Retak

0 0 0
                                    

Gimana? Aldy yang sedang menuangkan teh hitam pada cangkir miliknya dan milik ayahnya mengerutkan kening tak paham. Gebetanmu itu? Siapa namanya? Regina? Aldy melebarkan matanya mendengar pertanyaan barusan.

Wajahnya terasa memanas mengingat senyum gadis itu. Gak gimana-gimana. Ayahnya terkekeh melihat ekspresi anaknya yang kini malah mengendur. Pasti dia udah punya pacar. Ia kan? Aldy menatap ayahnya tak percaya dan memegang dadanya dengan dramatis, Stop yah! Jangan dilanjutin aku gak kuat dengernya! Hatiku seketika retak berkeping-keping. Ayahnya yang merasa jijik langsung memukul kepala anak itu dengan gulungan koran ditangannya.

Nanti eskul? Aldy menggeleng dengan mulut penuh roti yang membuat ayahnya terkekeh. Ini masih pagi gak usah terlalu buru-buru. Aldy meneguk sedikit teh nya untuk membantunya menelan. Cuma mau rapat osis doang. Ayahnya mengangguk sebelum mendekatkan ujung gelas dengan bibirnya dan menyuruput isi gelas itu. Kegiatannya terhenti begitu saja dan menatap intens cangkir ditangannya.

Tatapannya beralih pada Aldy yang sedang menghabiskan isi cangkirnya. Cangkir retak. Kamu harus hati-hati mungkin ada hal buruk yang bakal terjadi. Mendengar nada serius ayahnya membuat tenggorokannya kering. Ditambah lagi tatapan ayahnya yang kelewat serius.

Tak ingin membuat ayahnya khawatir Aldy hanya terkekeh, Ah kirain apaan. Iya aku bakalan hati-hati kok. Udah ah aku mau jemput gebetan bye, ia menyambar tas hitam disampingnya sebelum meninggalkan restoran kecil milik keluarga itu.

Aldy masih kepikiran dengan ucapan dan tatapan serius ayahnya di meja makan tadi. Namun kini ia sudah sampai di sekolah dan bahkan sudah duduk manis di salah satu meja perpustakaan tapi tak ada hal berarti apapun yang terjadi padanya. Hanya saja tadi ia sempat dimarahi oleh pengguna jalan lain karena mengendarai motor terlalu lambat dan akhirnya ia ditertawakan oleh gadis yang duduk manis di boncengannya.

Brukk

Aldy sontak mengintarkan kepalanya dengan was-was. Tak ada siapapun selain dirinya dan buku-buku yang tersusun rapi disetiap rak di dalam perpustakaan ini. Aldy menggaruk kepalanya yang tak gatal karena merasa parno sendiri.

Tapi mendadak ia juga jadi penasaran darimana suara itu berasal. Ia bangkit dan mulai menelusuri setiap lorong buku yang ada diperpustakaan itu. Matanya jatuh pada sebuah buku dengan sampul hijau yang terlihat seperti sebuah diary.

Aldy berjalan mendekatinya dengan mata yang hanya fokus pada buku tersebut. Ia mengambil buku itu dari lantai dan berniat menaruhnya kembali ke rak namun seketika tubuhnya menegak tak bisa bergerak hingga kemudian terdengar suara seseorang dari depan perpustakaan yang membuat Aldy refek berjongok. Ia berjalan jongkok hingga tiba diujung lorong barulah ia menegakkan tubuhnya.

Belum Sempat DimulaiWhere stories live. Discover now