Wendy's Doubts

326 61 5
                                    

"Seungwan, 5 menit lagi ya"

"Iya ma"

Wanita yang dipanggil mama oleh Wendy itu menghilang setelah menutup pintu. Gadis itu lalu melihat pantulan dirinya di depan cermin full-body di depannya. Ia berusaha tersenyum, tapi entah kenapa kata-kata Chanyeol hari sebelumnya terus terngiang-ngiang di kepalanya.

Chanyeol ingin ia bahagia. Ya Tuhan, jangankan Chanyeol, ia sendiri juga sebenarnya sangat ingin bahagia. Ah, Chanyeol-nya yang baik. Chanyeol selalu mengetahui isi hatinya yang sebenarnya. Seolah mereka berdua adalah satu orang yang terbagi di dua tubuh.

Haruskah ia melakukan ini? Apakah ia akan bahagia?

Sedang apa Chanyeol? Apa ia sudah bangun? Melihat tabiat dan kebiasaan buruknya, mungkin Chanyeol masih menempel di kasur dan bantal kesayangannya sekarang. Wendy terkikik lirih, membayangkan wajah tidur Chanyeol entah kenapa membuatnya girang. Ah, Chanyeol-nya yang baik. Chanyeol selalu bisa menghiburnya di saat ia gundah, meskipun lelaki itu tak melakukan apapun.

Wendy kembali melihat refleksinya di cermin dan mendapati matanya yang berkaca-kaca.

____________________


Chanyeol sedang memakai dasinya ketika ia mendengar suara pintunya digedor dengan agak keras dari luar. Karena malas bergerak, ia menjawab dengan sebuah teriakan, "Siapa?"

Tidak ada jawaban.

Chanyeol mengangkat bahu, lalu melanjutkan aktivitasnya. Ia menyisir rambutnya ke belakang sampai tidak ada satu helai pun menutupi jidatnya yang menurutnya merupakan daya tarik terkuatnya. Tak perlu waktu lama sampai suara gedoran itu kembali terdengar.

"Astaga..." gumam Chanyeol sambil berjalan ke arah pintu kosannya, lalu membukanya dengan kasar. "Apasih?!" sambutnya kurang ramah.

Sesosok wanita jangkung yang berdiri di depan pintunya mengerucutkan bibir. "Gue cuma mau bangunin bang buset dah, lo ada shift setengah jam lagi, takutnya kan ga bangun"

"Alah lo mau nebeng aja bilang anjing" Chanyeol menunjukkan muka masamnya kepada Kim Minkyung, rekan kerjanya di Hito yang bertempat kos tepat di sebelah kosannya. Minkyung sering menumpang motornya apabila mereka mendapat shift yang sama. Chanyeol tidak pernah keberatan, toh Minkyung sudah dianggapnya adik sendiri. "Gue belom selese. Masuk dulu lo"

"Gue males buka sepatu, bodo amat yak!" Minkyung melangkah masuk ke dalam kamar Chanyeol dengan sepatu Converse putihnya. Chanyeol menepuk dahinya sendiri, menyesali keputusannya menyuruh Minkyung masuk, tapi tetap diam tak berkomentar. Ia menutup pintu dan kembali bersiap-siap untuk bekerja.

Minkyung duduk bersila di atas kasur Chanyeol. "Bang, gue mo nanya dari kemaren"

Chanyeol sudah bisa menebak pertanyaan Minkyung. Ia yakin semua pegawai Hito memiliki pertanyaan yang sama. "Gak boleh nanya" jawabnya asal.

"Ih, jahat" ujar Minkyung. "Yaudah deh, tar gue tanya ke Bang Baekhyun aja"

Terkadang Chanyeol merasa sangat beruntung dikelilingi orang-orang yang selalu bisa menghargai keputusannya tanpa banyak bertanya ataupun memaksa, sesepele tidak mendesak dirinya jika ia memang tidak mau ditanyai. Kali ini ia mengalah, toh akhirnya nanti ia juga akan curhat ke Baekhyun dan Minkyung.

"Gue juga ngga ngerti, kenapa Wendy tiba-tiba dateng gitu" ia memasukkan beberapa barang ke dalam tas ranselnya. "Dia cuma ngajakin gue makan, terus kita pulang masing-masing, udah. Ga jelas banget kan ya?"

Minkyung manggut-manggut. "Dia ga ngajak lo balikan bang?"

"Enggak" Chanyeol menggeleng. "Dia malahan ngomong kalo dia udah punya cowok"

UnderwaterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang