Happy reading!
Wish you can be like it!***
"Woi alien!" Seseorang menyentak berteriak.
Aku tersentak. Ketika seorang wanita dan ketiga temannya, datang menyentak mejaku.
Aku menarik sedikit tanganku dari meja. Aku tahu, mereka berempat hanya ingin aku mengerjakan pr mereka. Aku menoleh keatas.
"A--apa Zan?" Tanyaku gugup.
"Lo tau kan lo harus apa?" Ujarnya. Aku hanya diam gemetar.
"Tau gak?!" Tanyanya lagi, kali ini ia berbicara sambil menyentak mejaku lagi. Aku tersentak dan mengangguk.Ia tersenyum. "Bagus." Lalu pergi dengan ketiga temannya. Namanya Zanna, yang satu Afshin, Lia, dan Hana. Mereka itu, sangat populer. Terkenal. Mereka yang paling cantik. Fashioneble dan yang paling penting,
Mereka ekstrovert.
Aku menarik empat buku bersampul cokelat, bertuliskan "Latihan Biologi". Tadi, Pak Farhan memang menyuruh kelasku untuk mengerjakan 20 soal di buku latihan. Dan lagi-lagi aku yang jadi bahan suruhan geng menyebalkan itu.
"Ay? Ini buku siapa?" Seseorang menyentuh bahuku. Dia Jovana. Teman sebangku ku, dari kelas 10. Dia sangat baik. Betul-betul baik. Cantik, dan sangat periang. Dan yang lebih penting Jova,
Ekstrovert.
"Eh, i-ini," ucapku terbata-bata. Aku tahu, Jova akan marah kalau tahu, ini buku geng menyebalkan itu. Jova menarik salah satu buku itu, dan melihat nama dari salah satu buku.
Tertulis "Zanna Maheswari". "Ohh, jadi si Janna, dia nyuruh lo lagi ya, buat nulisin latihan dia? Iya kan?!" Tanya Jova, wajahnya memerah. Aku tahu dia sudah marah saat ini.
"Ya mau gimana lagi Zan." Ucapku. Aku hanya pasrah.
"Gabisa nih, gue harus--"
"Va! Please! Kali ini aja, lo gausah cari masalah sama mereka. Gue gapapa kok harus ngerjain semuanya." Aku berusaha menahannya, karena aku tahu Jova bisa saja mencari masalah lagi dengan geng menyebalkan itu."Gapapa gimana?! Mereka enak banget nyuruh-nyuruh lo kayak gini? Enggak! Gak bisa! Gue harus bener-bener bikin mereka--"
"Va, please udah ya. Kalo lo cari masalah lagi, gue juga yang akan kena. Lo tau kan, nyokapnya Zanna itu donatur terbesar di sekolah ini? Lo mau kejadian kemaren ke ulang lagi?" Ujarku, panjang lebar.Jova akhirnya menyerah. Ia tahu, ucapanku benar. "Iya Ay, gue minta maaf. Gue cuman emosi." Ucapnya. Aku tersenyum.
"Yaudah, kalo gitu gue bantuin lo oke?" Ucapnya lagi.
"Eh, lo gak pulang? Ini udah waktunya pulang kan va?" Tanyaku, aku takut lagi-lagi merepotkannya.
"Apasih Ay, kayak sama siapa aja lo! Udah mana, sini tugasnya bagi dua!" Ucapnya bersemangat. Aku tersenyum. Sudah ku bilang, Jova memang teman terbaik di dunia ini, lebih tepatnya, duniaku.
****
Tap!
Akhirnya aku sampai.
Aku sampai pada duniaku yang sebetulnya.
Perpustakaan.Aku berjalan masuk, ke dalam, menaiki tangga, dan menyudutkan pandangan pada rak-rak besar yang berjejer dengan buku-buku dengan lebih dari ratusan genre terpapar rapih di setiap sudut rak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ayleen
Teen FictionAyleen. Aku hanya seorang gadis yang benci keramaian. Lumpuh pada ocehan. Dan hanya menyudut pada kesendirian. Temanku, sering mengambil opini buruk tentangku. Aku tahu, aku ini memang tidak punya banyak teman. Aku tahu aku payah. Tapi, satu hal. Me...