Enjoy...
Bercerita tentangmu adalah suatu kesenangan yang memberi luka.
"Nih acara kapan selesainya, sih?" Mulut Linda sudah tidak henti-hentinya mengumpati acara persami yang diadakan SMA barunya ini.
Tangan Linda terus bergerak mengipasi wajahnya yang sudah memerah kepanasan. Jika ditanya karena apa? Maka api unggun lah jawabannya. Jam 8 malam tepat memang sudah jadwalnya api unggun. Dan tepat saat inilah yang dibenci Linda. Ditengah rasa kantuknya, ia harus menahannya sampai jam 9 malam nanti ditambah sekarang perutnya tidak bisa diajak kompromi.
Ah sudahlah, Linda sudah tidak tahan. Linda bangun dari duduknya lalu berlari ke arah kamar mandi yang terletak disebelah tempat parkir. Persetan dengan acara api unggunnya sekarang. Yang terpenting bagi Linda sekarang itu urusan dengan perutnya cepat selesai.
"Dek, mau kemana?"
Linda menoleh dan mendapati kakak kelas perempuan yang memakai seragam pramuka lengkap sedang menghampirinya. "Mumpung ada kakel, minta temenin ae." Batin Linda
"Anu kak urusan perut, hehe" Jawab Linda sambil menggaruk tengkuk nya yang tidak gatal.
"Mau dianterin? Disana gelap loh" Tawar perempuan itu.
"Oh boleh banget kak." Linda menerima dengan segenap hati, jantung dan paru-paru:v.
Sedangkan disisi lain...
"Linda manasih? Dari tadi batang hidungnya gak nongol-nongol!" Kesal Grizelle.
Jam sudah menunjukkan pukul 08.30 malam, tapi Linda belum ada juga. Grizelle bukan khawatir tapi kesel, padahal acara api unggun sedang dimulai tetapi Linda dengan seenak jidatnya malah pergi.
Tiba-tiba sebuah tangan menepuk pundak Grizelle keras:v. "Woi!"
"Eh sakit bangsul." Ucap Grizelle mengaduh, merah sudah pundaknya nanti. "Lo dari tadi kemana aja? Nggk ngajak-ngajak!"
"Biasa, nabung bentar." Jawab Linda dengan muka santai.
"Jorok ih Linda, emang lo ditemenin siapa? Nggak takut lo?"
"Ada, kakak kelas tadi"
Grizelle hanya ber-oh-ria saja."Lo nggak kepanasan gitu Zell? Muka gua aja dari tadi udah merah gak ketulungan loh!" Kata Linda mulai mengeluh lagi.
"Alay kaya dora!"
Linda menoleh dengan tatapan kesal. "Biarin, yang alay gua yang susah elu!" Ketus Linda.
"Woi Linda!" Bisik seseorang tepat di telinga kanan Linda, seketika bulu kuduk Linda meremang, pikirannya sudah berpikir yang tidak-tidak.
"Sans elah, ini gua Jingga."
Linda menghela nafas lega. "Ngapa?"
"Tuh lagi mantengin Kak Daniel, enak dari sini lebih jelas soalnya. Uw Gans sangad!" Ucap Jingga dramatis.
"Dasar penggila cogan! Emang yang mana sih, kak Kudanil tuh?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Puncak Luka
Teen FictionLinda sudah terbiasa dengan yang namanya "luka". Linda sudah tidak takut lagi. Baginya luka sudah menjadi asupannya sehari-hari. Sampai saat dimana Linda mengetahui dimana letak puncak lukanya. Puncak luka yang selama ini Linda takuti telah terjadi...