Pagi hari ini Mariam terlihat murung dan beberapa kali tak fokus dengan sarapannya.
"nenek?" sudah kali ketiga Fatimah memanggil neneknya itu
"ehh?? Ada apa, Say?" jawab Mariam terkejut.
"nenek ngga papa? Kok melamun terus dari tadi subuh?"
"ngga papa kok, Say. Hanya mikirin bayaran saja."
Ucap sang nenek memberikan senyuman setulus mungkin kepada cucunya yang ia sayangi itu. Tapi Fatimah paham betul jika neneknya itu berbohong, hanya saja ia tidak ingin membuat neneknya sedih dan hanya mengeluarkan nada 'oh'.
"Fatimah ke masjid dulu ya, Nek. Insyaa allah Fatimah pulang sebelum gelap" Ucap Fatimah mencium punggung tangan neneknya
"iya, hati-hati sayang."
"Assalamu'alaikum."
"wa'alaikum salaam."
Fatimah memulai langkahnya menuju majelis ilmu yang paling ia sukai. Sambil memasang ear phone miliknya, ia bergumam menyanyikan shalawat favoritnya.
"Ilahi lastu lil firdausi ahlaan.."
"Assalamu'alaikum.." ucap Fatimah memasuki Masjid yang didominasi warna marmer dengan kubah berwarna hijau yang besar diatasnya.
"wa'alaikum salaam, ehh Fatimah." Jawab seorang gadis berkerudung motif bunga-bunga berjalan kearahnya.
"bagaimana kabarmu, Nis?" Fatimah dengan akrab memeluk sobat majelisnya, Annisa.
"alhamdulillah baik kalau kamu?" tanya Annisa dengan senyum manis terlukis di wajahnya
"alhamdulillah baik juga. Ngomong-ngomong apakah Pak Ustadz sudah datang?"
"tenang saja, Pak Ustadz belum datang. Beliau masih dalam perjalanan kemari."
"huft.. aku kira aku kesiangan datangnya"
"hahaha tenang saja. Katanya istri Pak Ustadz baru saja melahirkan, Fat" ucap Annisa berbisik ke telinga Fatimah
"alhamdulillah, laki-laki atau perempuan??" tanya Fatimah kegirangan
"alhamdulillah anak laki-laki yang sehat."
***
Sekitar pukul 4 sore, hujan mulai mengguyur kota New York dengan derasnya. Fatimah tidak ingin membuat neneknya khawatir karena ia sudah berjanji akan pulang cepat hari ini.
"alhamdulillah hujan.." ucap seorang pemuda di belakang Fatimah dan itu sontak membuatnya terkejut. Fatimah hanya menundukan kepalanya.
"kamu pulang sama siapa Fatimah?" tanya pemuda itu lagi.
"sendiri" jawabnya dengan pelan
"mau saya antar?" tanya pemuda itu lagi"
"ah.. tidak terima kasih.." jawab Fatimah menundukan kepalanya lebih dalam
Pemuda itu tersenyum
"namaku Fajar mahasiswa di New York University, kamu?"
"Fatimah.." jawab Fatimah pelan dan pergi menjauh dari Fajar.
"apa gue salah ngomong" ujar Fajar dalam hati
Di sisi lain masjid, Fatimah merogoh isi tasnya mancari payung namun sayangnya ia tidak membawanya.
"innalillahi.. harus cepet telepon nenek."
Fatimah mengeluarkan ponselnya sekarang dan menekan nomor rumah neneknya.
"hallo, this is mariam. Unfortunately i am not home right now, so please leave your messages after the sound beep."
Hujan deras seperti ini dan neneknya sedang sendiri di rumah membuat Fatimah makin khawatir dan ingin rasanya berlari ke rumah dan memeluk neneknya erat.
"haduh... bagaimana ini.."
Ia bergegas ke pinggir jalan dan berusaha memberhentikan taksi, sayangnya tak ada taksi yang ingin menumpangnya karena.. ya, Fatimah berkhimar dan itu membuat para supir ketakutan karena menyangka bahwa Fatimah adalah teroris.
Akhirnya ia membulatkan fikirannya dan segera berjalan kaki pulang menembus derasnya hujan.
"assalamualaikum.. nenek??"
Wanita dengan gamis dan khimar panjangnya yang basah kuyup perlahan masuk ke rumah yang parabotnya sudah di acaka-acak secara babi buta. Melihat pemandangan itu, mata Fatimah membulat terkejut. Satu hal yang ahanya ia fikirkan hanyalah neneknya.
Dimana nenek?
"NENEK??!!" panggil Fatimah histeris mencari keberadaan neneknya ke seluruh penjuru rumah, kamar tidurnya, kamar mandi, dapur, halaman belakang, namun hasilnya nihil.
Jantungnya berpacu dengan cepat, ia panik, kemana neneknya pergi?
Pergi ke nenek Bertha? Tidak mungkin.. rumahnya tidak akan seperti ini.
Maling? Diculik? D..dibunuh?
Selagi memikirkan segala hal buruk yang mungkin terjadi pada satu-satunya keluarganya yang masih hidup itu, ia menemukan secarik kertas berisikan pesan.
"kepada Fatimah Khairunnisa Faridhah, tenang saja nenekmu baik-baik saja selama kamu mau menuruti apa yang saya minta. Datanglah ke gedung XXX di blok XXX no. XXX basement XXX, New York City malam ini pukul 22:00. Telat semenit saja, saya tidak dapat menjamin nyawa nenekmu masih berdiam di tubuhnya. Dan satu lagi percuma saja kamu menelepon polisi semuanya berada dibawah kendaliku.
-D"
Setelah membaca pesan itu, seketika kaki Fatimah lemas. Ia tidak dapat menyangka neneknya tengah diculik dan mungkin akan dibunuh jika ia tidak melakukan hal yang penculik itu minta. Fatimah tidak dapat meminta pertolongan kepada siapapun karena satu-satunya keluarga yang masih ia miliki hanyalah neneknya seorang.
to be continue...
YOU ARE READING
Call You Mine
RomanceFatimah, seorang muslimah yang taat beribadah tiba-tiba diberi sebuah ujian yakni harus menikah dengan seorang jahat tak kenal agama, Dennis. Akankah Fatimah dapat bertahan? atau Dennis yang akan mengkalim Fatimah sebagai miliknya?