♤Dan♤

4.6K 460 104
                                    

¥ ĐŔÁŔŔÝ ¥

Udara sejuk bulan september mulai memanjakan setiap kulit tak berbalut benang dari dua pemuda manis dan tampan yang masih pulas lelap di dipan. Si Platina masih enggan melepas pelukan yang membungkus mereka, sumber kehangatan tubuh–juga jiwanya.

Saat surya perlahan naik ke permukaan barulah mata bantal mereka terbuka, itupun terpaksa karena jadwal rutinitas baru yang memaksa beranjak segera.

"Dray," pemuda bermata emerald mulai gelisah di bawah kukungan kekasihnya, "Draaaay, banguun!"

"Emm... Sebentar lagi, Rry..." Hanya gumaman penolakan yang ia hasilkan.

"Dray! Hari ini pengumuman penerimaan Healer, bangun sekarang atau–"

"Atau apa hmm..." Draco sudah berpindah tempat, bukan bergerak turun dari tempat tidur, malah bergerak ke atas tubuh kekasihnya. Mengurungnya untuk mengulur waktu.

Harry yang masih malas hanya memutar matanya, "–tidak memberimu morning kiss."

Terlambat, Draco melakukannya lebih dulu. Hanya kecupan manja, membuat kekasihnya merona–kesal tentunya.

"Oh tidak bisa," katanya saat bibir itu terpisah, "Kau tidak mau memberiku, aku bisa ambil sendiri," lalu kembali mencium kekasihnya lebih lama.

"Tidak adil! Sekarang turun dari tubuhku dan pergilah mandi!" Harry yang sudah mengumpulkan kekuatannya segera mendorong Draco, Malfoy itu akhirnya mengalah.

"Iya-iyaa, cerewetku sayang," katanya masih sempat mengejek.

Harry juga ikut bangkit dan segera merapikan tempat tidur mereka. Draco kembali melongokkan kepala dari dalam kamar mandi, bersiul ke arah Harry.

"Apa lagiiii...!"

"Tidak mau mandi b–"

Tapi Harry sudah melempar bantal ke arahnya, memaksa Draco segera membanting kembali pintu kamar mandi.

"Dasar mesum!" umpat Harry, Draco hanya menyahutinya dengan bernyanyi-nyanyi tidak jelas.

Harry masih tidak percaya, kenapa sejauh ini tahan-tahan saja dengan sikap tuan muda Draco Malfoy yang super duper mesum. Mungkin karena dulu, saat mereka masih di Hogwarts, Draco lebih kurang ajar–sekarang pun semakin kurang ajar.

Draco kekasihnya, sudah masuk angka empat tahun sejak mereka bersama. Harry lagi dan lagi masih tidak percaya, jangan-jangan si Ferret albino itu memberinya guna-guna. Ramuan amortentia misalnya.

Harry menggeleng cepat, perasaannya pada pangeran Slytherin itu memang nyata. Dia sadar dengan seluruh jiwa raga bahwa dia sungguh mencintainya.

"Sayaaaang! Aku lupa handukku!"

Harry menghela napas pasrah, ular memang selalu licik. Lihat! Draco memang selalu sengaja melupakan handuknya agar saat Harry datang membawakannya, dia langsung bisa–ya tentu kalian tahu kelanjutan ceritanya.

¥ ĐŔÁŔŔÝ ¥

Harry yang setia mendampingi kekasih tercintanya kemana-mana nampak lelah, matahari sudah di atas kepala saat mereka–yang untuk kesekian kalianya–tiba di RS St. Mungo.

"Awas saja kalau ada dokumen lagi yang terlupa! Kau niat jadi healer atau tidak sih!"

"Jangan mengomel begitu dong, yang," rayu Draco, "Lupa kan juga sifat alami manusia."

"Kau itu ferret bukan manusia," bantah Harry.

"Ck, kok gitu sih sama pacar sendiri."

"Mau jadi dokter apa kalau hal begini saja masih sering lupa, yang ada pasien keburu mati karena belum ditangani," Harry bersedekap kesal dengan sifat Draco yang satu ini.

[DRARRY//FANFICT] Can I Be Your Husband?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang