Satu- Awal Mula

14 7 0
                                    

"Aku merasa kosong. Tak terisi. Semenjak aku tak menulis. Namun saat menatap rasanya aku menemukan alasan itu, alas an yang sedari dulu selelu aku tunggu dan rindu. Iya hal itu. Aku harus tetap menulis. Hanya saja aku perlu mengisi kertas tulisanku yang tiap baitnya, yang kutorehkan dengan nafas hati."

Aku menutup laptop dan bergegas memasukkannya ke dalam laci meja. Bel tanda masuk pelajaran telah bordering.

"sekarang buka buku pelajaran sejarah kalian"

Ah sejarah. Sama seperti penulis. Aku jamin hal itu. Analisku, bukan hanya tokoh novel yang merasakan kebahagiaan dan kesedihan yang melara. Iya. Dia pemain di belakang layar. Penulis skenario dengan berjuta ide briliian yang mengunggah selera publik untuk membaca. Siapa lagi kalau bukan penulis?

Padahal ia tahu persis itu adalah sebuah kenangan. Sebuah sejarah masa lalu mereka. Yang tak pernah lekang oleh waktu yang berlalu-lalang melintas dikepalanya. Lantas apa yang mereka lakukan? Sebagian dari penulis memutuskan mengingatkan kembali kisah mereka walaupun dia tau itu beresiko. Beresiko. Namun, kau tau? Disana ia belajar mengikhlaskan. Mengikhlaskan semuanya tanpa terkecuali. Itulah yang mebuatnya tegar ketika diharuskan mengisahkannya kembali.

"Baiklah, cukup sekian pelajaran sejarah hari ini, saya permisi"

Aku tersenyum kecil. Tak terasa waktu begitu cepat dengan memikirkan hal-hal seperti tadi. Aku bergegas keluar kelas menemui teman karibku menuju kantin. Tanpa sengaja seseorang menabrakku dengan langkah terburu-buru membuat bukuku seketika jatuh berserakan. Aku menggeram kesal.

"bisa liat ga sih di depan ada orang?" rutukku kesal

"ah-ya maafkan aku" ujarnya sembari ikut membereskan tumpukan buku milikku, tak sengaja tangannya menyentuh tanganku saat hendak mengambil buku yang sama.

Kesal terhadapnya, aku segera meraih bukuku asal lalu pergi meninggalkannya yang masih terjongkok di tempat tadi. Masa bodo dengan sikapnya tadi, seharusnya dia lebih berhati-hati. Sesampainya di kantin, aku langsung memesan makanan sambil mengecek daftar buku yang harus dikembalikan ke perpustakaan."lengkap" batinku

Selepas dari kantin aku pamit untuk pergi dahulu dan langsung menuju perpustakan. Setelah mengembalikan buku-buku, aku merasa sedikit janggal. Ah mungkin hanya perasaanku saja. Sesampainya dikelas, aku segera mengeluarkan laptopku dan buku project ceritaku. Tunggu. Bukunya? Apa jangan-jangan. Ah-sial!

Buru-buru aku keluar kelas, mencari orang yang tadi menabrakkku. Sekilas memang aku tak melihat wajahnya, tapi aku tau sentuhannya. ia dia harus mencari orang itu. Waktu pengumpulan naskah semakin dekat, tidak mungkin dia menyia-nyiakan waktu dengan membuat naskah baru lagi. Aku benar-benar harus menemukan pria itu.

Bel masuk pelajaran selanjutnya berdering. Terpaksa aku harus menghentikan pencarian buku tersebut. Benar-benar, aku sangat gusar sekali memikirkan dimana bukuku berada. Kenapa dia ga langsung kembaliin sih. Selepas, pulang sekolah aku segera mencari pria tersebut ke seluruh penjuru sekolah. Namun hasilnya nihil. Aku tak menemukan keberadaannya.

Pasrah terhadap keadaan aku menyusuri lapang sambil menonton seseorang yang sedang bermain basket begitu menawan. Membuat aku hampir tak berkedip menatapnya. Tanpa sadar saat pria tersebut memasukkan bola nya kedalam ring aku ikut bertepuk tangan secara tidak sadar. Dia menoleh ke arahku bingung.

Tatapanku berhenti. Kemudian aku berjalan menghampirinya sambil menatap tajam.

"Yak! Kau! Kembalikan bukuku!" teriakku serentak membuatnya melangkah mundur lalu berlari sambil membawa bola dan tasnya. Dan, pada akhirnya pertarungan ini membuatku cukup kewalahan dibuatnya. Di kejauhan ia menertawaiku, sial! Nafasku mulai menyempit. Aku terduduk lemas dan terbaring di jalanan. Seketika langit menjadi begitu abu lalu gelap.

Aku terbangun dengan selang menempel di hidung dan lagi-lagi dengan infusan menusuk kulitku. Aku menghela nafas pelan. Kutengok sebelah kiri, pria yang menyebalkan tadi sedang tertidur dengan wajah lesu. Seandainya tadi ia tidak membuat ulah mungkin saja tidak sampai seperti ini kejadiannya. Ah- memalukan sekali harus terlihat selemah ini di hadapannya.

Tiba-tiba ia terbangun lalu menatapku dan berjalan menghampiriku

"udah sadar?" katanya dengan nada mengejek

"lo kira gua wafat?" jawabku sewot

"hehe, sorri. Gue gatau ternyata lo beneran sakit." Katanya sarkatis

"lo baca?" ujarku dengan nada setengah meninggi

Ia hanya tersenyum memelas. Ingin rasanya aku menghajarnya. Namun fisikku belum kuat untuk itu. benar-benar pria yang tidak tahu sopan santun. Asal membaca cerita orang.

"sorri" katanya lagi

"mau lo apa sih?"

"yakin lo mau tau?"

Aku mengernyit dahi kesal. "ya, tinggal kasih tau". Dia hanya tersenyum smirk

"kira-kira lo mau ngabulin ga permintaan gue? Lo kabulin gue balikin buku lo"

"shit! Itu buku gue atas dasar apa lo bisa ngancem gue dengan itu?" kataku setengah kesal

"Yes or No?" aku menghela nafas kasar, kemudian mengangguk. "yes" kataku lemas.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 10, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Secret Of WriterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang