikan diri, Ayla berlari menghambur ke pelukan Joshua sambil menangis sesunggukan. Ia memeluk Joshua erat. Joshua yang bingung hanya diam tak membalas pelukan itu. Ada sesuatu yang aneh dengan pelukan itu. Ada apa dengan hatinya? Terasa bahagia tapi ada rasa nyeri, sedih tapi ada rasa hangat di hatinya. Semua bercampur baur. Dibalasnya dekapan Ayla dengan lembut. Tak terasa satu airmata lolos dan menetes di pipi Joshua.
"Kang, saya takut," ucap Ayla lirih.
"Ga usah takut Ayla, ada saya. Saya akan jaga kamu," spontan kalimat ini meluncur dari bibir Joshua yang terluka. Rizky yang mendengar langsung melotot.
"Ehem.. Josh pelipis kamu berdarah. Harus cepet diobati," ujar Rizky menyela 'kemesraan' Joshua dan Ayla.
Mendengar itu, mereka langsung melepas pelukan dan tersenyum canggung.
"Iya, aku antar Ayla pulang dulu baru ke puskesmas,"
"Kenapa mesti ke Puskesmas? Luka kamu ringan itu," protes Rizky
"Sssstt.. dokter Puskesmas ada yang cantik. Mau aku kenalin ga?" kembali Joshua mengedipkan sebelah matanya ke Rizky untuk menggodanya yang memang masih jomblo.
***
TBC
ngepost part ini sambil kedinginan karna cuaca mendung
kadang gerimis, kadang terang, eh redup lagi
pokoknya sesuatu banget man teman
tetep ditunggu vomment nya yess
thankyou
YOU ARE READING
Gadis Pemetik Teh
FanfictionDarah selalu lebih kental dari air Hubungan darah tak pernah bisa terpisahkan