Kepercayaan Pertama

836 26 0
                                    

CKLEK!

Kau menoleh saat pintu kamar terbuka, menatap Paman Hanbin yang melangkah masuk dengan membawa kursi roda yang terlipat di tangan kanannya.

Pria dengan paras tampan itu nampak sudah berganti pakaian yang lebih santai, sepertinya ia baru saja selesai mandi melihat rambut hitamnya agak basah.

Paman Hanbin tersenyum tipis memandangmu. Kau sudah bisa lebih tenang saat ini, meski penampilanmu masih begitu berantakan dengan rambut acak-acakan dan jejak air mata yang menghiasi wajahmu.

"Sebaiknya kau mengobati lukamu, setelah itu kita bisa makan," ucap Paman Hanbin menarik laci meja kecil disana dan mengambil sebotol alkohol, kapas, salep pengering luka, dan dua jenis obat minum.

"Tapi sebelumnya sebaiknya kau mencuci rambut dan wajahmu dulu."

Kau berjengit saat Paman Hanbin menyingkirkan beberapa anak rambut yang menempel di wajahmu, lalu menyisir rambutmu dengan sangat perlahan dari belakang.

"A-aku bisa melakukannya sendiri, Paman," tolakmu lembut sembari sedikit memajukan kepala.

"Dengan tangan yang terluka parah seperti itu?" Paman Hanbin mengangkat kedua alisnya.

Kau menatap kedua lenganmu yang terhias berbagai luka sabetan yang nampak mengerikan. Sedikit menggerakkannya saja mampu membuatmu meringis, apalagi harus digunakan untuk menyisir rambutmu yang saat ini benar-benar kusut.

"Maaf aku terus merepotkan, Paman." Kau menunduk dan menatap selimut yang menutupi kedua kakimu.

"Tidak. Kau tenang saja." Paman Hanbin kembali menyisir lembut rambutmu. Setelahnya, kalian berada dalam keheningan.

Paman Hanbin sibuk merapikan rambutmu dan kau sibuk dengan pikiranmu, merasa masih belum percaya dengan yang kau alami dalam satu hari ini.

Kau melirik jam dinding yang menunjukkan pukul enam sore, biasanya jam segini kau dan Eomma sedang menyiapkan makan malam. Lalu Appa akan pulang dan kau akan berlari menyambut kedatangannya dengan senyuman lebar.

Sungguh.. kau rindu dengan kebahagiaan kecil itu.

"Sudah, sekarang rambutmu bisa dikeramasi."

Kau mengangguk saat ucapan Paman Hanbin membuyarkan lamunanmu. Kau hanya diam menurut saat Paman Hanbin mengangkatmu perlahan menuju kamar mandi.

Beberapa detik kemudian kedua matamu membulat. "A-aku bisa mandi sendiri, Paman!" ucapmu panik setengah gugup.

Paman Hanbin terkekeh melihat wajahmu yang memerah malu. "Tubuhmu belum boleh terkena air, kita hanya akan mencuci rambutmu."

Kau menunduk salah tingkah mendengar ucapan Paman Hanbin. Sepertinya, pikiranmu terlalu mengarah ke hal-hal memalukan.

Lagipula bukankah tadi Paman Hanbin sudah bilang rambutmu akan dikeramasi? Kenapa kau malah berpikiran Paman Hanbin akan memandikanmu?

Ugh, memalukan sekali jalan pikiranmu.

Dengan hati-hati, Paman Hanbin membaringkan tubuhmu di bath up kering dan menyandarkan kepalamu di salah satu ujungnya.

The Red RoomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang