Perlahan pintu terbuka dan menimbulkan suara
Ceklekk
Setelah pintu terbuka terlihat seorang wanita paruh baya berumur sekitar 40-an yang membuka jendela dan gorden yang membuat cahaya matahari masuk ke kamar nadira.
Dia menggeliat di atas kasurnya. “Eughh.”
Wanita paruh baya itu mendekati ranjang anaknya. “Dira, bangun,” Ucapnya sambil menggoyang-goyangkan tubuh anaknya itu.
Gadis itu Nadira Laurencia Pratama. Gadis imut dengan pipi chubby nya.
“Aduh Mah, aku masih ngantuk,” Ucap Dira yang masih setia dengan tempat tidurnya.
Wanita paruh baya itu menghela napas lalu mendekatkan wajahnya ditelinga anaknya. “Bangun ” teriaknya
Gadis itu melompat dari tempat tidurnya. “Aish, Mama ngagetin aku ajaa,” Ucapnya sambil mendudukkan bokongnya di ranjang. Mamanya tersenyum lalu ikut duduk di sebelah Dira.
“Sudah sana, mandi!”
Gadis itu menghela napas lalu mengangguk. “Iya, nih mau ke kamar mandi.”
***
Nadira POV
Ah, shit.
Gerbang sekolah udah ditutup, gue gimana donk?
Manjat pagar? Gak mungkin, kan gue cewek. Gue celingak-celinguk lihat situasi.Yes, aman terkendali. Gak ada siapa-siapa.
Gue berbalik badan
Brughh
Aisssh, bokong gue sakit. Bokong kesayangan gue, sabar yaa ...
Gue berdiri buat lihat siapa orang yang udah nabrak gue. Ternyata dia jatuh juga.
Cowok beriris mata cokelat muda dengan hidung semancung Pinokio. Trus, di pipi kanan-kirinya ada lesung pipit.
Hmm, cukup tampan.
Gue jalan ke arah cowok itu. Gue lihat dia lagi bersihin celananya yang kotor.
Bodoamat lah, orang dia yang nabrak. Tapi gak tau juga sih, gue atau dia duluan yang nabrak.
“Lo kalo jalan pake mata donk,” Ucap gue tanpa mandang opsi tampan nya.
Cowok itu mendongak ke arah gue. “Jalan tuh pake kaki, bego.”
Heh, berani sekali dia mengataiku. Ternyata hatinya tak sebagus wajahnya.
Gue berusaha menahan amarah. “Oke, kita sama-sama salah!”
Gue lihat cowok itu menaikkan satu alisnya. “Kita? Lo aja kali," Ucapnya sinis.
Sebenarnya, dia ini siapa sih. Songong banget.
Oh iya, sampe lupa. Gue kan mau jalan lewat pintu belakang. Jalanan menuju dalam sekolah tanpa diketahui guru.
Bukan magic kok, tenang aja.
“Bodo amat”
Dia buru-buru jalan yang sedari tadi mau gue lewatin. Ternyata, dia telat juga.
Gue ngikutin ke jalan itu. Cowok itu menoleh “Eh, lo ngapain ngikutin gue,” Tanya nya.
Gue tersenyum sinis. “Ini, jalanan umum.”
“Ekhem”
Refleks, gue sama cowok itu noleh kearah sumber suara.
Yah, ketahuan.
Suara tadi berasal dari buAmbYar. Nama itu, kependekan dari Ambar Yartinah. Makanya, disingkat AmbYar.
Tapi, tuh guru gak sering sedih kok. Gak ambyar.
Bu Ambyar berjalan kearah gue dan cowok itu.
Gue lihat, ekspresi cowok itu biasa aja. Mungkin, udah sering kena hukuman.
“Kalian ibu hukum lari keliling lapangan 10 kali”
Gue cengar-cengir. “Sekarang bu?”
Cowok itu tersenyum sinis. “Dia aja bu, saya mah gak ikutan,” Ucapnya sambil nunjuk gue.
Ya tuhan, kenapa cowok disamping gue ini begitu menyebalkan.
“Kalian berduaaaa”
Cowok itu hormat lalu pergi kearah lapangan. “Siap”
****
Gue lagi duduk di pinggir lapangan. Sumpah, capek bangett.
Gue udah ngabisin satu botol air mineral dalam seteguk. Cowok itu? Abis selesain hukuman, dia langsung pergi entah kemana.
Jujur, tuh cowok bikin gue darah tinggi mulu. Nyebelin.
Sifatnya itu lohh, semoga aja dia gak dapat jodoh gara-gara sifatnya yang nyebelin itu.
Biar mampus.
****
“Assalamualaikum, epribadeh," Ucap gue sesampai dikelas.
Hening.
Gue mengedarkan pandangan gue. Pantesan, ada guru tohh.
Gue pura-pura gak tau apa-apa. Jalan ke arah tempat duduk gue tanpa lihat ke arah guru yang keliatan, marah.
Baru beberapa langkah, “Kamu habis dari mana?” tanya guru itu.
Gue berhenti jalan dan berbalik ke arah guru tadi. “Saya abis bantu semut saya lahiran, Bu. Kasian, suaminya lagi cari uang. Ehh, tiba-tiba tuh ibu semut lahiran. Saya bantu deh, makanya saya telat,” Ucap gue.
1 menit
2 menit
3 menit
4 menit“Hahahahaha.” Suara tawa menggema dikelas gue.
“Diam,” teriak guru itu.
Singkat, padat, dan jelas. Semua murid langsung terdiam.
****
Author POV
Kringg...kringgg
“Akhirnya istirahat juga kantin kuy,” ajak rita
Rita dan sisil saling pandang. “Kuy lah.”
Disepanjang koridor, tatapan memuji dan sinis didapatkan oleh mereka.
Jelek, anjir
Bidadari gue dateng
Cantiknyaa
Ih, jijik deh
Mereka menghiraukan ucapan tersebut.
Tiba di kantin, mereka menghela napas.
“Huhh.”
Kantin itu sangat ramai. Meja dan kursinya sudah penuh.
Eitts, tinggal di ujung yang kosong.
Mereka melewati kerumunan manusia yang sedang kelaparan itu. Mereka bertiga mendaratkan bokongnya dikursi.
“Eh, ini siapa yang pesen?” tanya Dira.
Sisil dan Rita saling pandang, mengisyaratkan kalau Sisil yang memesan. Dira mengerti dengan arah tatapan itu, “Gue pesen bakso.”
“Kalau gue ... siomay aja kali,” ucap Rita. Sisil mengangguk, “Oke”
****
TBC
Jangan lupa vote dan coment.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arranged Marriage
Teen FictionAmazing cover by @imliblue Seberapa pun tak kenal, seberapa pun tak ada keperluan. Seberapa pun benci, jika memang ia orang yang tepat, akan selalu ada cara untuk didekatkan.