Upacara di senin pagi berjalan lancar, walaupun ada beberapa anak yang pingsan karena panas matahari yang sangat terik.Kelas sembilan mah bebas, mereka bagi yang laki laki itu meneduh di bawah pohon rindang yang tumbuh di sana, jadi tidak kepanasan deh.
"Itu si gundul ngapain si, bicara kok lama amat, udah amanat gitu gitu mulu tiap upacara, bosen gue Nat" Cercah Vian, me ngomel kepada pak Bagio yang sedang memberikan amanat.
"Iya tuh pak Tas, udah banyak bisa juga di mulutnya, nggak selese selese ngomongnya anjir" Komen Nathan. Memang pak Bagio itu sering di panggil pak Tas, karena ya itu Pak Bag, Bag kan bahasa inggrisnya Tas, jadi semua siswa jadi memanggilnya pak Tas. Dasar aneh.
Raven hanya menghela napasnya kasar, posisinya tak seperti posisi teman temanya, ia berada di barisan yang terkena sinar matahari.
Memang tidak masalah bagi Raven untuk berpanas panasan, tapi melihat perempuan di sampingnya yang mengeluh dan sangat cerewet akan terik matahari yang membuatnya pusing. Terlebih lagi, badan Raven sedang tidak bisa di ajak kompromi.
"Bisa diem nggak sih!" Tegur Raven yang sudah tidak tahan dengan ocehan teman perempuan nya itu.
"Panas di sini, lu mah enak nggak panas, aduhhh panas banget elah" Ujar nya malah semakin cerewet, ditambah pula dengan teman temanya yang lain. Padahal, Raven terkena sinar matahari paling banyak dari para perempuan itu.
"Ya udah kalo gitu ke belakang apa susahnya sih!!" Sudahlah, moodnya sedang tidak baik.
Raven menatap tajam ke arah perempuan tadi, sudah di pastikan jika Raven akan marah perempuan tadi diam dan sedikit mundur, menjauhi Raven.
Vian menepuk pundak Raven pelan, Raven hanya menoleh dan menatap Vian bingung.
"Lo nggak papa kan?" Tanya Vian.
Raven hanya membalas dengan mengangguk.
Akhirnya upacara yang berlangsung lama itu selesai, semua murid belum mendapatkan pelajaran karena masih memasuki tahun ajaran baru.
Raven memilih bermain ponsel di kantin sambil meminum jus jeruk pesanannya.
"Napa si Ven?" Tanya Vian.
Raven hanya menggeleng sebagai jawaban.
"Nanti malem join kagak?" Tanya Nathan menatap Raven.
Raven menoleh menyimpan ponsel kedalam saku.
"Dimana?" Tanya Raven dingin.
"Tempat biasa Ven, ini cuma main main aja sih, nggak ada taruhannya" Jawab Nathan sambil menyeruput susu kotaknya.
"Liat kondisi aja" Ujar Raven.
Vian dan Nathan hanya mengangguk mengerti. Jika Raven sudah berbicara 'liat kondisi' berarti liat kondisi orang tua Raven. Begini begini Raven juga di jaga ketat oleh kedua orang tua Raven.
Jam pelajaran di mulai sejak 30 menit yang lalu, Raven masih tenang tenang saja di bangkunya. Dengan bolpoin dan buku catatan, ia tenang, diam dan mendengarkan penjelasan dari guru, ya walaupun ia sedikit tidak mengerti.
Tetapi ketenangan itu berubah ketika tiba tiba kepalanya di rasa sedikit pusing, Raven meletakkan tangan di meja untuk bertumpu kepalanya. Raven sedikit memejamkan mata agar rasa pusingnya sedikit menghilang.
Setelah dirasa pusingnya sedikit menghilang, tubuhnya mulai lemas, ia sedikit menghirup udara banyak banyak, kalau sudah begini di pastikan ia akan sesak nafas dalam beberapa menit.
"Raveno...." Panggil bu Wati, guru matematika yang sedang mengajar.
Raven hanya mengangkat tangan dan masih menelungkupkan kepalanya.
"Sedang apa kamu?" Tanya bu Wati, guru itu berjalan mendekati Raven.
Semua teman sekelas nya sudah kompak menoleh ke arah Raven yang sedang menelungkupkan kepalanya.
