بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
Vote, Karena Allah Maha Melihat
Happy Reading
'His name is Shaka Mahardika.'
_______
Insiden sakit perut yang sudah berlalu tetap membuat rasa maluku tidak mereda juga. Ada hal yang lebih mengejutkan dan memalukan dari insiden kemarin yaitu pertemuanku dengan pria yang aku temui di cafe tempat aku bekerja. Ternyata pria itu adalah Kakaknya Shaki, si pria sholeh dambaan para wanita. Aku gak akan bilang kalau aku gak tertarik padanya. Aku gak munafik kalau aku memang mengaguminya. Namun, sebelum rasa kagum itu berevolusi menjadi ketertarikan hingga memilih untuk memberikan atensi yang berlebih padanya, terlebih dahulu aku akan menjauh.
Back on topic, aku merasa speechless melihat dua saudara dengan sikap yang bertolak belakang. Si adik terlihat sholeh, sedangkan si kakak Na'udzubillah. Bikin aku sendiri yang memiliki first impression buruk terhadapnya tidak berhenti istighfar. Seperti saat ini. Pria itu tidak henti memperhatikanku yang bekerja di cafe milik ayah dari sahabatnya. Bukannya aku over percaya diri. Dari ekor mataku, aku melihat dia sangat kontras memperhatikanku.
"Perempuan ninja?" Panggilan itu membuatku benar-benar kesal. Aku yakin kalau dia sedang memanggilku.
Ah, bodoh amat. Aku gak begitu peduli dengannya. Aku bukan perempuan ninja seperti yang dia katakan. Makanya aku gak mau menoleh padanya.
"Qalbi?" panggilnya lagi. Kali ini bukan lagi perempuan ninja, melainkan dia memanggil namaku.
Wait, darimana dia tau namaku? Aku menoleh menatapnya dengan tatapan jengkel dan kesal. Berada satu atmosfir dengannya adalah suatu kesialan yang tidak berujung. Astaghfirullah!
"Anda memanggil saya? Mau pesan apa?" Menu itu ku simpan tepat dihadapannya dan memberikan dia kebebasan untuk memilih pesanannya. Sementara aku bersiap untuk menulisnya tanpa menatap pria itu lagi.
"Duduk!" titahnya.
"Ya?" Aku hanya menoleh sebentar lalu menundukkan pandangan lagi.
"Duduk di depan saya." Dia memerintah seolah dia adalah bossku.
"Anda siapa ngatur saya?"
Awalnya aku memang berani menantangnya. Namun, setelah raut wajahnya berubah, jujur saja aku mulai takut padanya. Dia galak, dingin, otoriter, dan menyebalkan. Aku gak akan bisa berada satu atap dengan pria modelan kayak dia. Bahkan sampai saat ini, namanya pun aku tidak tau. Tapi dia? Dia tau namaku dan mulai bersikap sok akrab.
Dia berdiri dan menyamakan posisinya denganku. Bahkan, berdiri tidak jauh dari tempatku, membuatku semakin tidak nyaman. Aku sudah siap-siap memasang kuda-kuda kalau dia mau macam-macam.
"Shaka, Shaka Mahardika," ujarnya. Pria itu mengulurkan tangannya padaku. Seolah ia yakin kalau aku akan menerima uluran tangannya.
Padahal aku gak kasih respon seperti perempuan pada umumnya ketika melihat pahatan yang diciptakan Allah seperti pria yang bernama Shaka ini. Salah satu alasannya karena aku gak tau harus melakukan apa. Dan sangat gak mungkin aku menerima jabatan tangan dengan pria yang bukan mahromku. Apalagi pria aneh bernama Shaka yang ada didepanku ini. Aku hanya menangkupkan tangan di depan dada dan sepertinya Shaka merasa tertolak.
KAMU SEDANG MEMBACA
QALBI [NEW VERSION]
RomanceWARNING!!! FOLLOW DULU SEBELUM BACA [Spiritual-Romance] Bagaimana mungkin aku yang hidup di tahun 2019 bertemu dengan pria titisan manusia purba yang mengomentari cadarku? Disaat orang lain merasa fine aja dengan penampilanku, justru ia menyebutku s...