Ken Arok mengalahkan Kadiri dan mendirikan kerajaan Tumapel. Itulah yang sedang ramai dibicarakan rakyat Kadiri. Mereka bertanya-tanya kepada diri mereka sendiri,”Apakah aku seorang Kadiri ataukah seorang Tumapel sekarang?” Kasak-kusuk itu menjalar ke seantero negeri.
Pasukan Ken Arok berderap kembali ke Tumapel. Raja Kadiri telah mati tertusuk Keris Mpu Gandring. Kerajaan Kadiri sudah habis masanya, sekarang adalah era Singasari, dengan Ken Arok sebagai raja. Ken Arok menyatakan Kadiri sebagai wilayah di bawah Kerajaan Tumapel. Sepanjang jalan di kerajaan barunya itu, rakyat bersorak-sorai, “Hidup raja! Hidup raja!”
Kedatangan Ken Arok disambut dengan meriah. Istrinya yang cantik, Ken Dedes, bahagia karena suaminya pulang dengan selamat. Anak-anaknya, Mahisa dan Anusapati pun menyambutnya dengan senang. Begitupula dengan brahmana-brahmana yang mendukung penumpasan Raja Kadiri. Hari itu merupakan hari yang bahagia.
Namun resminya pendirian Kerajaan Tumapel tidak menjawab kekhawatiran rakyat Kerajaan Kadiri yang terdahulu. “Apakah aku seorang Kadiri ataukah seorang Tumapel sekarang?” Pertanyaan itu masih saja terlontarkan dari mulut mereka, bahkan sekarang bertambah satu lagi pertanyaan,”Siapa yang akan menjadi raja di Kadiri bawahan Tumapel?”
Isu-isu pun mulai muncul di kalangan penduduk. Kira-kira siapa yang akan menjadi raja dari dua putra Ken Arok? Beberapa berpendapat Anusapatilah yang akan menjadi raja di Kadiri, karena Anusapati merupakan putra tertua Ken Arok. Ada juga yang berpendapat Mahisalah yang akan menjadi raja. Perdebatan ini terus berlajut, namun Ken Arok tidak juga memberikan jawaban yang pasti.
Butuh lima tahun bagi Ken Arok untuk akhirnya menentukan raja bawahan di Kadiri. Kabarnya Raja Singasari itu akan membuat sebuah sayembara yang hanya akan diikuti oleh anak-anaknya. Pemenang dari sayembara tersebut akan menjadi raja di Kadiri. Namun, tidak ada yang tahu sayembara seperti apa yang akan diadakan Sang Rajasa. Tapi satu hal yang pasti adalah, sayembara ini dirahasiakan dari publik. Penghuni kerajaan satu pun tidak boleh membicarakan perihal sayembara ini. Siapapun yang membocorkannya akan dibakar hidup-hidup brsama keluarganya. Tentu saja ancaman ini membuat semua pelayan takut dan menutup mulut mereka rapat-rapat.
Kabar tentang sayembara tertutup ini sampai ke telinga Anusapati. Pagi itu secara tidak sengaja ia mendengar percakapan ayahnya di ruang singgasana. Anusapati yang penasaran pun tanpa berpikir panjang langsung menanyakan kebenaran kabar itu kepada Ken Arok.
“Ayah akan mengadakan sayembara?” tanya Anusapati pada ayahnya, Ken Arok, di ruang singgasana. Ken Arok diam menatap sosok Anusapati yang berdiri tak jauh dari tempatnya duduk.
Pangeran tertua Singasari itu menunggu ayahnya menjawab, namun Ken Arok tetap tidak bersuara. Anusapati yang bingung dengan keputusan Ken Arok untuk membuat sayembara, tambah bingung dengan sikap ayahnya sekarang.
“Ayah-?” Kiranya Anusapati teringat, dan ia tersentak. Ia langsung berlutut dengan satu kaki dan menghaturkan sembah salam.
“Hormat saya Ayahanda, Raja Singasari. Maafkan saya yang telah lancang berbicara kepada Yang Mulia Raja,”Anusapati menunduk dan menyatukan kedua telapak tangannya di depan wajah.
“Berdiri,” ucap Ken Arok dengan suara yang menggelegar. Anusapati mengikuti perintahnya, dengan pandangan masih tertunduk,”Apa yang ingin kau tanyakan?”
Kali ini Anusapati menatap lurus ke Ken Arok,”Yang Mulia, apakah benar Yang Mulia akan mengadakan sayembara?”
“Ya, benar,” jawab Ken Arok singkat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anusapati Raja
Historical FictionSebuah cerpen yang mengisahkan Anusapati, dan hal yang mendorongnya melakukan pembunuhan terhadap Ken Arok. [Cerita fiksi sejarah]