Tiga

10 3 0
                                    

Pagi pun telah datang. Udara nya masih nyaman namun sejuknya terasa dingin sampai ke tulang. Kini Razan beserta ketiga sahabatnya itu sedang ada di taman komplek dekat rumah Razan.

Niat awalnya sekedar jogging biasa, eh nyatanya adalah mereka justru berburu makanan. Maklum, Mama Ghea tidak jadi pulang karena urusan mendadak di luar kota bersama Papa. Mbak Jumi juga masih di pasar saat ini, sungguh miris memang.

Saat ketiga nya sedang asik memilih makanan, Razan justru memilih untuk berdiam diri di bangku taman. Gadis itu sedang melamun, memikirkan hal yang sedang mengganggu kerja otaknya saat ini.

Apa aku bisa? Sedangkan aku sama dia, sama sekali gak saling kenal. Aku ini kenapa? Hanya karena insiden beberapa hari lalu, kenapa aku justru mulai mengagumi sosok nya.
Bahkan, dia menganggap aku saja tidak. Aku takut, kisahku ini mungkin akan sama seperti kisah sebelumnya. Di awali dengan bahagia, namun akhirnya luka. Aku gak mau jatuh hati lagi, sedangkan aku pernah sakit oleh hal yang sama.

"ehm" lamunan Razan terhenti seketika. Dia terkejut, bagaimana bisa cowok ini duduk di sebelahnya? Serasa tak mungkin jika awalnya dipikirkan, eh tiba tiba muncul.

"eh maaf, Kak Janu bukan?" benar sekali, ini hanya sekedar formalitas belaka. Razan sudah mengetahui bahwa cowok di samping nya itu adalah pemilik nama yang belakangan ini menjadi trending di kehidupannya.

"lo ngapa?" bukannya menjawab pertanyaan Razan, Janu justru membalas dengan tanya juga. Razan bingung, manusia ini kenapa?

"aku kenapa kak?"

"disini" jawabnya. Kepala Razan makin dibuat bingung. Sebenarnya itu hanyalah pertanyaan biasa, namun entah kenapa rangkaian kata Gio tidak dapat dia satukan.

"maaf kak, aku gak paham kamu ngomong apa hehe"

"ck! Lo ngapa disini?" ucap Janu. Sedikit ada rasa kesal dalam nada bicara nya. Bagaimana tidak, Razan sama sekali tidak dapat mengerti maksudnya.

"oh aku? Niatnya sih cuma mau jogging bareng temen aku kak. Tapi mereka lagi pada sibuk jajan kayak nya, gatau juga dimana. Kakak sendiri ngapain?"

"Oo. Ngadem, rumah deket" Janu menjawab dengan nada dingin yang terkesan cuek.

Lama mereka berada dalam keheningan, tidak ada satu pun yang berniat membuka pembicaraan. Hingga ... satu tetes air dari langit pun turun. Iya hanya satu, itu belum bisa dikatakan gerimis.
"hujan, pulang" ucap Janu.

"eh, kakak nyuruh aku pulang? Nanti deh kak, sahabat aku belum balik ke sini" jawab Razan. Gak mungkin dia ninggalin Berlian dan yang lain, bisa bisa teriakan maut mereka menulikan pendengaran Razan.

"ayo gue anter"

🌼

"makasih kak. Hati hati dijalan, keburu hujan soalnya" ucap Razan.

"ya" setelah mengucapkan dua huruf tersebut, Janu pergi begitu saja. Tapi yang membuat Razan heran adalah, kenapa Janu masuk ke dalam pekarangan rumah seberang?

Ah mungkin kerumah saudaranya. Eh tapi apa urusannya sama aku, masuk aja deh, batin Razan.

"assalamualaikum, Razan pulang" ucap Razan.

"waalaikumsalam non. Mau makan?" tanya Mbak Jumi.

"enggak deh mbak nanti aja. Oiya, Fira sama yang lain udah pulang?"

"udah daritadi non, sekarang ada di kamar non Razan. Lagi makanin jajan dari Bu Ghea" jawab mbak Jumi. Loh, bukannya tadi ngeburu makanan, kok bisa dirumah?

"Mama udah pulang juga, sekarang dimana mbak? Aku kangen sama Ayah" senyum sumringah Razan pun keluar.

Dia antusias mendengar perkataan Mbak Jumi, ia sangat ingin bertemu sang Ayah. Sudah setahun belakangan ini Ayah tidak pernah pulang, mungkin karena pekerjaan. Tapi Ayah nya tidak pernah mau cerita tentang itu, yang penting kebutuhan anak dan istrinya tercukupi.

Sampai-sampai dia pernah berpikir, apakah Ayah punya istri selain Mama?

"maaf non, Bapak sudah berangkat lagi keluar kota. Ibu juga ke kantor kayak nya, sebentar lagi pulang" Mbak Jumi tidak enak mengatakan itu, ia tidak suka anak majikannya bersedih. "Non Razan ke kamar aja gih, makan oleh oleh dari Bapak. Kalo habis bilang aja non, di kulkas masih banyak" sambung Mbak Jumi.

"hm makasih Mbak, Razan ke kamar dulu sekalian mau mandi"

Di sepanjang jalan menuju kamar, Razan lagi-lagi berperang dengan logika nya sendiri.
Apakah Ayah enggan bertemu dengan ku? Apakah aku tidak bisa merasakan kasih sayang Ayah, sama seperti gadis lain? Ah sudahlah, kamu terlalu banyak berharap Razan! Berpikir positif saja, mungkin Ayah memang tidak bisa pulang untuk waktu lama saat ini.

--

Holaaaa sobat halu! 😄
Aku balik lagi nih, maap yak kemaren gak sempet update. Soalnya aku lagi banyak tugas huhuu:(

Enjoy, dan tunggu part selanjutnyaaaa ♥

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 26, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Every-THINK!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang