Roh

26 5 4
                                    

Seorang anak laki laki berkacamata bulat dengan rambut cokelat acak acakan. Tingginya lebih pendek sedikit dari Kak Faiz dan lebih jangkung. Dimataku, dia lebih mirip oppa oppa korea yang sering kulihat di drakor.

"Maksud lo?"

"Cuma orang indigo yang bisa liat gue, dah paham kan gue ini apa?"

"Hantu..?"

"Lebih tepatnya sih semacem roh. Dulu gue sekolah disini juga, jadi siswa sini, tapi keberadaan gue ga diakui orang-orang. Gue, yang ngerasa putus asa, berusaha ngilang dari dunia ini. Dan lo tau ga? Ketika gue berusaha bunuh diri, roh gue malah nyasar ke suatu tempat, dimana ada banyak roh yang senasib ma gue. Tubuh gue masih ada, dan gue masih hidup tapi gue ga bisa masuk lagi," ceritanya panjang lebar.

"Ga bisa masuk ke tubuh lo?"
"Iya."

Aku terdiam tak percaya. Sejak kapan aku indigo?

"Tadi gue juga ketemu ma anak cewe yang ngaku kelas 9, rambutnya dikuncir dua, lo tau ga? Jangan jangan sejenis lo lagi," tanyaku kemudian.

Dia membelalak, "wah lo ga macem macem kan ama tu anak?"

"Engga sih, tapi kayaknya dia marah deh kalo gue mikir dia pendek."

Anak itu makin melotot, "wah wah lo nyari mati.. Peraturan nomor satu anak itu, siapa aja yang nganggep dia pendek bakal dihabisin habis-habisan. Lo tau dia siapa?"

"Ga lah. Siapa emang?"

"Dia ketua kami, para roh-roh yang senasib juga. Kami hidup berkelompok, satu nasib, dilupain semua orang. Sedih kan kalo lo jadi kami," dia tersenyum hambar.

"Mimpi apaan gue semalem, bisa nyari masalah sama ketua roh, ngomong ma rohnya langsung," kataku antusias dengan mata berbinar. "Bakalan seru nih! Gue suka hal-hal menantang, penuh resiko, apalagi berkaitan ma dunia lain!"

Anak itu menggeleng-gelengkan kepalanya heran, memandangku aneh. "Aneh ya, ada orang kayak lo. Bukannya takut malah semangat. Sefrekuensi dah lo ma si Xena. Sama sama aneh!"

"Hm? Xena siapa?"
"Anggota ke 21. Hemm, gini deh. Lo mau ga mampir ke base kami bentar? Ga jauh kok, ruangan kosong samping 8 A. Kuy."

Bener kan dugaanku! Ruangan itu memang terhubung dengan dunia lain.

"Tau kan dimana ruangannya?"
"Tungguin gue woi, jalan lo cepet banget. Iya, tau lah. Orang di samping kelas gue, kok."
"Oh, lo 8 A?"
"Iya."

Belum lama melangkah, anak itu sudah mengeluh, "lama banget sih jalan kek gini aja. Gue mau terbang ya, lo sendiri udah tau kan yang mana ruangannya, bai." Dia melayang pelan di udara, tidak tampak lucu karena lebih mirip 'melayang beberapa senti' saja dari lantai, tidak benar benar terbang. Tapi aku tahu, melayang begitu lebih ringan daripada harus berjalan.

"Dih gue ditinggalin dong, yaudah lah," kataku pasrah.

Akhirnya aku sampai di depan ruangan kosong itu. Aku membuka pintu pelan setelah anak itu dengan enaknya menembus pintu itu sementara aku harus membukanya.

"Aaa!" jeritku.

Tampak sebuah cairan mengucur dari atas kepalaku, membasahi rambut panjangku yang seharusnya masih tertata rapi.. Sambutan yang tidak menyenangkan!

"Ups, sorry. Hahaha gue kira Acel, rupanya manusia," kata sebuah suara anak perempuan..

"Siapa sih anak kurang ajar yang berani numpahin kopi ke kepala gue??? "

....

Sedikit informasi guys, Stella bersekolah di sekolah paling elite dan rata rata sekolah anak orang kaya yang 'sombong'. Disana gaya bahasanya agak gaul, makanya mereka pake gue-lo walau masih SMP ^^ (Author)

Jngn lupa vote ama komen ya manteman~

<lacuna>Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang