Prolog

182 16 1
                                    

Pria lempeng titisan Manusia Purba

_______

Awalan kisah yang salah. Aku mendefinisikan pertemuanku dengannya adalah sebuah kesalahan. Bukankah menjadi seorang wanita yang menjaga kehormatannya ditengah maraknya wanita yang menjajakan mahkotanya adalah hal yang menjadi sebuah kewajiban dalam beragama?

Namun, first impression saat bertemu dengan pria yang memiliki ekspresi wajah yang lempeng, membuatku merasa dilecehkan. Bagaimana mungkin ia melecehkan penampilanku yang bekerja sebagai waitress di salah satu cafe yang cukup besar di Jakarta? Anehnya, aku tidak pernah membayangkan akan terikat pernikahan dengan pria modelan sepertinya.

"Mbak?" panggil seorang pria ketika melihatku lewat diseberang mejanya.

"Iya, Pak. Ini menunya." Aku berusaha seramah mungkin. Salah satu hal tersulit yang aku lakukan adalah bersikap ramah pada orang lain. Aku menyerahkan papan yang berukuran kecil yang di dalamnya terdapat daftar menu di cafe ini.

Pria lempeng itu menatapku dari atas ke bawah dan kembali keatas. Please, his attitude made me uncomfortable. Tatapannya seolah menelanjangiku yang sudah tertutup serapat mungkin. Hal ini yang membuat aku bingung. Disaat wanita berusaha menutupi auratnya dengan sempurna, ada saja pria sekelas buaya yang tidak pandai menjaga pandangannya. Dan pria itu ada dihadapanku.

"Saya baru tau kalau di cafe ini, ada seorang wanita yang bekerja dengan penampilan yang...." Pria itu menjeda kalimatnya. Ia seperti memikirkan kata yang tepat untuk sebutan pakaiannya.

"...seperti ninja."

Jleb!

"Wait! Ninja?" tanyaku padanya tanpa berani mengucapkannya secara langsung.

Pria yang satunya tertawa kecil saat temannya berhasil mengejekku. Aku mengenali pria yang tertawa ini. Ia adalah putra dari pemilik cafe tempat aku sekarang bekerja. Ia adalah pria baik dan ramah. Hanya saja, aku ikut kesal karena menertawaiku.

"Maaf yah, Dek. Teman saya memang agak-agak...., dia gak pernah liat perempuan seperti kamu." Mas Fendy berusaha menetralkan suasana yang tidak enak.

Aku hanya mengangguk.

"Jadinya Bapak pesan apa?" tanyaku dengan sebutan BAPAK. At least, dia bisa tersinggung.

Pria lempeng itu memasang senyum seringaiannya. "Ba-bapak?" tanyanya tidak percaya.

"Ohh, sepertinya tidak ada. Kalau begitu saya pamit, Pak. Karna masih ada kerjaan yang harus saya selesaikan." Nyaliku cukup besar untuk melakukannya di depan putra pemilik cafe ini. Ahh, sepertinya besok aku harus mulai mencari pekerjaan lain.

Samar-samar, aku mendengar tawa Mas Fendy dan ketusan pria yang satunya itu. Bahkan, ia berani memerintah Mas Fendy untuk memecatku.

Emang dia siapa?

Boss? Mafia? Presiden?

Aku akan percaya kalau dia hanyalah pria lempeng yang menyebalkan itu adalah titisan manusia purba.

_______

Jangan lupa vote yah. Karena vote kalian berharga buat aku.

Semoga suka dengan cerita Qalbi New Version

Al-Qur'an tetap menjadi Bacaan Utama

QALBI [NEW VERSION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang