"Darah selalu lebih kental dari air
Hubungan darah tak pernah bisa terpisah"
"Oi Josh, diem aja," seru Rizky seraya menepuk bahu kawan kampusnya, Joshua.
"Oi juga," jawab Joshua sekenanya.
"Ngelamun?. Tinggal satu belokan lagi sampe kita,"
"Ga ngelamun, cuma keingetan aja sama Adinda." Joshua menerawang dengan wajah lesu, "Seinget aku, dia hilang di daerah sini. Ini kebun teh masih punya Om Purba kan?". Om Purba adalah ayah Rizky, teman masa kecil papanya Joshua.
"Udah 15 tahun Josh, move on lah,"
"Gimana bisa move on? Adinda hilang gara gara kecerobohan aku Ky, rasa bersalah ini masih ada di sini," ujar Joshua seraya menunjuk dada kirinya. Rasa sakit atas kehilangan adik satu satunya itu masih sangat terasa. Dan makin terasa sakit tatkala ia melintasi jalan yang sama saat dirinya kehilangan Adinda.
"Semua cara untuk cari Dinda kan sudah dilakuin, tapi ternyata nihil. Yah serahkan saja sama Allah. Mungkin ini yang terbaik,".
Joshua membeku. Matanya nanar menatap lekat jalanan di luar kaca mobil. Ia sangat menyayangi Adinda. 15 tahun berlalu sudah, tapi baginya itu masih seperti mimpi. Dan berharap saat bangun nanti, Andinda akan tersenyum menatapnya seperti biasa.
***
Sampai di villa milik Rizky, keduanya disambut pemandangan kebun teh yang indah. Ya, villa Rizky memang berada tepat di tengah kebun teh yang sangat luas.
Jam menunjukkan pukul 18.15 wib. Langit sore mulai memerah, mengantarkan matahari untuk kembali ke peraduannya menjemput mimpi.
Kabut tipis terus menebal, memperpendek jarak pandang warga yang masih beraktifitas. Udara dingin menyeruak, menusuk dan menggigit hingga ke tulang.
Hari ini cuaca memang sedang tak bersahabat, namun tak menyurutkan niat Rizky dan Joshua untuk tinggal di sana dalam beberapa hari. Tugas penelitian demi menyusun skripsi memaksa mereka bertahan di cuaca ekstrim tersebut.
"Ayo den, silahkan diminum tehnya. UDaranya sangat dingin, nanti tehnya keburu dingin juga atuh," ujar Mang Soleh, penjaga villa Rizky, dengan ramah.
"Eh Mang, kamar kamar udah diberesin belum? Aku capek Mang pengen langsung tidur," tanya Rizky sembari menyeruput secangkir teh hangat.
"Tentu sudah atuh den, pas aden telpon dari Jakarta kemarin Mamang langsung beresin kamar kamar buat Den Rizky sama Den Joshua. Mangga atuh kalau mau langsung istirahat, Mamang tinggal ke belakang ya Den. Mau urus si Coklat keburu malam nanti gelap," pamit Mang Soleh
"Memangnya Si Coklat masih hidup Mang?" Joshua yang sedari tadi diam, akhirnya buka mulut.
"Masih atuh den Josh, masih sehat walafiat hehehe.. Malahan sekarang udah punya anak empat ekor," jawab Mang Soleh dengan bangga.
Si Coklat adalah kuda betina, hadiah ulang tahun Rizky yang ke 19 dari ayahnya. Tak terasa sudah empat tahun kuda itu dirawat oleh Mang Soleh. Mang Soleh memang bertangan dingin. Hewan apapun yang ia pelihara pasti sehat. Seperti bebek di belakang villa. Yang awalnya dibeli hanya untuk iseng saja, tau tau sudah beranak pinak menjadi ratusan ekor. Sekarang bingung mau dibuatkan kandang di mana lagi karena lahan kosongnya tidak cukup untuk menampung bebek-bebek itu.
"Tidur yuk ah, pegel nih badan," rengek Rizky sambil memijit lehernya yang terasa kaku setelah dua jam lebih menyetir mobil dari Jakarta ke Bandung. Ia pun beranjak dari duduknya menuju ke kamar di lantai dua villa tersebut.
Joshua ikut bangkit dari duduknya. Bukan ke kamar, ia malah jalan ke teras samping villa. Joshua berdiri termangu di sana. Matanya menerawang jauh ke kejadian 15 tahun silam, dengan lokasi kejadian tepat di depannya.
***
"Ayo kak kejar aku," teriak nyaring Adinda seraya berlari kecil di antara rimbunnya daun teh.
"Dinda tunggu kakak, hati hati ntar jatuh loh,"
"Yah kak Josh payah, nggak bisa ngejar aku,"
Adinda tak menghiraukan kata kata Joshua, ia malah mempercepat larinya. Tubuh Dinda yang mungil tiba tiba hilang di antara rerimbunan pohon teh.
"Dinda kamu di mana?" teriak Joshua mulai frustasi
"Dinda..!" masih tak ada jawaban
"Dinda, Di mana kamu. Ayo pulang, udah selesai main kejar-kejarannya," Joshua terus berteriak. Tapi tetap nihil. Dinda tak menjawab.
***
"Dindaa..!"
"Josh ada apa sih teriak-teriak? Udah malem ini," gerutu Rizky yang kaget mendengar teriakan Joshua yang tiba-tiba.
"Eh sorry ky, ga apa-apa kok. Udah tidur lagi sana. Aku juga udah lelah," jawab Joshua enteng sambil ngeloyor pergi ke kamarnya, meninggalkan Rizky yang masih melongo.
Di dalam kamar, mata Joshua masih belum bisa terpejam. Angannya menerawang jauh. "Seandainya aku nggak ngajak kamu main lari-larian, seandainya aku lebih baik lagi ngejagain kamu, seandainya kamu nggak hilang. Dinda.. aku kangen kamu," rintih batin Joshua.
***
TBC
Segini dulu ya gaes
test ombak dulu
kalau banyak yang baca dan vomment aku lanjut
see yaa
YOU ARE READING
Gadis Pemetik Teh
Fiksi PenggemarDarah selalu lebih kental dari air Hubungan darah tak pernah bisa terpisahkan