Our Separation

12 2 2
                                    

Sehari sebelum perpindahanku ke sekolah lain, aku mengabari Jack. Aku memberi tahunya, kalau besok adalah hari terakhirku di sini. Dia kaget mendengar ucapanku. Aku melihatnya kebingungan, sepertinya dia tak tahu lagi apa yang harus dia lakukan. Dia sudah berapa kali membujukku untuk tetap bersekolah di Yongdae, tapi aku tidak bisa apa-apa lagi, ini keputusan orang tuaku.

Kali ini aku sangat merasa bersalah kepadanya, aku belum memberinya banyak kebahagiaan dan hanya memberinya banyak rasa sakit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kali ini aku sangat merasa bersalah kepadanya, aku belum memberinya banyak kebahagiaan dan hanya memberinya banyak rasa sakit. Dia selalu saja memberiku kebahagiaan dengan rasa pedulinya hanya kepadaku, namun aku terus saja mengabaikannya. Saat hari perpindahanku tiba, dia mengucapkan selamat tinggal dan berharap aku hidup dengan bahagia di sekolah baruku nanti. Dia juga mengatakan kalau dia ingin bertemu denganku lain kali, saat dia libur sekolah atau lebih seringnya kami sebut sebagai "pesiar".

"Claudie, maaf aku udah ga bisa ngapa-ngapain lagi. Kamu yang bahagia yah hidup di sekolah barumu. Semoga kamu bisa dapetin orang yang lebih baik daripada aku dan dapet temen-temen yang baik dan pengertian." ucapnya dengan tersenyum.

Aku tahu itu hanya senyum palsu, dia hanya mau aku tenang dan tidak sedih.

"Iya, kamu juga baik-baik yah di sini. Maaf karena aku banyak salah sama kamu." kataku.

"Nanti kita ketemu lagi yah kalau aku pesiar nanti. Sampai ketemu di lain waktu, hidup yang bahagia yah!" ucapnya lagi.

 Sampai ketemu di lain waktu, hidup yang bahagia yah!" ucapnya lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Itulah kata-kata terakhir yang aku dengar darinya. Walau aku terus menyakitinya, dia sampai akhir pun tetap bersabar menghadapiku.



Beberapa hari kemudian, di mana aku tak lagi bersekolah di Yongdae Boarding School, aku tak tahu kenapa rasa rindu ini mulai menghampiriku. Aku mulai menunggu kabar darinya, walau aku tahu aku harus menunggu seminggu untuk mendapat kabarnya, karena dia hanya boleh memainkan handphone nya saat hari minggu. Aku terus saja mengecek handphone milikku, sewaktu-waktu dia mungkin saja mengirimiku chat.

Aku mulai merasa menyesal, meninggalkan orang yang sangat peduli padaku dan benar-benar mencintaiku dengan tulus walau aku terus mengabaikannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku mulai merasa menyesal, meninggalkan orang yang sangat peduli padaku dan benar-benar mencintaiku dengan tulus walau aku terus mengabaikannya. Saat aku berdiam diri, aku juga sering menyesali kenapa aku tak menerima untuk menjadi pacarnya. Karena dengan begitu, aku bukan siapa-siapa baginya kelak. Hanya cerita lalu yang tak berarti apa-apa, cerita yang sesak dan menyakitkan.


Love LettersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang