Assalamu alaikum pembaca AR.
Terima kasih yah masih mau baca cerita AR.
Semoga kalian nggak bosan yah, aaminn
Jangan lupa votenya juga nih. HehheheOk guys, happy reading💜💜
Suara celoteh terdengar dari setiap telinga. Suara tidak bisa di tebak, karena banyaknya mantra mulut yang keluar. Ada yang sibuk gibah. Ada yang sibuk makan, ada yang saling bercanda tak mengenal suasana. Intinya sih sibuk dengan kelompoknya masing - masing. Tak ada yang memecahkan keributan itu.
Tapi berbeda dengan Risa gadis separuh baya yang lebih memilih diam dan jauh dari kerumunan itu. Walaupun terdengar jelas, tapi setidaknya ada aroma mawar yang bisa menemani lamunana ini. Yahh, kerumunan kantin memang sering terdengar di taman ketika jam istirahat. Pandangannya kosong, seperti akan teringat seseorang yang begitu ia rindukan. Terlihat dari dari raut wajahnya seakan ingin mengakhiri semuanya secepatnya.
"Cha, jajan yuk. Pinter yah cancing perut loh nggak bandel." Bujuk Elsa
"Masih kenyang Sa, duluan aja"
"Lho ada masalah yah Cha? Kangen sama Rina?
Cha, gue mau ngomong serius deh sama lo, dengerin gue yah!""Apa Sa?"
"Lo udah 2 tahun psikologis lo terganggu tau nggak, lo sekalian keluarin semuanya, jangan di pendem mulu Cha, lo lakuin apa aja yang lo mau, selama itu positif, kasian diri lo Cha, lo semakin kurus, dulu lo ideal. Gue berharap banget suatu saat nanti lo punya cowok yang bisa membuat lo ceria lagi, karena gue udah gagal Cha. Lo anggap gue Rina, gue akan selalu ada buat lho. Apa yang lo sembunyiin dari gue bilang aja Cha, gue nggak maksud buat campurin urusan lo. Lo baik sama gue, biarin gue ikut mikirin beban lo."
"Lo udah banyak bantuin gue Sa, itu lebih dari cukup. Lo selalu ada buat gue."
"Tapi kenapa lo nggak seperti Risa yang gue kenal dulu. Gue punya salah sama lo? Atau kenapa lo nggak mau cerita, gue siap dengerin semuanya, gue mau lihat lo tertawa lepas lagi, selalu ceria lagi! sekarang cerita sama gue."
"Dua tahun lalu semenjak meninggalnya Rina, papa dan mama selalu bertengkar karena masalah sepele, papa merasa bahwa mama kurang ngejain kami mama merasa bahwa dengan bekerja mama bisa penuhi semua keinginan kami, tapi aku rasa mereka hanya belum siap untuk kehilangan Rina."
"Dulu gue sama Rina bahagia banget kan, kalau ada masalah kami selalu cerita, mama dan papa juga baik - baik saja. Hampir setiap hari kami video call dengan Kak Bara dan Kak Meisyah. Tapi sekarang semua terbalik Sa. Kak Bara dan Kak Meisyah sibuk dengan kuliahnya, mereka bahkan tidak tau bahwa mama dan papa hampir setiap hari bertengkar. Mereka mengira semua baik - baik saja. Hanya aku yang tau semuanya."
"Dan kau tau kemarin aku sampai rumah Isya, ban mobil papa bocor montirnya lama baru datang, sudah Magrib belum ada jemput aku, akhirnya Kak Angga datang dan aku dianterin pulang, itu terpaksa banget, maag aku udah kambuh, capek banget.
Daripada aku pinsang di halte kan, yaudah aku terima tawaran Kak Angga untuk anter aku pulang, tapi kami lewat jalan utama dan macet, karena Kak Angga tidak tau jalan lorong. Sampai di rumah Papa marah sama Kak Angga. Papa kira aku keluyuran, dan papa kira aku pacaran dengan Kak Angga. Papa marah banget, sampai - sampai ngusir Kak Angga. Dan aku malu banget dengan Kak Angga Sa." Risa menangis di bahu Elsa, mengeluarkan semua beban yang ia rasakan.
Pertama kalinya Elsa tahu bahwa selama ini Papa dan Mama Risa selalu bertengkar. Sangat berat beban yang di simpan Risa selama ini.
"Maafkan aku Cha, aku nggak tahu kalau beratnya beban yang kamu simpan. Menangislah keluarkan semuanya. Jangan pernah merasa sendiri lagi." Lalu Elsa memeluk erat sahabatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AR
Подростковая литератураHidup itu proses yang harus kita nikmati. Semakin banyak rintangannya semakin puas kita dengan hasilnya. Ketika kita melepas suatu ujian dari Sang Pencipta, maka pastinya kita akan menerima hikmah. ------------------👌🏻👌🏻------------------- Tent...