Setelah sekian lama mereka kagum dengan mall ini, akhirnya bisa pulang. Gue pesen gr*p karena tidak ada salah satu dari kita yang membawa mobil.
Agak lama untuk sampe rumah. Hingga beberapa saat kemudian kita sampai. Gue sampe dirumah.
"[Name]"
"ape?" Gue sedikit mengadahkan kepala gue karena dia lebih tinggi dari gue. Mafu tertawa canggung sambil garuk lehernya yang gak gatel.
"Kita bisa tinggal dirumahmu nggak?"
"What?" Refleks gue ngomong gitu. Wajah Mafu keliatan polos polos gitu waktu ngomong mau tinggal dirumah gue. Waktu gue ngelirik yang lain, mereka sibuk dengan urusan mereka masing-masing.
Misalnya saja dari Soraru yang sibuk selfie, lalu Urata yang sibuk ngeliatin kucing gue yang suka keliaran tapi kalau ada butuhnya balik lagi, Lalu Amatsuki yang melihat sekitarnya macam orang bego, dan Luz yang SKSD sama cewek cantik yang masih sekolah SMP hingga kuliah.
"Boleh?"
"NO NO NO" Kata gue setengah teriak sambil menggerakan tangan gue mengisyaratkan bahwa gue sangat sangat menolaknya.
"[Nam--]" Kaka gue, namanya Icha. Dia terdiam. Dia pernah kejepang yang hoki nya bertemu sutopuri lalu kembali lagi karena mendengar hoax bahwa aku hamil. Dan saat dia tahu, dia kecewa.
But please, aku masih virgin.
"Sis, i can explain"
"okay, but right now bawa they are in" Gue natap kakak gue datar. Heran. Dia suka RIP inggris tapi kalau pake bahasa jepang sama korea fasihnya minta ampun.
jika kalian tidak menberti apa yang kaka gue sebutin, bakal gue kasih tau.
Okay but right now, itu artinya oke tapi sekarang.
bawa, ya bawa lah.
they are, mereka.
in, masuk.
jadi, oke tapi sekarang bawa mereka masuk.
Gue yang sangat mengerti apa yang kakak gue omongin langsung bawa mereka masuk. Tentunya dengan ogah-ogahan.
"Kalian duduk situ" Kata gue sambil nunjukin sofa yang biasanya suka gue tidurin karena biasanya bakal ada angin masuk lewat pintu.
Semuanya mengangguk setuju lalu mulai duduk. Kakak gue yang kebelet kasih penjelasan mulai gue jelasin. Kakak gue cuma angguk-angguk terus nyuruh gue temenin mereka.
"Kenapa kalian mau tinggal dirumah gue?"
"Karena mau aja" Gue yang lagi megang sendok langsung ngelempar ke kepalanya Soraru. Dia cuma mengaduh sakit sambil mengelus kepalanya yang mengenai sendokku.
"Kasih alasan yang lebih logis" Kata gue lagi. Gue ngeliat Mafu, dia kayaknya lagi gugup. Idola gue gini amat ya.
"Mau tau? Itu soalnya karena kalau kita keluar-luar pasti bakal ada fans kita yang ngejar-ngejar dan pasti bakal repot. Lebih enaknya kalau tinggal dirumah lu aja biar lebih santai. Pasti juga kalau ke hotel bakal ada fans kita. Kamu tau kan kalau banyak juga fans kita yang suka dan tahu sama kita? Apalagi Mafu yang punya banyak fansnya" Jelas Amatsuki. Dan... Lu-gue?
Kayaknya Amatsuki telah tercemari oleh teman-temannya deh.
Gue ngehela nafas. Setelah dipikir-pikir bener juga. Mereka kagak ada kenalan lain selain gue. Ya udah, mau nggak mau gue harus izinin mereka. Tapi apa orang tua gue izinin?
.
.
.
.
.
.
.
."Di izinin kok! Mama sama papa yakin kalau mereka anak yang baik-baik"
Sudah kuduga.
Gue hanya natep nyokap sama bokap gue malas. Sialan, nyokap sama bokap gue terlalu posthink. Tapi syukurlah kalau mereka bakal ngomong begitu.
Bahkan mereka yang mendengar telah diizinkan terlihat begitu seneng. Aku mulai berdeham yang menjadi pusat perhatian keluargaku dan para utaite itu. Gue natep para utaite itu bergantian.
