6.

4.7K 133 8
                                    

Setelah 30 menit perjalanan menuju salah satu kompleks perumahan elite yang di sediakan perusahaan untuk sabrina.

"Non.. eh sabrina. Kita sudah sampai"

Sabrina mendongak dan melihat keluar jendela..

"Eh astaga tak terasa aku terlalu sibuk dengan ponsel. Dan terima kasih pak ax... maksudku axel"
"Tidak masalah sabrina. Mau ku bantu. Kopermu sungguh berat"
"Hahah.. boleh. Dan terima kasih"
"Senang bisa membantu anda"

Mereka menurunkan koper koper besar sabrina

"Apa saja sih isinya?" Ucap pelan axel

Sabrina mendengarnya
"Alat gambar"

Axel menoleh.
"Dia mendengarnya" ucap axel dengan sangat pelan.

Namun sabrina tetap mendengarnya
"Aku punya telinga tuan"

Axel terkekeh kemudian menyusul sabrina membawa serta sebuah koper besar.

Di rumah itu ada 3 kamar 1 kamar tamu dan dua kamar. Salah satunya kamar sabrina dan satunya kosong. Dan terletak di lantai dua. Satu kamar  ia gunakan sebagai kamar khusus alat alatnya dan tempat kerja nya.

"Ini di taruh mana"
"Taruh di kamarku saja. Ayo sini."

Tanpa berucap axel membawa koper itu masuk. Dan sabrina sedang membereskan baju baju di lemarinya menata beberapa barang.

"Aku harus pergi."

"Eh tunggu. Bisa kah kau bawa aku menemui pak leon."
"Baik. Aku bisa. Kebetulan aku akan kembali ke kantor"

Sabrina bersiap dan berangkat.

*****

Pukul 18:57

      Jayden memarkirkan mobilnya di depan rumahnya dan melemparkan kunci ke arah supir ibundanya agar memarkirkannya dengan benar.

"Bun.. jay pulang"
"Sayang tumben telat pulang" sambut sang ibunda kala jayden memasuku rumahnya
"Kerjaan banyak bun" ucap jayden sembari melonggarkan dasinya.
"Kerja terooos kapan bunda dapet cucunya" keluh ibundanya sambil melenggang pergi dan cemberut

"Bun.. ck! Ayolah jangan bahas itu.."

"Yayaya... bunda memang tak bisa mengharapkanmu" teriak prita sang ibunda jayden.

"Ada apa dengan ibumu?"
"Ah.. ayah. Kau mengagetkanku. Biasa ayah. Bunda hmmmt"
"Ayah mengerti. Dan apa yang dilakukan ibumu itu wajar, kau tau itu"

Ayahnya berlalu pergi.
Jayden masuk kekamarnya.
"Ah aku lelah..."

Drrt drrtt...

Ponselnya nya berbunyi.

Noel calling

"Ya leon ada apa??"
"Bisa kita bertemu besok. Membicarakan rancangan proyek itu."
"Arsitekmu sudah ada?"
"Kau meremkanku tuan. "
Jayden terkekeh
"Hahaha... baik baik aku percaya padamu.  Dan aku yakin dia pasti terbaik"

Mereka berbincang cukup lama.
"Kau tau arsitek ku itu wanita. Dia sangat cantik. Jika aku belok menikah mungkin aku akan membawanya ke altar untuk menikahinya atau langsung membawanya ke ranjang"
"Apa dia secantik itu?. Sudah lah kawan kecantikan tak menentukan kesetian. Cukup untukmu syukuri apa yang ada"
"Ah iya kau benar. Bella cantik walau masih cantik arsitek itu.. tapi.."
"Tapi dia bisa memenangkan hat8 seorang rubah sepertimu"
"Hahaha... sudah ya. Istriku merengek. Dengan suara syahduh nya.. hahah. Udah dulu yaa daah. Akan ku matikan telvonnya"

Sambungan telpon pun terputus.
"Ah dasar" ucap jayden sambil tersenyum.

Lantas ia mencharger ponselnya dan berjalan ke kamar mandi. Setelah itu dia turun untuk makan malam keluarga. Semua keluarganya berkumpul. Dan tidak seperti biasa. Kali ini ramai.. karena

This is love✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang