Chapter 1 - Tetangga lama

18 3 1
                                    

***
🌻--

Permulaan.

Caitlin Macklemore. Perempuan muda 25 tahun itu kini tengah menyibukkan dirinya dengan berpura-pura fokus kepada novel yang berada di genggamannya. Sesekali melirik dan mendapati pria asing itu masih terus menatapnya. Huh, apasih!

Ia memutuskan untuk menutup novelnya dan menatap lurus ke mata pria itu. "Hey, berhenti melihat ku seperti itu. Apa wajahku terlihat seperti badut pesta bagimu?" Ujarnya kasar. Sungguh, siapa yang tidak risih bila ada orang asing menatap mu sebegitu intens?

Pria itu tersenyum. Membuat Caitlin dengan refleks memalingkan wajahnya. Astaga, kenapa ia baru menyadari pria di depannya ini sangat tampan! Bola mata yang berwarna biru langit, bibir tipis yang sedikit kemerah-merahan karna suhu yang dingin, dan rambut hitamnya yang sedikit acak-acakan.

"Kau, cantik." Ujarnya singkat dan berhasil membuat pipi Caitlin bersemu.

Caitlin kembali berusaha memfokuskan matanya kepada novel yang sempat ia baca tadi. Dalam hati ia bertanya-tanya, kapan sampainya sahabat sialan nya itu?

Ya, Caitlin kini tengah duduk di dalam sebuah resto yang cukup mewah sendirian. Menunggu sahabatnya yang baru saja kembali dari Jepang. Tidak lama, sampai pria itu datang, duduk di meja yang berhadapan dengan mejanya. Dan menatapnya seperti itu. Dalam hati ia merutuki resto mewah ini, karena jarak setiap mejanya sangat dekat. Astaga, kenapa sahabatnya itu memilih tempat tidak ber-privasi seperti ini sih?!

"Kau, cantik." Ujar pria itu sekali lagi. Sontak membuat Caitlin terkesiap dan menatap kecil pria itu.

"Y-ya terima kasih. Kau boleh berhenti menatapku sekarang." Jawabnya sarkas. Menahan degup jantungnya yang kini tak karuan. Hell, ia tidak pernah dibilang cantik soalnya.

"Ah, kau benar-benar tidak mengingatku." Ujar pria itu dengan raut wajah yang berubah menjadi kecewa.

Caitlin mengerjapkan matanya dan menatap pria itu dengan intens.
Ap-apa? Jadi ia pernah mengenal pria ini? Tapi dimana? Ia sama sekali tidak ingat ya tuhan! Terkutuklah otak pelupa ini.

"M-maaf, aku tidak mengingatmu." Kata Caitlin pelan, takut-takut pria itu tersinggung dengan jawabannya.

Pria itu kembali mengulas senyumnya, dan mengulurkan tangannya kedepan."Edward, tetangga mu waktu sekolah menengah pertama." Tuturnya halus.

Caitlin terperangah dan cepat-cepat membalas uluran tangan Edward. Ya ampun, Edward Hamilton si pendek  tetangganya dulu. Kenapa kini sudah sangat berubah?! Pantas saja ia tidak tanda!

"K-kau Edward si pendek?"

Edward terkekeh pelan lalu mengangguk. "Ya, kau benar."

"Coba berdiri." Ujar Caitlin yang kini sudah berdiri tegap.

"Ya, ampun! Kau makan apa sampai bisa setinggi ini?" Serunya tak percaya. Edward si pendek yang dulu hanya setinggi telinganya, kini menjadi Edward tinggi. Bahkan kini Caitlin hanya setinggi dagu nya saja.

Lagi-lagi Edward terkekeh. Apa pubertas segini berpengaruh bagi penampilan fisiknya? "Apa aku boleh duduk disini?" Tanyanya menunjuk salah satu kursi kosong di meja Caitlin. Tenang saja, setiap meja mempunyai 4 kursi.

"Tentu saja."

"Jadi--bisa kau jelaskan kenapa kau bisa jadi tampan?" Tanya Caitlin tak sabaran dengan mata yang terus menelisik wajah Edward.

Edward menaikkan alisnya, "Jadi, selama ini aku jelek?"

Caitlin mengangguk dengan mantap. "Jelek sekali." Ujarnya tanpa ragu sedikitpun. Ya, memang inilah yang menjadi ciri khas nya. Ia terlalu jujur dan tidak bisa menahan perasaannya. Entah ini kelebihan, atau kekurangan ia pun tak tahu.

Love Or ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang