yoonkook; hurt

3K 209 13
                                    

Harus berapa banyak lagi ia mesti membuang air matanya? Ah, tidak. Biar kuganti pertanyaannya. Bagaimana kalau begini: Harus berapa banyak lagi ia mesti melihat Adiknya kesakitan begitu parah? Seperti saat ini, contohnya.

Kamar yang telah adiknya pantenkan sebagai penjara itu menjadi berlipat-lipat menyeramkan kala orang-orang berjas putih keluar masuk secara tergopoh-gopoh. Seolah, mereka sedang kedatangan badai. Dan mungkin, iya; untuknya.

Min Yoongi lagi-lagi hanya mampu termangu seperti orang bodoh di kursi tunggu tepat di depan ruang VVIP. Menjadi lebih bodoh lagi ketika ia hanya mampu berjalan dengan lunglai bahkan ketika brankart sang adik didorong secara terburu-buru menuju ruang yang tak lagi asing dimatanya dan menjadi tempat terakhir yang akan ia kunjungi, bila itu memungkinkan; ICU.

Pada sekon-sekon waktu –yang rasanya seperti menunggu giliran hukuman mati– Yoongi hanya bisa melamun, menunggu dengan pikiran yang kacau. Mengingat kembali percakapan paling mengguncangnya antara dirinya dan Dokter yang menangani Jungkook satu tahun yang lalu.

Hari itu musim gugur baru dimulai. Yoongi menyaksikan bagaimana daun-daun itu mulai berjatuhan, meninggalkan pohon tanpa perpisahan, tanpa diduga-duga. Dan ia berpikir, mereka sama seperti situasi yang dialaminya sekarang.

"Human Immunodeficiency Virus. Hasil lab adikmu menunjukkan penyakit mematikan itu, Yoongi."

Begitu mendadak.

Yoongi menoleh, mengalihkan atensi yang semula terpaku pada pohon-pohon di luar jendela yang berada tepat di sampingnya, kini beralih menatap hampa pada sosok di depannya. Mencoba mencari-cari kebohongan dalam iris coklat itu. Namun, netranya sukses menggenang, saat ia tidak menemukannya barang secuilpun.

"Yoongi, tidak ada yang bisa aku lakukan. Kau jelas tau, penyakit itu sampai sekarang belum benar-benar ada obatnya. Maaf, Yoongi."

Lantas, pada detik itu, Yoongi kembali bertanya-tanya. Kesalahan fatal apa yang pernah dilakukan adiknya, sehingga Tuhan begitu kejam menurunkan penderitaan pada sang adik secara bertubi-tubi.

Yoongi tidak paham.

Ia merasa tidak adil.

Mengapa harus adik lugunya itu yang harus menanggung beban seberat ini?


Yoongi mengangkat kepalanya, saat bahunya di tepuk. Kim Seokjin, sahabat yang selama ini menangani adiknya itu kini telah berdiri di depannya; masih dengan seragam khas operasinya.

"Yoongi,"

Tidak perlu mendengar penjelasan dan melihat gurat sendu milik Seokjin pun Yoongi telah tau. Sangat-sangat tau bahwa adiknya tidak akan pernah baik-baik saja semenjak vonis omong kosong itu di dengarnya satu tahun yang lalu. AIDS, Yoongi tahu bahwa adiknya telah sampai pada tahap paling mematikan itu. Maka, ia kembali menunduk. Menenggelamkan wajahnya dan terisak dengan bahu yang bergetar hebat. Tidak peduli lagi pada sekitar. Tidak peduli pada usia dua puluh tiganya yang malah jadi terlihat seperti bocah yang kehilangan permennya. Benar-benar tidak peduli bahkan untuk menjaga imej nya sebagai publik figur.




Peduli setan!








.

.

.












Butuh tiga minggu untuk ia kembali bisa melihat manik hitam adiknya. Dia tersenyum, mengambil tangan Jungkook untuk ia genggam setelah memastikan bahwa Dokter beserta Suster yang sempat memeriksa adiknya telah menghilang di balik pintu beberapa waktu lalu.

Mourir | ft.jjkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang