◇ Thorki & Sim ◇

1K 119 9
                                    

>>>

Pemandangan kembali berubah, aku sedang berada dalam ruang bawah tanah yang sunyi dan pengap.

"Inilah penjaraku, Sim," Paman Loki menuntunku mendekat pada seonggok–maksudku seorang manusia.

"Tidak lama mereka bisa menangkapku dan memenjarakanku di sini, Thor tahu, tapi dia tidak peduli." 

Aku bisa melihat penderitaan dan kesakitan yang terpatri di mata Paman Loki. Perhatianku teralihkan pada tubuh Paman Loki yang meringkuk di sudut dinding.

"Itu, Paman?" Paman Loki mengangguk membenarkan.

"Sangat menyedihkan," katanya. Aku berjongkok menatap Paman Loki yang tak berdaya.

"Paman sakit?!! Kenapa tidak ada yang mempedulikan hal ini?! Paman harus cari bantuan!!"

"Tidak, Sim. Tidak akan ada yang menolong," Paman Loki duduk di batu agak jauh dariku yang masih berjongkok dekat dirinya–yang menjadi ingatan.

"Kita selesai dengan cerita Thor," Aku mendengarnya, tapi rasa panikku terhadap ingatan Paman Loki yang ini sangat buruk, "Kita memasuki kisahmu, Simza."

"Maksudnya?" Suaraku terdengar seperti Paman Thor saat cekcok dengan Sif.

"Kekalutan jangan sampai membuatmu bingung, Simza. Kau jadi terdengar seperti Thor," Paman Loki bersilang kaki, seakan menikmati tontonan dirinya di masa lalu yang sedang menderita. Jangan-jangan paman Loki Masokis.

"Kalau kita sudah masuk ke bagian ceritaku, kenapa kita masih di sini, Paman?" tanyaku tidak sabaran.

"Karena ini bagian pertamanya, Simza," Paman Loki tersenyum lembut menatapku.

Aku tidak berpaling cepat pada ingatan Paman Loki yang sedang kesakitan. Dia seperti sedang berusaha–

"Sebaiknya kau jangan terlalu dekat, Sim," saran Paman Loki, "Aku takut kau tidak siap untuk melihatnya." 

–melahirkan.

Jantungku berhenti berdetak, suara jerit dan erangan tertahan bagai menggantung di langit-langit. Paman Loki menghampiriku dan membantuku bangkit, dia memelukku, menyembunyikan wajahku dalam dadanya agar tidak melihat ingatan tentang dirinya yang sedang kesakitan.

"Rasa sakitnya terbayarkan, Sim," Paman Loki memelukku erat, pikiranku kosong, aku tidak mampu berpikir. Kemustahilan, ketidakmungkinan, semua hal gila lainnya berseliweran di tepian akal sehatku.

Suara bayi menangis kecil tertahan seperti sesegukan. Aku berbalik dan melihat ingatan Paman Loki yang sedang menggendong bayi kecil dalam sepotong selimut tipis. Aku mendongak menatap Paman Loki yang nyata, dia tersenyum haru, matanya berkaca-kaca dan aku tidak sanggup melepaskan pelukannya.

"Sampai kapan?" Suaraku serak.

"Tidak lama, kau akan segera bebas."

Seperti sebelumnya, seperti video yang dipercepat tapi kali ini pemandangannya tidak berubah. Aku masih melihat Paman Loki yang acak-acakan dan bayi kecil dalam gendongannya.

"Thor datang," Pemandangan dihadapanku berubah, penampilan Paman Loki menjadi tidak acak-acakan lagi dan tunggu dimana bayinya?!

"Jangan panik, itu hanya ilusi, aku sering melakukannya." Paman Loki menenangkan.

Benar saja, tak lama kemudian suara langkah datang, sebuah bayangan membawa obor yang cukup terang dibanding pelita temaram yang ada di sini.

"Loki!"

"Akhirnya kau mengunjungiku juga, Kak."

"Loki, aku tidak bisa berbuat banyak. Kau tahu, aku bukan lagi pemimpin para Asgardian."

"Ya, aku tahu. Aku juga tidak berharap kau membebaskanku sekarang."

"Hilangkan sihirmu, Loki. Jangan bermain ilusi lagi."