"Tapi ada syaratnya. Satu kamar dua orang" Gue harus mengambil kesempatan ini untuk kesenangan fujo gue. Gue tersenyum manis, yang justru membuat mereka gugup.
Udah kayak diintrogasi aja.
"Soraru dengan Mafu disebelah kamarku bagian kanan, Amatsuki dengan Luz disebelah kamar kiri kamar kak Icha dan Urata... Disofa aja ya?" Kasian Urata. Setelah gue berkata begitu dia hanya pasrah sama sambil mengangguk-angguk.
Mereka mau tidak mau akan tidur sesuai tempat yang gue suruh. Karena mereka tahu, jika mereka tidak menuruti apa yang gue bilang. Pasti mereka bakal aku usir.
HoHoHo.
"Dek, Dek" Gue ngeliat nyokap gue. Dia memberi isyarat untuk bicara empat mata saja. Tanpa ragu gue cuma ngangguk aja. Gue ngikutin langkah nyokap gue yang berakhir kita ada di kamarnya nyokap bokap gue.
Nyokap gue megang tangan gue sambil ngelus-ngelus tangan gue lembut. Senyumannya juga lembut. Tatapannya juga lembut. Gue curiga. Gue punya firasat buruk.
"Misalnya mereka menyukaimu dan akan menikahimu, adek akan milih siapa?"
Tuh kan.
Pasti kalau hubungannya sama laki-laki ujung-ujungnya juga bakal nikah-nikahan. Nyokap gue emang kebelet liat anaknya punya cucu.
"gak tau deh, ma. Mafu itu periang sama kekanak-kanakan tapi gue suka, Kalau Soraru gue cuma suka sifat tsunderenya kalau kagak ada ya gak bakal gue anggep, kalau Urata gue suka kemanisannya, kalau Amatsuki gue suka hampir semuanya kalau Luz gue cuma suma suara" Dan setelah gue ngomong begitu. Nyokap gue natap gue penuh harap.
"Kapan nikah?"
"mah... plis, gue baru lulus SMA"
"Lebih cepat lebih baik"
"Au ah gue pusing"
.
.
.
.
.
.
.
.
."Gimana rasanya setelah kalian tinggal semalam dirumah gue?" Tanya gue. Dan kalian harus tau fact tentang aku. Aku kalau dirumah suka banget pake celana pendek diatas lutut.
Jadi si mesum, maksudku Soraru itu malah fokus kesana. Otomatis gue langsung nampar dia. Gak tau diri emang.
"Enak"
"Lumayan kalau Mafu gak berisik"
"Dingin"
"Rat, itu nasib lo kalau tidur di sofa"
"HAH!?" Dan berakhir Luz dan Urata marahan. Asik, apakah akan ada baku hantam?
Kayaknya nggak.
Soalnya udah dilerai sama Amatsuki.
"Jadi, sampai selanjutnya kalian mau tinggal disini?" Mereka mengangguk. gue cuma membulatkan mulut.
"Ayo calon calon anak mama~ Silahkan makan"
"MA!!" Aku melotot sambil meneriaki mama gue. Papa udah berangkat subuh-subuh. Kak Icha juga udah pergi bareng temen-temennya. Jadi cuma ada para utaite, gue sama nyokap gue aja.
"Calon? Tapi tante kita belum macarin anak tante" Dengan kecepatan flash, Nyokap gue langsung megang tangan Amatsuki yang barusan bilang begitu. Tatapan nyokap gue penuh harap.
"Kalau gitu macarin! terus nikahin! Habis itu buat anak!" Kata nyokap gue penuh semangat. Gue cuma geleng-geleng. Pusing liat emak gue begini.
Padahal sama kak Icha yang notebase nya adalah anak pertama tidak pernah diperlakukan seperti gue. Kayaknya nyokap gue mau buang gue dengan cara lembut namun penug paksa.
"Maat nte... tapi..."
"shh shh shh" Gue mulai misahin tangan nyokap gue sama Amatsuki. Enak banget si nyokap asal ngosor aja.
"Udah elah. Makan aja dulu" Mereka mengangguk. Akhirnya kita makan bersama dengan keadaan (gak) damai.
KAMU SEDANG MEMBACA
My fan my crush [Utaite × Reader]
Fanfictionbeneran deh, gue sama sekali gak nyangka sama kehidupan gue kali ini dua rius, gue sama sekali kagak nyangka kalau gue bakal ketemu utaite! bayangin loh ini utaite. padahal waktu itu gue lagi belanja ke pasar, eh malah keserempet motor. namun, aku...