Bismillahirrahmànirrahìm
Hafidz dan Amara kebingungan mencari keberadaan Kanaya yang menghilang dari pandangannya. Mereka berlarian. Bertanya pada siswa yang lewat apabila melihat sosok perempuan berjilbab itu.
"Lo cari ke perpus deh. Gue cari ke belakang."
Amara mengangguk. Hafidz melangkahkan kakinya cepat menuju belakang sekolah. Napasnya memburu kelelahan, takut-takut terjadi apa-apa dengan Kanaya.
"Lo liat Naya gak?" Tanyanya pada temannya.
"Nggak."
Dia kebingungan. Kalau saja tidak ingat satu tempat yang belum dia datangi.
Hafidz buru-buru berlari kesana.
BRUK!
"Eh sori."
Hafidz mendongak pada orang yang telah dia tabrak. Rupanya Deri, cowok famous yang merupakan ketua osis sekaligus anggota basket.
"Harusnya gue yang minta maaf. Sori ya" Hafidz menepuk bahu Deri dua kali.
"Lo temennya Azmi kan? Kok lo gak temenin dia bareng Ibad sama Danis?"
"Duh, gue lagi cari Kanaya. Emangnya Azmi sekarang dimana?"
"Tadi dia sempet diobatin di uks. Sekarang nyokap sama bokapnya lagi dipanggil," Deri mengusap lengan. "Tadi lo bilang lagi cariin Naya? Cewek berhijab itu kan?"
Hafidz mengangguk antusias, "lo lihat? Dimana?"
Deri menunjuk tempat yang ia maksud dengan dagunya. Mushala. Hafidz bernafas lega. Harusnya ia tadi berpikir. Tidak mungkin Kanaya yang religius itu melakukan hal yang aneh-aneh. Mengingat pertemuan mereka dulu disebuah mesjid dekat rumahnya. Hafidz kagum dengan pengetahuan ilmu perempuan itu. Dia butuh lebih banyak belajar darinya.
"Oke makasih. Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
Hafidz mengelap keringat dari dahinya. Melepas sepatunya dan masuk kedalam mushala.
Dia tersenyum lega ketika mendapati Kanaya tengah bersujud dipelataran mesjid. Dengan mukena putihnya, Hafidz melihat bahunya berguncang.
Hafidz memilih berdiri diluar pintu kaca sambil memperhatikan kedalam. Ia tak ingin mengganggu shalat dhuha yang tengah gadis itu kerjakan.
Kanaya menengadah, menyatukan tangannya untuk berdoa pada illahi. Tanpa sedikitpun curiga akan laki-laki yang terdiam menatapnya.
Perempuan itu terisak. Sungguh. Berita buruk itu membuatnya kesakitan batin. Dadanya sesak seakan ditimpa batu gunung. Matanya sudah membengkak sedari tadi menangis.
"Ya allah..."
Kanaya tak tahu apa ini namanya. Tapi dia terluka.
"Kenapa aku merasakan sakit? Semua ini terlalu tiba-tiba ya allah..."
Setetes lagi air mata turun. Pertahanannya goyah hanya karena seorang lelaki yang bukan mahramnya.
"Berdosakah hamba? Jika aku merasakan cinta pada makhlukmu. Aku sudah berharap padanya untuk melamarku nanti. Tapi... ini... kenapa jadi begini? Jadikanlah ini hal yang terbaik untukku, amiin."
Kanaya mengusapkan tangannya kewajah. Meneruskan tangisnya yang tersedu-sedu. Merasa-rasakan kesesakannya yang membuncah.
Hafidz masuk. Tak tahan lagi mendengar isak tangis Kanaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Untukmu, Kanaya-Ku | Azmi Askandar✔
Подростковая литератураAzmi kira, masa SMA-nya akan berjalan normal. Seperti hangout bersama temannya, mengagumi perempuan sekelas, maupun peningnya menghadapi guru killer. Ternyata tak semudah itu, ketika perempuan bernama Alesha tiba-tiba datang menghancurkan harapan Ka...