"Tidak, aku harus memastikan kau tidak kaget melihatku."

"Aku sudah pernah  melihatmu di penjara dan terpuruk saat Mama pergi, jadi untuk apa aku kaget, walaupun sejujurnya aku sangat  kaget saat kau juga bisa jadi wanita," Paman Seth maksudku Thor tertawa menunduk, "Kau benar-benar kelewatan, Loki."

Paman Loki mendengus, ingatannya dan juga yang berdiri di sampingku.

"Maaf, aku tidak tahan," katanya saat aku menatapnya, "Thor, bodoh."

"Paman Loki.." desisku.

"Kau saja yang bodoh, tidak pernah belajar." kata ingatan Paman Loki.

"Mentang-mentang kau mewarisi sihir dari Mama," Paman Thor mendekati obornya ke wajah Paman Loki, "Hilangkan ilusinya, Loki."

"Kau harus berjanji dulu."

"Janji apa?"

"Jaga dia, seperti kau menjaga dirimu sendiri."

"Dia? Siapa?" Paman Thor menatap sekeliling tapi tidak ada siapa-siapa karena memang hanya ada Paman Loki, dia dan aku–maksudku aku saat bayi. Aku harus membiasakan untuk percaya. Demi Dewi Frigga!

Tunggu, apa tadi aku menyebut Dewi Frigga? Astaga dia nenekku!

Perlahan ilusi itu hilang, Paman Loki yang duduk bersandar di dinding dan bayi mungil dalam gendongannya.

"Astaga Loki!!" Paman Thor menancapkan obornya di dinding dan berjongkok depan Paman Loki.

"Aku tidak ingin melihat ini," komentar Paman Loki yang nyata dan berbalik membelakangi adegan dalam ingatannya sendiri, sedang aku berjalan mendekat dan sangat dekat dengan Paman Thor, Paman Loki dan aku bayi.

"Bagaimana! Bagaimana!!"

"Berhentilah bertanya dan histeris, Thor," tegur Paman Loki, "Kau membuat anakku takut!"

"Anak?! Kau punya anak dari siapa?!!" Paman Loki hanya menghela napas dan memutar matanya. Aku ingin tertawa, Paman Thor memang bodoh tapi kenapa sangat tolol.

"Boleh kugendong?"

"Tidak, sebelum kau berjanji menjaganya." 

"Aku berjanji, demi seisi alam semesta aku akan menjaganya dengan jiwa dan ragaku, Loki!"

Paman Loki memberikan bayi dalam bungkusan kain tipis itu, Paman Thor melepas jubahnya dan menambah kain untuk menyelimuti sang bayi kecil.

"Kau belum menjawabku, ini anak siapa?" tanaya Paman Thor sambil bisik-bisik karena sekarang sang  bayi dalam gendongannya.

"Anakku."

"Loki, aku sungguh-sungguh bertanya!"

"Aku sungguh-sungguh menjawab, Thor!"

"Kalau begitu, siapa ibunya?"

Paman Loki bungkam sejenak dan menghela napas panjang.

"Aku."

"Loki, jangan main-main. Aku tahu kau sangat butuh hiburan dalam tempat ini, tapi jangan mengada-ada!" Paman Thor bermain dengan jari kecil sang bayi yang menggapai-gapai wajahnya.

"Jadi, siapa namanya?"

"Itu tugasmu untuk memberikannya nama,"

"Apa-?!" Paman Thor kembali menatap bayi kecil dalam gendongannya.

"Jangan membuatku mengumpat di depan anakku, Thor!" Sepi mengelilingi kami.

Aku seperti melihat sambaran kilat dalam mata Paman Thor.

"Otaknya baru terkoneksi," komentar Paman Loki yang nyata sambil terus membelakangi ingatannya sendiri.

"Dia...anakku?" Paman Loki kembali memutar matanya.

"Cepat berikan dia nama, sudah hampir sebulan dia tidak punya nama. Kau datang lama sekali, untungnya tidak sampai bertahun-tahun…"

Di luar perkiraanku Paman Thor langsung memeluk Paman Loki, mencium kepalanya, pipinya dan bi– tiba-tiba semuanya buyar.

>>>

[THORKI AU/FANFICT] Somewhere Only We KnowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang