Mencoba menjadikan mu milik ku

2.5K 151 9
                                    

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Jangan pernah bertanya bagaimana cinta itu bisa hadir, cinta bahkan mampu menyelinap di mana air tak bisa mengalir sekalipun.
                                                                  YuliJaruji
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Flashback  on
'Maaf kan ayah Beam. Ayah harus mengatakan ini pada mu. Ayah minta maaf' Suara tuan Baramee terdengar putus asa. Sang istri yang ada di samping nya menangis. Beam memeluk ayah nya, mencoba menenangkan kedua orangtua nya. Mencoba memberi tahu mereka bahwa semua akan baik-baik saja. Beam akan baik-baik saja.
'Ayah dan ibu tidak usah cemas. Aku baik-baik saja. Aku sudah dewasa ayah, ibu. Jangan cemas kan aku'
Beam mencoba tegar. Berita ini, bukan lah berita kecil. Ini berita yang mengejutkan tapi Beam yakin bisa melewati ini, walau ia belum tau jalan keluar nya.
'Ayah janji, ayah akan mengeluarkan kita dari situasi ini. Ayah hanya perlu waktu'
'Aku tau Ayah. Ayah pasti bisa. Ibu, berhenti lah menangis. Kita akan baik-baik saja bu'
Nyonya Baramee memeluk kedua putra nya. Ia tak bisa bayangkan bagaimana nanti nasib mereka.
'Ibu, P' Beam sudah bilang, kami tidak apa-apa' ucap si bungsu Yim.
Beam mengacak pelan rambut adik nya yang masih duduk di bangku SMA kelas 10.

Flashback  off

"Jadi, sedang apa kau di sini?" tatapan Beam sedikit kesal pada Forth. Pria yang kini ada di depan nya, berdiri menjulang sambil melipat kedua tangan nya di depan dada dengan senyuman mematikan milik nya. Saat Beam sedang bekerja, ia di kejutkan dengan kedatangan pangeran Teknik itu dengan dua orang teman nya yang lain. Sebelum teman-teman Forth menyadari keberadaan nya, Beam menarik Forth ke belakang gedung tempat ia bekerja sekarang. Dan di sini lah mereka sekarang, saling berhadapan, Beam yang melemparkan kan tatapan tak senang, dan Forth yang tersenyum meremehkan.

"Sedang apa kau di sini?" Beam bertanya pada Forth.
"Bukan kah aku duluan yang bertanya itu pada mu?. Apa yang kau lakukan di sini?" Forth mengulangi pertanyaan yang sama.
"Kau sudah lihat. Untuk apa bertanya lagi?"
"Kau bekerja di sini?"
Beam mengangguk.
"Kenapa?".
"Kenapa kau perduli?. Ini urusan ku!. Sebaik nya kau pergi dari sini dan bawa kurcaci-kurcaci mu!"
"Apa hak mu mengusir ku?. Tempat ini milik mu?"
Beam terdiam. Ia tidak bisa membalas Forth. Fakta nya, ia tidak berhak mengusir Forth dari tempat ini. Dia cuma pelayan.
"Jam berapa kau pulang?" Forth bertanya.
"Apa urusan mu?"
"Apa Phana tau, kau bekerja di sini?" Beam memucat saat mendengar pertanyaan Forth. Forth segera sadar ada yang di sembunyi kan oleh Beam.
"Dia tidak tau?"
"Forth, mengapa kau tidak pergi saja?. Anggap kau tidak melihat ku, dan beres" Beam jengah.
Forth menghela nafas panjang, lalu mendekat pada Beam. Beam mundur selangkah.
"Jam berapa kau pulang?" Forth kembali mengulang pertanyaan nya.
"Jam 1 nanti". Forth melihat jam yang melingkar di lengan kiri nya.
"3 jam lagi. Aku akan menjemput mu. Sekarang, aku akan pergi dengan teman-teman ku"
Forth pergi. Beam masih heran dengan ucapan Forth yang bilang, bahwa ia akan menjemput Beam. Beam kembali bekerja.

Jam 1 dini hari, Beam bersiap pulang. Di loker nya, Beam mengeluarkan tas dan buku-buku nya. Beam menatap buku nya dan meremasnya erat. Beam ingin jadi dokter, itu cita-cita nya. Bagaimana pun, ia harus tetap kuliah. Tidak perduli bagaimana, ia akan tetap bekerja, dan membiayai kuliah nya.
Beam melewati keramaian bar untuk keluar. Tiba-tiba, tangan nya di cekal.
"Oh, hai P'"
"Hai Beam, ayo temani aku minum"
"Maaf, jam kerja ku sudah selesai. Lain kali, aku akan menemani mu"
"Aku ingin sekarang"
Beam mulai risih, saat orang tersebut membelai pipi nya. Ini bukan hal yang jarang bagi Beam. Sudah 2 minggu ia bekerja di Bar khusus gay ini. Selama itu pula, ada beberapa pelanggan yang mencoba menyentuh nya. Beam tidak suka, tapi ia juga tau, resiko nya bekerja di tempat ini.
"Maaf P', aku harus pergi" Beam masih berusaha sopan meski jantung nya berdegup karena takut. Tentu Beam bisa menolak dan melawan, tapi itu hanya akan mempengaruhi pekerjaan nya nanti. Beam berjalan pergi tapi pelanggan tadi menarik Beam. Selanjut nya, Beam kaget melihat pelanggan tersebut kesakitan karena tangan nya di pelintir seseorang. Beam melihat siapa pelaku nya.
"Forth, Forth hentikan" Beam menarik-narik tangan Forth.
"Aaaakh, tolong, tangan ku, aaaaaakh"
"Forth, aku mohon!"
Forth melepas cengkraman nya.
"Kau ingin patahkan tangan ku?"
"Karena kau berani menyentuh milik ku"
"Jika dia milik mu, simpan dia di lemari mu. Jangan biar kan bokong cantik nya lewat di depan mata ku"
"Apa?!"
Beam langsung menarik Forth keluar dari Bar. Begitu sampai di luar, Beam menepiskan tangan Forth dan memandang pria itu dengan marah.
" Kau gila?. Kau tau apa akibat perbuatan mu pada pekerjaan ku?" Beam marah.
"Kenapa kau bekerja di sana?"
"Bukan urusan mu Forth!. Kau bahkan bukan teman ku. Kenapa kau harus ikut campur urusan ku!"
Forth memandang Beam yang terlihat sangat kesal.
"Berapa lama kau sudah bekerja?"
"Shia Forth!, kau tidak mendengar ku?. BUKAN URUSAN MU, BRENGSEK!"
"Apa aku harus bertanya pada Phana?"
Forth merasa menang saat melihat air muka Beam berubah.
"Jangan tanya atau katakan apa pun pada Pha atau Kit"
"Ayo, kita bicara di tempat lain"
"Aku mau pulang"
"Kita bicara, atau aku tidak akan bisa menjaga mulut ku sendiri?"
Beam mendengus kasar. Mau tak mau, Beam naik ke motor Forth. Forth menghentikan motor nya di sebuah taman. Beam hanya mengikuti Forth.
"Jadi, berapa lama kau sudah bekerja di bar itu?" Forth bertanya dengan pertanyaan yang sama. Beam tak mengerti kenapa Forth harus repot-repot mencampuri urusan nya.
"2 minggu" jawab Beam asal.
"Kenapa kau bekerja di sana?"
"Itu satu-satu nya tempat, yang mungkin tidak akan di datangi Pha atau Kit"
Forth memiringkan sedikit kepala nya dan tersenyum. Tempat yang tidak akan di datangi Pha Kit?. Kenapa?, ini semakin menarik, pikir Forth.
"Kenapa kau tidak bekerja di tempat lain?"
"Karena aku tidak mau PhaKit tau aku bekerja!"
"Untuk apa kau bekerja?, bukan kah kau tergolong dari keluarga menengah ke atas?"
"Aku tidak tau kenapa tiba-tiba kau tertarik dengan urusan ku"
"Untuk apa kau bekerja?"
"Perusahaan ayah ku terancam bangkrut. Ekonomi kami menurun drastis karena itu. Aku harus bekerja supaya ttap bisa kuliah dan membiayai adik ku, supaya orangtua ku tidak terlalu terbebani. Kau puas?!. Kau senang mendengar nya"
Beam benar-benar tidak ingin membahas ini. Hal ini sangat sensitif bagi nya. Beam tidak takut jatuh miskin. Bukan itu masalah nya. Tapi melihat kerja keras ayah nya selama berpuluh tahun hampir jatuh, membuat nya begitu takut. Ia takut ayah nya terpuruk. Beam benar-benar ingin menangis sekarang. Tapi tidak di depan Forth. Ia tidak mau diejek laki-laki cengeng oleh musuh Phana ini.
Beam memandang langit agar air mata nya tidak tumpah.
"Sudah?, aku harus pergi"
"Kau juga tidak mau PhaKit tau soal keluarga mu?"
"Aku tidak bisa. Aku tidak mau membebani mereka dengan masalah ku"
Forth berdiri dari duduk nya.
"Kau mau aku membantumu?"
"Apa?, aku bahkan tidak meminta bantuan mu. Untuk apa kau menawari ku?"
"Kau ingin tetap bekerja di Bar itu?. Hari ini, pipi mu yang di belai, besok, bisa saja kau di perkosa"
"Forth!!"
"Apa?. Kau bekerja di Bar khusus gay Beam. Dengan wajah mu yang cantik itu, kau bisa saja terkena 'masalah' nanti nya"
"Cantik?, aku tidak cantik, bodoh!"
Forth tertawa. Saat marah pun Beam terlihat imut.
"Aku akan biayai kuliah mu, makan mu, pakaian mu, bahkan sekolah adik mu"
Beam memandang Forth dengan pandangan curiga. Forth ingin membiayai semua kebutuhan hidup nya?. Yang benar saja. Untuk apa?.
"Lalu, apa yang harus aku lakukan?"
Pria Jaturaphoom itu tersenyum dan mendekat ke Beam.
"Jadi lah kekasih ku"
Mata Beam membola, ia kaget. Jadi kekasih Forth?. Bagaimana bisa?. Bukan, bukan karena Beam memandang rendah hubungan sejenis. Karena dua sahabat nya juga menjalin hubungan dengan sesama lelaki. Tapi ini Forth?. Dia bisa mendapatkan wanita atau pria manapun, lalu kenapa Forth malah meminta Beam menjadi kekasih nya?.
"Kau tau, aku sudah muak dengan semua wanita yang mengejar ku"
Ah, ini alasan nya. Beam memutar bola mata nya bosan.
"Tugas mu adalah jadi kekasih ku, untuk menyingkir kan semua wanita yang mengejar ku. Maka, aku akan membayar mu"
"Jadi kekasih bayaran mu?"
"Ya, bukan kah itu lebih baik, dari pada kau di perkosa di Bar gay?"
"Kau gila!, tidak akan ada yang memperkosa ku, brengsek!"
"Hanya belum, tapi kalau kau tidak mau menerima tawaran ku, aku..."
"Baik!"
"Ha?"
"Aku bilang, baik!. Kau tuli ya?"
"Kau terima?"
"Eum"
"Kau harus bersikap seperti kekasih ku"
"Kau ingin aku bermanja, duduk di pangkuan mu, menjahitkan kancing baju mu yang terlepas, begitu?"
Forth tertawa dan sumpah, meski Beam lelaki, dia masih bisa menilai bahwa Forth sangat tampan jika sedang tertawa.

Kekasih bayaranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang