Bodoh...
Aku mengecek jam sekilas sambil berlari. 13.57. Masih 2 jam sebelum aku dan Kak Faiz seharusnya bertemu.
Aku menelusuri lorong lantai 3 sekolah sendirian, memelankan lariku yang tadinya sangat cepat. Detak jantungku berdetak kencang seiring langkahku. Alunan piano dari ruang musik menari-nari bersama detak jantung ku, membuat hatiku ikut menyanyikan lagu itu.
aih, lagu ini tidak punya lirik.
Abaikan alunan piano yang membuatku terlena itu, sekarang aku harus mengambil buku IPA ku segera. Aku memasuki ruang kelasku, kelas 8 A.
Kelas ini berhadapan dengan ruang guru lantai 3, yang sepi sekali ketika pulang sekolah. Di samping kelas ada toilet wanita dan satu ruang tertutup yang tak pernah dibuka. Konon katanya ruang tersebut 'ditinggali' banyak arwah penasaran yang bunuh diri di sekolah ini. Tentu saja aku tak percaya..
Aku membuka-buka lokerku, mencari buku IPA. Seingatku, ada disini. Aduh, kenapa tidak ada ya?
Aku mencoba membuka loker loker lain yang tidak dikunci, bisa saja ada yang iseng mencurinya.
Tetap tidak ada.
Dimana kuletakkan buku itu tadi? Stella Agatha, betapa cerobohnya engkau, meninggalkan buku di sekolah.
"Loh, ada orang?" suara cempreng anak perempuan mengagetkanku dari belakang.
Siapa?
Aku menoleh. Tampak seorang anak berkuncir dua manis dengan tinggi agak dibawahku, menggunakan seragam hari ini.
Oh, cuma bocil biasa."Lo ngatain gue bocil?" intonasi suaranya makin tinggi.
A, Apa?!
Dia membaca pikiranku..
"E, eh, engga kok, siapa juga yang ngatain lo bocah.""Alesan. Gue kelas 9 ya, lebih tua dari lo. Jangan berani berani lo ama gue, ngerti."
Lah, kelas 9? Pendek amat.
"Oh, iya, iya. Maaf kak. Gue baru liat kakak di sekolah ini, maaf sebelumnya."
"Gue ga pendek!" bentak anak itu. "Dan juga, lo itu siapa sih, kok bisa liat gue?"
watde—
Aku terdiam.
Jangan bilang aku sedang berbicara dengan makhluk tak terlihat.
Tiba-tiba anak itu hilang begitu saja dari tempatnya berdiri.
"KOK ILANG?" sontak aku teriak. Jangan jangan arwah ruang sebelah..
"Stella? Ini dah jam 4, kok lo masih disini?" sebuah suara familiar memanggil namaku dari arah pintu kelas.
Kak Faiz!
"Oh iya kak, sorry tadi gue mau ambil buku gue yang ketinggalan, hehe," aku berusaha mengontrol mimik mukaku, "ini udah jam 4 ya? Kok cepet banget?"
Aku melihat jam tanganku yang menunjuk angka 4. Hah? Tadi jelas jelas masih jam 2?
"Lho, lho.. Gue tadi yakin banget masih jam 2! Jam gue rusak apa ya.."
"Mungkin rusak La, lo perbaiki aja nanti. Sekarang, jadi ga nih, bahas acara sekolah bulan depan?"
"Eh iya, bentar ya kak, buku IPA gue masih belum nemu nih," aku langsung membuka buka loker yang tadi sebenarnya sudah kucek.
"Ini bukan buku lo?"
Kak Faiz menjulurkan buku IPA dengan namaku dicover depan. Kok bisa ada di kak Faiz sih? Dia dapet darimana?
"Kok ada di kakak?"
"Lah ini emang ada di atas meja dari tadi, emang lo ga liat?"
"Enggak.."
"Yaudah yang penting bukunya dah ketemu. Kuy ke ruangan, udah ada Gita ma Vio."Aku berjalan mengekor Kak Faiz. Aku masih penasaran dengan anak kelas 9 yang pendek itu. Apa dia benar benar hantu?
"Kak, kakak tau ga anak kelas 9 yang rambutnya kuncir dua, lebih pendek dari aku?" aku mencoba menanyakan.
"Hem.." Kak Faiz berpikir sejenak, "kayaknya ada, tapi gue ga inget. Mungkin udah pindah."
"Ooh."
—.—
"Oke, jadi udah ditetapin ya panitianya Stella ama Vio. Ada yang mau ditanyain?"
"Engga kak, ga ada."
"Yaudah kalo gitu kalian boleh pulang, jangan lupa bawa spanduk ke sekolah besok pagi, "Kak Faiz menutup rapat sore itu.
Aku meraih tas sekolahku dan menghampiri kak Faiz, seraya ikut keluar dari ruangan bersama yang lain.
"Hari ini guru rapat kan kak?" tanyaku.
"Iya. Kenapa emang?"
"Kalo gitu sekolah masih buka ampe jam 6 kan?"Kak Faiz memandangku curiga, "Iya sih, tapi lu ngapa nanya kek gitu? Lo mau stay di sekolah ampe jam 6? Gabaik lama lama di sekolah, mending lo pulang ma gue."
"Eh.." mukaku memerah. Tawaran yang menarik, tapi masih ada yang harus kulakukan disini..
"Makasih kak tawarannya, tapi gue masih ada urusan."
"Oh yaudah gapapa. Gue duluan ya, bai."
"Bai."Nice, aku bisa menyelidiki ruangan itu tanpa gangguan.
Stella Agatha adalah seorang anak yang penuh rasa ingin tahu dan selalu bertingkah detektif. Itulah aku. Apalagi setelah pindah ke sekolah yang memiliki segudang misteri ini, rasa ingin tahuku menggebu-gebu. Misi pertama hari ini, menyelidiki ruangan samping kelasku yang tak pernah dibuka. Dengan semangat aku berlari kembali ke lantai tiga, menaiki tangga dari ruang OSIS lantai 2.
Terlalu bersemangat, aku menyenggol badan seorang anak laki laki yang tengah berjalan santai di koridor.
"Ups, sorry.."
"Lah lo bisa liat gue juga?"
Hah? Maksudnya...?
........
KAMU SEDANG MEMBACA
<lacuna>
FantasyAda kelegaan tersendiri ketika merasa hari esok tetap ada. Masa lalu mungkin berat dilupakan, tapi melangkahkan terus dan jangan ragu. a blank space, a missing part.. Stella Agatha, yang mencoba melupakan, tetapi tetap tak bisa lepas dari bayang-ba...