Tangan Raven lagi lagi terangkat lemas. Ia tak ingin kondisi ini akan membuat teman teman nya khawatir.
Punggung Raven naik turun dalam tempo sangat lambat, Raven sedang mengambil napas dalam-dalam agar sesaknya segera hilang.
Dalam hitungan detik, napasnya sejenak kembali seperti semula.
Ia mendongak, menoleh kepada bu Wati.
"Ada apa bu?" Tanya Raven lirih, tubuhnya sangat lemas saat ini.
"Kamu pucat, mau ke UKS?" Tanya bu Wati saat melihat wajah Raven pucat saat ini.
Raven hanya tersenyum sedikit lalu menggeleng sebagai jawaban. "Di kelas aja bu"
Bu Wati mengangguk lalu berjalan ke arah meja guru dan melanjutkan perjalanan tadi yang sempat tertunda.
"Lo bener nggak papa kan?" Tanya Vian kepada Raven.
Raven hanya berdeham dan kembali menelungkupkan kepalanya seperti semula, sungguh kepalanya saat ini sangat pusing, di tambah tubuhnya sangat lemas. Rasanya ingin tidur saja.
Tak lama, alam mimpi pun menyambut Raven.
"Tidur?" Tanya bu Wati.
"Kayaknya bu, tapi biarin deh bu, soalnya dari tadi emang pucet, trus moodnya lagi jelek keknya bu" Jawab Vian dengan jujur.
"Iyahh bu, tu cowok sensi amat emang, marah marah mulu, udah gitu tatapannya tajem lagi, irit ngomong lagi, untung ganteng" Ujar Keysa, teman sekelasnya yang kelewat cerewet, cewe tadi tuh, yang rempong saat upacara.
"Kalo ngomong..... suka bener dah" Tumpak Nathan.
"Udah udah, malah pada bicarain Raven, tapi iya juga ya, dikit banget ngomongnya, udah gitu mukanya triplek lagi, untung ganteng" Lah lahh.... Ini kok bu Wati juga ikut ikutan gosip sih, orangnya ada di situ loh bu, cuma ga denger aja kalian ngomong apa.
"Udah udah, malah gosip" Ucap Yoga, sang ketua kelas.
Pelajaran pun berlanjut dengan satu siswa tertidur pulas di sana, ya memang tidak nyaman, tapi mau bagaimana lagi.
Bel pulang sudah berbunyi, Raven juga sudah bangun, hanya saja nyawanya belum terkumpul sempurna.
"Bun, jemput Raven ya bun, dia tadi pusing gitu katanya, ini juga baru bangun tidur, nyawanya belum terkumpul" Telfon Vian kepada Rika.
"Bunda jemput ya, tapi Raven nggak papa kan? Sakitnya nggak kambuh kan?"
"Enggak bun, tadi katanya cuma pusing"
"Yaudah bunda jemput, assalamu'alaikum"
"Waalaikumsalam"
Dengan keadaan yang sangat kelewat ganteng Raven berdiri, mukanya khas orang bangun tidur, rambutnya sedikit acak acakan. Jadi tambah ganteng deh keliatanya.
"Gue lama tidurnya?" Tanya Raven dengan suara serak khas orang bangun.
"3 jam pelajaran bu Wati" Jawab Nathan.
Bay the way ,mereka masih di dalam kelas.
"Ohh, ada ulangan tadi?" Tanya Raven lagi.
Nathan menggeleng, di sambut kedatangan Vian dari arah pintu.
"Yaudah kuy pulang, bunda lagi otw ke sini" Ujar Vian.
Raven hanya mengangguk dengan muka ngantuknya. Ngantuk aja masih tetep ganteng si mas, kan jadi naksir huhuuu
***
Tbc
Di tungguin np? Kasih vote juga dung, share juga.
Gosah sombong, sombong tu perilaku ga baek.
Kenalan sini, tak kenal maka tak kenal
KAMU SEDANG MEMBACA
Raveno
FanfictionRaveno, bukanlah anak nakal. Ia penurut dan bukan pembantah, kalau sedang nurut aja. Raveno, bukan berandalan tetapi suka balapan. Raveno, bukan anak pintar yang selalu mendapat ranking di sekolahnya, hanya saja ia selalu mendapat nilai terbaik. ...