4

126 10 0
                                    

Tolong maklumi typo yaa~
Happy reading~

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Jaemin Pov.

"Anuu.. Jeno-ya, sebenarnya dia siapa?"

"Ahh.. Dia ini Lami, sepupu jauhku. Dia seumuran sama kita kok."

"Ohh.. Sepupu ya", ucapku lega saat ternyata mereka hanya sepupuan.
Aku mendekat pada Lami dan mengulurkan tanganku padanya, "Halo, namaku Na Jaemin. Salam ke.."

"Ayahmu punya bisnis apa?", tiba-tiba Lami bertanya dengan nada yang cukup dingin.

"Eh, bisnis apa ya.. Ayahku hanya karyawan biasa kok.", aku bingung harus menjawab apa.

Jeno berpindah kedepanku menggantikanku berhadapan dengan Lami, "Jaemin teman sekelasku di sekolah. Jadi dia tidak ada hubungannya dengan perusahaan ataupun bisnis."

"Kau pasti bohong kan, Lee Jeno?! Bagaimana mungkin kau bisa berpacaran dengan orang yang seperti ini sih?!", bentak Lami pada Jeno sambil mencengkram kerah kemejanya. "Sudah kuputuskan! Aku akan disini untuk sementara waktu! Pokoknya aku tetap tidak terima kalian berpacaran!", lalu beranjak pergi meninggalkan aku dan Jeno.

"Mengganggu saja. Kenapa dia tidak langsung pulang saja sih.." omel Jeno.
"Maaf ya. Kau harus bersabar sedikit lagi, Na.."

Aku yang bingung dengan situasi ini hanya bisa menelan rasa sakit hatiku sendiri. Aku hanya mengangguk kecil serta tersenyum manis untuk menanggapi ucapan Jeno dan berusaha meyakinkannya kalau aku baik-baik saja.

Padahal aku sudah lama menantikan liburan musim semi ini. Tapi toh nggak akan ada yang berbeda kan..

Dan ternyata aku salah. Lami menempel terus pada Jeno seharian dan tentu saja membuatku iri setengah mati. Tapi aku tidak bisa apa-apa dan yang kulakukan hanya bersabar. Sayup-sayup aku mendengar percakapan mereka.

"Jenoo~ sudah lama kita tidak main tennis lho. Nanti sore main yuk~
Aku sudah lebih jago lho sekarang. Bahkan disekolahku aku sangat terkenal."

Dengan harap-harap cemas aku menanti jawaban dari Jeno, "Wah.. sepertinya menarik"
Oh astaga, bolehkan aku menangis sekarang?

"Iya kan?! Ayo cepat-cepat kita berangkat, Jen~"

"Tapi maaf ya, sudah kuputuskan kalau nanti sore waktunya untuk belajar. Aku tidak mau liburan membuat nilaku turun.", kudengar langkah Jeno mulai menjauh.

"Eeh?! Tunggu Jeno!"

Aku tidak tau harus berekspresi seperti apa sekarang, saat Lami mengejar Jeno tapi sempat melemparkan pandangan penuh kebencian padaku. 

Suasana disini jadi tidak enak. Ahh! Tadi Jeno bilang dia lapar kan ya. Aku akan memasak saja deh daripada memikirkan pertikaian mereka. Siapa tau dengan makanan mood mereka jadi lebih baik.

.

Masakanku hampir selesai hanya tinggal sup miso. Tiba-tiba bel villa ini berbunyi (lagi).
Siapa lagi kali ini yang datang? Semoga bukan orang yang tidak menyenangkan.

Aku terkejut saat kubuka pintunya dan menemukan 2 orang pria paruh baya bepenampilan rapi sedang tersenyum. Satu orang berpenampilan seperti butler dan satu orang lali seperti chef. 

"Maaf membuat anda menunggu. Kami disini diutus untuk mengurus Tuan Muda Lee Jeno.", kata si butler.
"Permisi, saya akan memakai dapurnya", ucap si chef sembari membawa bahan makanan ke dapur.

"Ehh.. Anu.. Kalian mau apa?", tanyaku dengan gugup. Kenapa hari ini banyak kejadian membingungkanku sih.

"Ahh! Kalian sudah datang? Cepat sekali~", Lami tiba-tiba muncul sambil tersenyum ceria.

Botsen ✨Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang