Dilema

14.2K 1.4K 53
                                    

Raya berdecak saat mengecek saldo rekeningnnya bertambah cukup banyak dari biasanya. Dan yang makin membuat kesal adalah sebuah note yang tertera pada transferan.

Please, jangan marah!

"Dia pikir semua bisa selesai hanya dengan uang. Berengsek!" umpat Raya. Jarinya sibuk mengotak-atik ponsel untuk mengembalikan nominal yang masuk.

Setelah selesai prosesnya, Raya merebahkan tubuhnya ke kasur. Perlahan tangannya terulur menyentuh bibirnya. Seketika kedua matanya terpejam pada peristiwa paling bersejarah dalam hidupnya.

Raya berciuman dengan lelaki yang tidak dicintainya. Bahkan lelaki itu adalah tipikal yang Raya hindari untuk menjadi teman hidupnya. Masa depannya bisa nelangsa jika bersama dengan lelaki yang sering menggonta-ganti pasangan dan penebar benih seperti Hito Andrean.

Tok tok!

Raya tersentak, terdengar sudah lebih dari tiga kali pintu terkentuk. Raya mendengar suara dari dalam kamar mandi pertanda Serly ada di dalam. Ya, setelah Hito mencuri ciuman pertamanya, esoknya Raya bersembunyi di rumah milik Serly. Bahkan ia terpaksa tidak masuk kuliah dan mengandalkan Ayu mengenai informasi mata kuliah yang ketinggalan. Semua itu dilakukan demi menghindari lelaki sialan cap kadal.

Cklek

"Kamu?!"

"Ya." seperti biasa tanpa disuruh lelaki itu memasuki ruangan begitu saja.

"Ini bukan rumahku, jangan seenaknya, Hito!"

"Maka dari itu kamu harus kembali. Sudah cukup masa bertapamu. Kamu sudah bolos lima hari dari kesepakatan kita," terang Hito bersandar pada pintu yang telah ditutupnya.

"Itu salahmu sendiri karena melanggar point utama. Kamu --"

"Menciummu?" sela Hito menyeringai.

Kedua pipi Raya memerah seperti tomat.

"Itu tidak layak dikatakan ciuman. Itu hanyalah pertemuan sebuah bibir yang menempel tanpa rasa."

Raya melotot tak terima. "Apa kamu bilang?"

"Kamu sudah dewasa. Aku yakin pasti kamu sering menonton film drama dengan adegan ciuman. Dan yang kulakukan kemarin hanya bibir yang menempel." Hito menatap wajah Raya yang memberenggut. "Mungkin kamu terlalu terbawa perasaan. Atau bisa saja menginginkan hal yang lebih dari sekedar pertemuan bibir kita."

Perlahan Hito mendekati Raya yang tercekat. "Kalau kamu ingin aku melumat dan mengisapnya. Kamu harus siapkan mental yang cukup. Aku takut membuatmu sesak napas saatku menciummu habis-habisan," bisiknya menyentuh permukaan bibir Raya penuh minat.

"Jangan kurang ajar!" Raya mendorong keras dada bidang Hito. Tapi lelaki itu tak tersinggung sama sekali. Ia malah terkikik geli melihat kemarahan Raya yang justru menggemaskan di matanya.

"Untuk ukuran penari striptis, kamu sangat lugu, Raya. Aku hampir tidak memercayainya kalau gadis sepertimu melakukan pekerjaan itu hampir dua tahun. Apa semua tamu merasa puas saat kamu mempersembahkan tarian itu?" tanya Hito meremehkan.

"Kamu sudah pasti tahu jawabannya. Memangnya kamu lupa, saat teman-temanmu memintaku dan Kitty menari di pesta lajang. Rata-rata semua temanmu mengagumiku bahkan ada yang berniat mengajakku ke jenjang yang lebih ekstrim. Tapi aku menolaknya," jawab Raya sombong.

Otot wajah tampan Hito mengeras. Terlihat menonjol di bagian kening dan rahangnya. Ia sangat tidak suka Raya menungkitnya. Di mana salah satu temannya sangat ingin mengajak Raya bercinta.

"Benarkah? Saat itu aku terlalu fokus memerhatikanmu sampai tidak peduli dengan kelakuan teman-temanku," lanjutnya mengelak.

"Ho, ya? Tapi aku merasa saat itu kamu juga tengah horny menatapku," ejek Raya.

Perawan Striptis ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang