d u a,

25 1 0
                                        


Matahari mulai nampak dari ufuk timur, pertanda hari sudah pagi,
Hyunjin menatap lekat lekat bayangan dirinya di pantulan cermin kamar mandinya,

sebenarnya, mengapa tuhan memberikan kemampuan ini pada Hyunjin, kenapa?
kenapa harus Hyunjin?
apakah ada hubungannya dengan rumah ini?
karena saat itu lah Hyunjin baru bisa melihat hantu,
saat dia dan keluarganya pindah ke rumah ini,
di umur 7 tahun, Hyunjin mulai dapat melihat semuanya, Hyunjin yang malang,
lihat dia sekalang, tidak dapat hidup damai seperti anak lainnya.

"nak Hyunjin, makanannya sudah siap" perkataan asisten rumah tangganya itu menyadarkan Hyunjin dari lamunannya dan segera memakai baju seragamnya

"iya bi"

- ☠ -

Hyunjin diam menatap perempuan didepannya yang sedang menyodorkan kaleng susu milo kepadanya,

tentu saja Yeji, siapa lagi yang akan melakukan hal bodoh seperti ini di pagi hari, selain dirinya?

sudah tiga hari berturut turut dia melakukan ini pada Hyunjin,
dan itu cukup membuat Hyunjin risi dengan kelakuannya,

"plis jin, ambil sekali ini aja"
Yeji menunjukan muka melasnya, lagi

"gue bilang gue gak suka susu"
"susu itu baik loh, lagian ini milo, lebih ke minuman coklat kan?"
"sama aja"

Hyunjin kembali berjalan melalui cewe itu, namun sepertinya hari ini cewe itu tidak akan membiarkan Hyunjin pergi tanpa mengambil susunya

"plis jin, iniiii ajaaaa ya ya ya ya"
Yeji kembali menghadang Hyunjin di depan pintu kelasnya,
Hyunjin yang sudah di buat kesal akhirnya meraih kaleng susu milo itu,
lalu berjalan masuk ke kelas

"makasih ya jin" teriak Yeji,

Hyunjin tak peduli.

"weh, tumben siangan" sapa Soobin
"lu ngejek gue apa gmn? tiap hari gue dateng jam segini perasaan"
"heheh, eh susu dari Yeji ye tuh, akhirnya lu terima ju---"

kata-kata Soobin terputus ketika melihat Hyunjin melemparkan kaleng susu itu ke tong sampah,
dan golll, masuk dengan estetiknya.

"kenapa? tadi gue gak denger" tanya Hyunjin sambil menoleh ke arah Soobin

"NGGA" jawab Soobin dengan penuh penekanan,
Hyunjin terseyum tipis melihat kelakuan teman bodohnya itu.


- ☠ -


"heh, batu bgt sih dibilangin, dia udah usaha kali jin, seenggaknya lu minum" oceh Han saat Hyunjin dan kawan kawan sudah berada di tempat biasa, untuk melalukan hal biasa,

"gue udh bilang ke dia ga mau dia tetep aja ngasih"

"seenggaknya lu minum, emang susu kenapa sih?"

"dia mah demennya langsung, kaga pake olah olah an" selak Jeno ditengah tengah ocehan Han

"anjir" "gublu" "buset"

"udh ah, mls bgt gue bahas kyk ginian" ucap Hyunjin lalu membuang puntung rokoknya ke sembarang arah
dan pergi dari rooftop

"yaelah, pundungan dasar bocah"
"bingung gue, secakep itu masa gak mau"
"atau jangan jangan"
semuanya menatap Baejin yang baru saja mengucapkan hal itu,
mereka saling bertatap,
Baejin menutup dadanya dengan tangannya seakan ada yang menginginkannya

"ANJIR LAHYAKALI"





HYUNJIN, ROTINYA DIMAKAN YAA, AKU UDAH BELIIN LOH RASA KESUKAAN KAMU, RASA CREAM KAN, GAK PERLU BILANG MAKASIH
-YEJI

ya, begitulah isi dari sepucuk post it di atas mejanya dan juga ada sebungkus roti,

tidak mungkin Hyunjin memakannya kan?

kyurukkruyuk, mampus laper,

terpaksa Hyunjin memakannya.

"IH DIMAKAN"

suara teriakan itu membuat Hyunjin menoleh ke sumber suara, ambang pintu,

terlihat sekali ada Yeji yang sedang menutup mulutnya, mungkin karena keceplosan tadi,
Yeji melambaikan tangannya pada Hyunjin,

mampus lu jin, abis ini lu bakal di kasih berjuta juta hadiah lagi dari dia, idup lu bakal di ikutin mulu, mampus, begitulah pikir Hyunjin

jadi lebih baik dia membuang roti ini bukan?

Hyunjin berdiri dari duduknya, membuat Yeji kaget,
bingung tepatnya,

Hyunjin pun berjalan ke belajang kelas dimana itu ada tempat sampah, dan membuang roti itu,

Yeji mengerutkan alisnya
"rotinya gak enak ya? besok aku beliin lagi yang lebih enak dehh"
Yeji pun menghilang setelah mengatakan itu.

Hyunjin menghembuskan napasnya kasar,
sebenarnya di lubuk hati Hyunjin, dia tidak tega dengan Yeji.


- ☠ -

        Senjapun datang,  padahal dia harap matahari dapat lebih lama lagi menemaninya, tapi ternyata tidak. Ternyata mataharipun menolak untuk tetap bersamanya. 

        Dia mempercepat langkahnya, detak jantungnya sudah melebihi kadar normal. Matanya melirik lirik, berharap yang mengikutinya cepat hilang. Padahal dia tau, itu tidak mungkin. 

        Napasnya terenggah-engah, dibenarkannya posisi tasnya yang hancur sejak ia lari tadi. Dia berbelok masuk ke gang kecil yang hanya disinari oleh lampu redup. Sudah tak ada lagi matahari yang menemaninya. Dia memberhentikan langkahnya di tengah-tengah gang, lalu menunduk memegang kedua lututnya, berusaha menetralkan napasnya. Sebenarnya, dia juga ragu.

        Hawa dingin merasuki raga, tapi dirinya tetap teguh terjaga. Dia berdiri tegak, tanpa melirik ke belakang sedikitpun. 

"kalo mau disini aja" ucapnya bergetar

Dirinya sudah mengambil ancang-ancang ragu. Matanya tak berhenti untuk melirik ke kanan dan kiri. Rasanya kepalanya sangat berat walau hanya untuk menoleh sedikit saja.

"keluarin semuanya disini, di tempat sepi" lanjutnya dipaksakan untuk tegas


"yakin?"









"AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA"








tbc,

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Dec 16, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

6th SENSE (00 LINE)Where stories live. Discover now