"Apakah pihak keluarganya sudah dihubungi..?" suara Pak Darso memenuhi ruangan yang agak pengab dengan nafas manusia itu. Pak Darso adalah Kepala Balai Taman Nasional Gunung Merapi Sektor Dukun Magelang, ia baru saja datang dari rumahnya di Jogja.
"Sudah pak, sudah saya telepon setengah jam yang lalu, mereka dalam perjalanan ke sini" Pak Ndaru menjawab pertanyaan pak Darso dengan cepat. Seperti Pak Darso, Pak Ndaru juga adalah salah satu petugas di TNGM (Taman Nasional Gunung Merapi) sektor Dukun, Magelang. Posisi Pak Ndaru adalah wakil kepala balai, dan karena rumahnya lebih dekat, ia telah standby di pos lebih dulu dari Pak Darso.
"Siapa namanya?" tanya Pak Darso lagi.
"Elyana pak, lengkapnya Prastika Elyana"
"Umurnya 22 tahun, asal Jakarta. Hilang kontak dari teman-temannya sekitar enam jam yang lalu..." sambung Pak Ndaru lagi.
"Dewe po karo sopo?" suara bariton Pak Darso terdengar lebih berat dalam bahasa Jawa.
"Dewe Pak hilangnya. Mereka mendaki enam orang, tiga perempuan dan tiga laki-laki. Teman-temannya itu lagi istirahat dan dirawat di aula, masih shock nampaknya"
"Kok wartawan sudah rame banget, aku ditelpon bolak-balik sejak jam sepuluh malem ini. siapa to sebenarnya yang hilang ini Pak Ndaru?"
Orang-orang di ruangan itu saling pandang mendengar petanyaan Pak Darso. Kejadian ini memang baru berlalu sekitar enam jam yang lalu, namun entah mengapa hiruk pikuk di media sudah cukup ramai. Satu-satunya orang yang mungkin memiliki jawaban memang adalah Pak Ndaru, orang yang sebelumnya memperoleh berita tentang hilangnya satu pendaki dari kota Jakarta itu lebih dulu.
Di dalam ruang tamu yang sempit kantor TNGM sektor Dukun itu diisi oleh beberapa orang. Mereka semua memang rata-rata adalah petugas di TNGM sendiri. Meskipun ada juga yang nampaknya dari otoritas pemerintah desa Dukun yang ikut berkumpul di sana. Pak Sudarso yang merupakan kepala TNGM tentu saja mendapat sorotan lebih banyak terkait dengan apa yang baru saja terjadi di Gunung Merapi sepuluh jam yang lalu itu.
Pak Darso sendiri sudah mendapat beberapa informasi awal bahwa telah terjadi semacam gempa vulkanik di wilayah sisi barat Puncak Merapi dan kawasan Pasar Bubrah yang menyebabkan beberapa longsoran lokal terjadi. Pristiwa yang terjadi sekitar sepuluh jam sebelumnya itu tentu saja menjadi berita yang merepotkan bagi banyak pihak, karena ada sekitar 150 pendaki yang sedang berada di Camp Pasar Bubrah saat itu. Dan demi keselamatan, mereka semua harus segera diturunkan. Apalagi menurut hasil pantauan dari Pos Pengamatan Gunung Merapi sektor Babadan, telah terjadi peningkatan aktivitas vulkanik di wilayah puncak barat Merapi yang meskipun itu belum mengarah kepada kemungkinan erupsi, namun tentu saja sudah tidak aman lagi bagi para pendaki.
Sesuai prosedur penyelamatan yang ada, semua tim rescue dari berbagai base camp pendakian berangkat untuk mengevakuasi pendaki yang masih ada di atas gunung. Dan proses evakuasi ini tentu saja sangat tidak mudah mengingat kondisi malam hari ditambah lagi dengan cuaca yang sedang tidak bersahabat. Hujan, angin kencang, disertai pula oleh kabut tebal mengiringi selama proses penyelamatan. Semua anggota tim penyelamat berjibaku dalam situasi itu untuk memastikan setiap orang sudah turun ke tempat yang aman dan meninggalkan Pasar Bubrah.
Para pendaki sendiri nampaknya juga dilanda kepanikan saat gempa menggoyang tempat mereka sedang berkemah. Apalagi dentuman beberapa batuan yang longsor dan berhamburan terjun ke Dinding Barat Merapi membuat suasana saat itu semakin mencekam. Kondisi ini juga bahkan membuat beberapa pendaki terpisah dari rombongan mereka.
YOU ARE READING
MERAPI BARAT DAYA
AdventureSinopsis Kemana dia pergi? Kemana pendaki muda pemberani itu menghilang setelah ia mempertaruhkan nyawanya menyelamatkan hidup gadis muda yang sekarat terserang hipothermia sehabis gempa dan longsoran di Puncak Merapi sore tadi? Ia seolah menghilang...