FJ - 02

4 0 0
                                    

"Kenapa lo Wid, suntuk amat?"

Gadis itu semakin menunjukan wajah masamnya, sebelum duduk di antara kedua laki-laki berstatus sahabatnya. Ia lirik keduanya bergantian, masih setia menanti penjelasan darinya. Tapi, sebelum ia benar-benar menjelaskannya. Widy tampak menghela nafas panjang, wajahnya berubah kian kacau saja.

"Eh, gimana sih? Gue muak kalau kaya gini terus caranya!" Widy tampak frustasi, ia sampai mengacak-ngacak surai cokelat tuanya.

"Dih, lo kenapa sih? Engga jelas banget dateng-dateng langsung kaya gitu!" ujar laki-laki bertubuh kurus di sampingnya.

"Tau! Dasar wanita tidak jelaz!" imbuh laki-laki bertubuh lebih berisi yang sedang sibuk menyantap sosis bakar di tangannya.

"Ih! Kresna! Dinar! Lo berdua bisa engga sih dengerin dulu!" gerutu Widy yang menatap kesal keduanya.

Laki-laki bertubuh kurus yang tidak lain bernama Kresna, tampak mempersilakan Widy berkeluh kesah,"Yaudah sih cerita dulu yang jelas! Biar kita paham, masalah lo tuh dimana?"

"Pokoknya harus cerita yang berfaedah ya Wid!" Perintah Dinar, disela kesibukannya menyantap sosis bakar.

Widy berdecak keras, ia bersedekap sebelum menghela nafas panjang. Mulai sibuk merangkai kata-kata untuk ia ucapkan, mengenai mimpinya tadi. Kalau saja mimpi semacam itu tidak terus menerus menyerbunya, mana mungkin Widy meminta kedua anak laki-laki ini untuk berkumpul di base camp mereka?

"Gue mimpiin Degan lagi!" Widy memulai ceritanya.

"UHUK!" Refleks Dinar tersedak sosis bakar yang hampir ia telan.

Berbeda dengan Kresna yang menghela nafas dan menatap tajam sahabatnya itu, "Lo belum lupain dia?"

"Udah! Cuma, kadang-kadang masih suka ke bawa mimpi-.."

"Lo diem-diem masih kangen si Degan'kan?!" Tebak Dinar dengan wajah paling menyebalkan yang pernah Widy lihat.

"Nah! Ngaku aja deh! Lo masih nyimpen perasaan ke Degan'kan?" Timpal Kresna tidak mau kalah.

Keduanya sama-sama menunjuk Widy yang tersudut saat ini. Gadis itu pun balas menunjukan wajah memelasnya, serta bibir mencebik. Well, apa yang ditebak kedua sahabatnya bukanlah hal yang salah. Widy akui itu memang benar.

Tapi ia tidak mau mengakuinya secara gamblang, biarkan apa yang ia rasakan dan tidak ia ungkapkan semua. Tetap menjadi rahasianya saja.

"Kangen mah wajar kali, udah lama juga engga ketemu." Gumam Widy pada keduanya.

"Engga wajar lah Wid! Lo tuh sadar diri apa sih?! Dia udah sama Dila! Udah sama Dila! Gue ulangin udah sama Dila!" ujar Dinar menggebu-gebu, tampak kesal dengan perasaan yang belum kunjung sirna dari hati seorang Widy.

"Gila ya lo! Udah di gantungin dia masih aja kangen!" Kresna tampak tidak habis pikir saja.

"Lo berdua'kan engga tau, gue yang jalanin sama dia-.."

"Eh! Kita bertiga sekelas ya Wid! Lo pikir tiap hari, kita engga liat gerak gerik lo sama Degan?! Lo kalau galau masalah dia juga curhatnya ke kita!" omel Kresna.

"Ngapain lo masih ngangenin dia? Lo pikir dia bakalan kangen sama lo? Jangan berharap Wid, lo berdua tuh cuma menjalin hubungan tanpa status selama 3 bulan. Bukan paca-.."

"Kalau aja gue engga ikutin saran Kresna, lo pikir gue sama dia bakalan kelar gitu aja?!" Potong Widy, memandang kecewa kedua sahabatnya itu. Terutama Kresna yang tengah menatapnya dengan lekat.

"Kok lo jadi nyalahin gue sih Wid?" Wajah Kresna berubah tidak suka, "Kan lo yang minta saran, karena dia engga seriusin lo!"

Widy mendengus kasar, "Karena saran lo! Hubungan itu tuh kandas!"

FOOLISH JANUARYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang