YES SIR >2<

2 2 0
                                    

Happy reading gaes
Maaf kalau banyak typo yah..

_____________

Saat ini mereka ber enam sedang duduk berdiam diri di kantin Bu Ina. Kantin favorit mereka jika tidak ada Matkul yang mengisi, selain harganya yang pas di kantong mahasiswa kantin Bu Ina juga memiliki masakan yang enak enak. Tak ayal jika mereka suka nongkrong disini.

Mereka semua sibuk dengan kegiatan mereka masing masing. Steffi dan Alecia yang sibuk menstalk Ig kating di kampus mereka tanpa mereka memikirkan sedikitpun masalah tadi pagi, dan ketiga pria yang bersama mereka kini sedang asik berebut makanan satu sama lain, Aluna? Gadis itu sedang mencemaskan dirinya.

Ia takut apa yang akan terjadi besok jika ia datang ke kantor Bima, sesuai pesan pria itu tadi padanya. Apa besok ia tidak usah datang saja? Tapi kalau ia tidak datang bagaimana marahnya Bima nanti dan ia tidak ingin itu terjadi.

Jika saja ia tidak memiliki dendam yang begitu besar pada pk Ridwan mungkin hidupnya masih baik baik saja, masih bisa tertawa seperti biasanya

Es jeruk didepannya seperti enggan ia sentuh. Es itu hanya ia tatap karna terlalu hanyut akan lamunannya.

"Lun itu es jeruk gak bakal berubah jadi es stroberi kalau Lo tatap terus" Canda Rey yang berusaha menghibur Aluna.

Namun sepertinya candaan itu sia sia saja karna Aluna masih tetap murung.

"Gak usah dipikirin banget Lun, gue yakin kok Lo besok gak bakal kenapa Napa. Dan pak Ridwan juga gpp kok"

Mendengar perkataan Lutfi membuat Aluna tersenyum, tersenyum paksa lebih tepatnya.

"Makasih yah Lut, oh iya gue pulang Luan yah soalnya ada yang harus gue urus" ucapnya dan beranjak pergi

"Gue antar yah lun" teriak Lutfi membuat Aluna berbalik dan menggeleng

"Lo yakin si Aluna bakal baik baik aja?" Tanya Steffi yang sudah menyimpan handphone nya

"Gue sih gak yakin" ujar Aldo dengan keadaan yang mulut yang penuh bakso

"Itu baksonya ditelan dulu dodol, Lo jadi cowok kok jorok banget" Rey memukul pipi Aldo membuat bakso di mulutnya muncrat dan hampir mengenai Alecia yang masih sibuk dengan handphone nya

"Eh kutu anoa itu bakso kalau sampai kena gue, gue gantung Lo di tiang bendera kampus"

"Emang bisa Lo angkat gue? Lo kecil kayak gitu sok Sokan mau gantung gue. Tapi gpp deh setidaknya Lo gak gantungan perasaan gue" kedipan mata Aldo membuat Alecia begidik ngeri

"Ihhh jauh jauh sana Lo dari gue"

"Udah udah ini kalian kenapa jadi ribut? Harusnya kita mikirin nasib Aluna besok" Suara tegas Lutfi membuat mereka berdua terdiam dan kembali fokus ke aktivitas mereka sebelumnya.

"Semoga aja pak Bima gak nyuruh Aluna yang aneh aneh"

"Hm semoga saja"

***

"Siang kak, kakak gimana? Udah makan? Susternya baik gak?" Aluna mensejajarkan tingginya didepan seorang pria yang duduk diam di kursi roda. Jika dilihat umur mereka tidak terpaut terlalu jauh, Aluna yang berumur 20 tahun sedangkan Fajar kakaknya berumur 23 tahun.

Tidak ada jawaban dari mulut sang Kaka membuat Aluna diam menahan tangisnya, ia tidak tega melihat kakaknya yang terus terusan begini yang hanya diam duduk di depan jendela menggunakan kursi roda.

Kehidupan Fajar semuanya berubah saat ia mengalami kecelakaan yang mengakibatkan Vany, kekasihnya meninggal dunia dan semua itu disebabkan oleh Fajar.

Mental Fajar sedikit terganggu mengakibatkan pria itu sekarang hanya duduk diam di rumah sakit jiwa, bukan karna Aluna yang kejam meninggalkan kakaknya di rumah sakit jiwa tapi ia takut jika Fajar akan berbuat macam macam jika Aluna tinggal sendiri di rumah.

"Kak, kakak kapan sehat? Lulu sendirian di rumah, Lulu kangen main sama Kaka" tak terasa air mata turun begitu saja saat Aluna meracau di depan sang Kaka dengan menyebut nama kecilnya.

Yah memang hanya Fajar yang memanggil Aluna dengan sebutan Lulu sedangkan orang tua nya kadang memanggil Luna atau Aluna.

"Kak Lulu abis buat kesalahan dan Lulu gak sanggup ngadepinnya"

"Coba aja Kaka bisa bantuin Lulu pasti Lulu senang banget"

Aluna menggenggam tangan Fajar membuat pria itu perlahan menatapnya dan menghapus air mata Aluna, gerakan yang di lakukan Fajar membuat Aluna tersenyum.

"Aluna tau Kaka gak mau kalau Aluna nangis kan?" Tanyanya yang masih meneteskan air mata

Dan fajar hanya mengangguk sebagai jawaban, Aluna berharap kakaknya bisa cepat sehat dan kembali bermain dengannya.

Sudah 2 tahun Fajar berdiam di RSJ dan itu membuat Aluna harus hidup sendiri setelah kedua orang tuanya meninggal Karena kecelakaan sebulan setelah Fajar masuk RSJ.

Jika mental Aluna yang tidak kuat mungkin saja ia akan seperti Fajar, bayangkan saja sebulan setelah kakaknya gila orang tuanya meninggal dunia.

Aluna beranjak kearah nakas untuk mengambil bubur yang baru saja suster taruh. Saat ia sampai di nakas ia sempat melihat tulisan tangan Fajar bertuliskan 'VANYA LISTA' nama kekasihnya.

"Kak Vany yang tenang disana yah, maafin kak Fajar karna udah buat Kaka pergi tapi Kaka harus tau kalau kak fajar sayang banget sama kakak" gumamnya menyentuh halus tulisan itu

Baru saja ia ingin berbalik ke arah Fajar tadi duduk namun kini pria itu sudah berada tepat di belakang Aluna dan menatap tajam dirinya. Membuat Aluna meneguk Saliva nya kasar, ia takut jika Fajar sudah menatapnya seperti ini.

"Aluna minta maaf kak karna udah nyentuh nama kak Vany"

"JANGAN AMBIL VANY DARI SAYA" Teriakan Fajar yang tiba tiba membuat Aluna menjatuhkan mangkuk dan berjalan mundur

"Aluna gak ambil kak Vany kok kak" ucap Aluna yang kini kembali menangis, lebih tepatnya menagis ketakutan.

"KAMU SUDAH AMBIL VANY DARI SAYA, KAMU HARUS MATI"

Untung saja dokter dan suster cepat datang ke kamar Fajar untuk menahan pria itu yang sudah mau mencekik Aluna.

Suntikan bius dari dokter membuat kesadaran Fajar hilang, setelah pria itu di baringkan kembali ke ranjangnya dan jangan lupakan tangan dan kakinya yang diikat sebagai waspada jika pria itu mengamuk lagi. Dokter dan suster keluar dari ruangan Fajar kini Aluna yang berjalan mendekat kearah kakak satu satunya.

"Kak cepat sembuh yah, Luna gak sanggup liat Kaka kayak gini" ucapnya sembari mengecup kening Fajar dan pergi dari ruangan nuansa putih itu.

***

Sepanjang jalan pulang ke apartemen nya Aluna hanya terisak mengingat kejamnya hidupnya yang harus menjalaninya dalam kesendirian.

Ia kembali mengingat Kata kata yang pernah diucapkan ayahnya

*Ada saatnya kau ingin sendiri saja bersama angin, menceritakan seluruh rahasia dan meneteskan air mata.

Apa ini yang saat ini ia rasakan? Tapi ia tidak ingin sendiri ia ingin semuanya bersama seperti dulu.

Ia rindu masa kecilnya yang bebas akan beban hidup yang berat seperti ini.

"Ma, pa kak Fajar kapan kita bisa kumpul lagi?" Gumamnya dan kembali meneteskan air mata.

_______________

Jumat 13 Desember 2019

_______________

Pengen lihat semua kehidupan Bima dan Aluna?
Yuk kunjungi Instagram mereka berdua @icebe.ee
Semuanya bakal author up disana kok..

_______________

SUPPORT TERUS YAH..
JANGAN LUPA VOMMENT OKE 👌
BEE SAYANG KALIAN 😘

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 13, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

YES SIR!! ( ON GOING )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang